Ada Kemungkinan Alien Menempati Bimasakti, Ini Karakteristiknya

Ilustrasi planet-planet yang memiliki kemiripan dengan Bumi. (Sumber: NASA/JPL-Caltech)

Pertanyaan “apakah kita sendirian di Alam Semesta?” masih belum terjawab hingga sekarang. Namun para ilmuwan yakin perkembangan teknologi luar angkasa dapat membuktikan kemungkinan bahwa alien berada di suatu tempat di Bimasakti.

Sejauh ini, NASA telah menyebut sejumlah planet mirip Bumi yang berpotensi mendukung kehidupan, seperti Kepler-22b, Kepler-69c, Kepler-452b, Kepler-62f dan Kepler-186f. Teknologi teleskop baru, termasuk peralatan berbasis ruang angkasa seperti Teleskop James Webb, telah memungkinkan kita menemukan ribuan exoplanet yang berpotensi layak huni yang dapat mendukung kehidupan serupa dengan di Bumi.

Selain itu, Live Science melaporkan bahwa Persamaan Drake, yang dikembangkan oleh astronom Frank Drake pada tahun 1961, menyediakan kerangka kerja untuk memperkirakan jumlah peradaban yang dapat dideteksi di galaksi Bimasakti.

Persamaan ini menggabungkan faktor-faktor seperti laju pembentukan bintang, fraksi bintang dengan planet, dan menghitung fraksi planet-planet tempat kehidupan cerdas dapat muncul. Perkiraan optimis menggunakan rumus ini menunjukkan bahwa 12.500 peradaban alien cerdas mungkin ada di Bimasakti saja.

Argumen utama tentang kehidupan ekstraterestrial tetap probabilistik, mengingat banyaknya bintang dan planet. Maka, sangat memungkinkan bahwa ada kehidupan lain di suatu tempat di Bimasakti.

Probabilitas manusia sebagai satu-satunya peradaban teknologi di Alam Semesta yang dapat diamati dianggap kurang dari satu dalam 10 miliar triliun. Selain itu, peluang peradaban berkembang di satu planet yang dapat dihuni lebih baik daripada satu dalam 60 miliar.

Dengan perkiraan 200 miliar triliun bintang di Alam Semesta yang dapat diamati, keberadaan spesies teknologi lainnya sangat mungkin terjadi, bahkan mungkin dalam galaksi Bimasakti.

Seperti Apa Karakteristik Alien?

Sebelum berpikir tentang karakteristik alien, kita harus mendefinisikan arti kehidupan terlebih dahulu. Ini agak sulit dilakukan, sebab kamus menawarkan berbagai deskripsi mengenai kehidupan, seperti kemampuan untuk tumbuh, bereproduksi, dan merespons rangsangan.

Definisi yang lebih komprehensif menganggap kehidupan sebagai sistem kimia mandiri yang mampu memproses informasi dan mempertahankan keadaan entropi rendah, dengan sedikit gangguan atau keacakan. Entropi adalah tingkat ketidakteraturan atau keacakan energi.

Makhluk hidup terus-menerus membutuhkan energi untuk mempertahankan organisasi, struktur, dan fungsi molekulernya. Tanpa energi, kehidupan akan menjadi kacau dan hancur. Definisi ini mencakup sifat kehidupan yang dinamis dan kompleks, yang menekankan kemampuannya untuk beradaptasi dan berevolusi.

Kehidupan di Bumi didasarkan pada interaksi DNA, RNA, dan protein. DNA berfungsi sebagai cetak biru kehidupan, berisi instruksi genetik yang diperlukan untuk perkembangan, kelangsungan hidup, dan reproduksi suatu organisme. Instruksi ini diubah menjadi pesan yang memandu produksi protein, yang mana merupakan bagian dalam sel yang bertanggung jawab atas berbagai fungsi.

Sistem replikasi DNA, sintesis protein, dan proses seluler yang rumit ini didasarkan pada rangkaian molekul panjang yang dihubungkan oleh atom karbon. Semuanya itu sangat penting bagi kehidupan di Bumi.

Namun Alam Semesta mungkin menampung bentuk kehidupan yang didasarkan pada prinsip dan biokimia yang sama sekali berbeda.

Kehidupan Berbasis Silikon

Silikon telah diusulkan sebagai alternatif potensial untuk mendukung kehidupan karena sifat kimianya mirip dengan karbon.

Jika memang ada, bentuk kehidupan berbasis silikon mungkin menunjukkan karakteristik dan adaptasi yang unik. Misalnya, mereka mungkin menggunakan struktur berbasis silikon sebagai penyangga yang mirip dengan tulang atau cangkang pada organisme berbasis karbon.

Meskipun organisme berbasis silikon belum ditemukan di Bumi, silikon merupakan komponen sekunder yang penting bagi banyak tumbuhan dan hewan. Misalnya, diatom, sejenis alga yang ditemukan di lautan, memiliki dinding sel seperti kaca yang terbuat dari silikon dioksida yang transparan.

Hal ini tidak menjadikan diatom sebagai bentuk kehidupan berbasis silikon, tetapi membuktikan bahwa silikon memang dapat bertindak sebagai bahan penyusun organisme hidup. Namun, kita masih belum tahu apakah bentuk kehidupan berbasis silikon benar-benar ada, atau seperti apa bentuknya.

Meteorit Sebagai Penyedia Unsur Kehidupan

Selain kemungkinan tentang kehidpan berbasis silikon, meteorit dianggap menyediakan molekul organik yang dapat mendukung kehidupan di planet lain. Teori ini didasarkan pada hipotesis bahwa unsur-unsur pembentuk kehidupan di Bumi berasal dari meteorit.

Meteorit memang ditemukan membawa molekul organik, termasuk asam amino, yang penting bagi kehidupan. Ada kemungkinan bahwa molekul organik terbentuk di luar angkasa dan kemudian dibawa ke Bumi oleh meteorit dan asteroid.

Teori lain menyebut bahwa unsur-unsur pembangun kehidupan di Bumi terbentuk secara spontan melalui geokimia di lingkungan awal Bumi. Proses geokimia di Bumi pada zaman purba, seperti yang terjadi di kolam kecil yang hangat atau di lubang hidrotermal yang dalam di lautan, juga dapat menyediakan kondisi dan bahan yang diperlukan agar kehidupan dapat muncul.

Sayangnya, belum ada laboratorium yang mampu mengungkap faktor pembentukan RNA, DNA, dan kehidupan seluler pertama di Bumi secara akurat.

Namun perlu diingat bahwa banyak molekul biologis bersifat kiral, artinya molekul-molekul tersebut ada dalam dua bentuk yang merupakan bayangan cermin satu sama lain, seperti tangan kiri dan kanan. Meskipun molekul kiri dan kanan biasanya diproduksi secara alami dalam jumlah yang sama, analisis meteorit terkini telah mengungkap sedikit asimetri. Molekul kiri cenderung lebih banyak, sekitar 60 persen.

Asimetri dalam molekul organik yang berasal dari luar angkasa ini juga diamati dalam semua biomolekul di Bumi, yaitu protein, gula, asam amino, RNA, dan DNA. Ini menunjukkan bahwa asimetri molekul dapat muncul dari sedikit ketidakseimbangan yang dikirim dari luar angkasa, yang mendukung teori bahwa kehidupan di Bumi pada dasarnya berasal dari luar angkasa. Kita mungkin merupakan keturunan kehidupan yang berasal dari tempat lain di Alam Semesta. [BP]