Ada Jokowi dan Tikus di Balik Pembangunan Gedung Bareskrim

Kapolri dan Kepala BNN di dalam acara grounbreaking Gedung Bareskrim Kamis (20/4)/YMA

Koran Sulindo – Desember 2018 nanti berdiri tegak bangunan 17 lantai di Jalan Trunojoyo Nomor 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Gedung tersebut tempat para penyidik Bareskrim Polri kelak bekerja.

Pembangunan Gedung beranggaran Rp646 miliar itu karena keprihatinan Komjen Budi Waseso saat menjabat Kepala Bareskrim, 2015 lalu. Pria yang disapa Buwas itu turut diundang dalam acara grounbreaking Gedung Bareskrim oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Kamis (20/4).

Buwas dianggap berjasa karena menginisiasi pembangunan Gedung Bareskrim. Tito yang saat itu menjabat sebagai Asisten Perencanaan (Asrena) Kapolri memahami kegigihan Buwas untuk membangun gedung baru.

Buwas bercerita miris melihat terlalu banyak permasalahan internal seperti di Bareskrim saat itu: penyidik harus berebut ruangan yang sudah tidak layak digunakan untuk bekerja;  arsip-arsip penting yang bertumpuk lantaran memang sudah tidak ada ruangan lagi untuk menyimpan.

“Belum lagi kalau lihat gedungnya yang sudah mulai kusam dan rusak karena memang strukturnya waktu dibuat 4 lantai tapi juga ditambahi 1 lantai lagi. Ini berbahaya dan sudah mulai retak-retak,” katanya.

Buwas menceritakan kondisi itu kepada Presiden Joko Widodo. Jokowi kaget.

“Separah itu Pak Buwas?”

“Siap pak, kalau bapak mungkin tidak percaya nanti beberapa saat lagi menunggu gedung Bareskrim runtuh pak, saya bilang begitu,” kata Buwas.

Menurut Buwas, ruangan terbaik gedung Bareskrim adalah ruangan Kabareskrim dan Wakabareskrim. Ia minder jika ada tamu dari kepolisian luar negeri datang.

“Selebihnya tidak ada. Itu pun setiap saat dilewati oleh tikus. Tamu disajikan dengan hilir mudiknya tikus pada saat itu,” katanya.

Buwas bersyukur berkat dukungan Tito saat menjabat Asrena dan Komjen Budi Gunawan saat itu sebagai Wakapolri, impian Buwas ditindaklanjuti. Presiden Jokowi meminta waktu 10 hari untuk menyiapkan perencanaan dan maketnya dan akhirnya disanggupi.

Gedung 17 lantai  itu karena angka keramat, selain tanggal kemerdekaan republik Indonesia, juga memiliki keberuntungan.

“Angka 17 jika 1+7 jadi 8. Angka 8 di Cina itu hoki karena enggak putus jadi mudah-mudahan ini tidak putus Pak Kapolri. Jadi banyak hal pada saat itu pada akhirnya memperlancar dari kegiatan atau perencanaan pembangunan,” kata Buwas.

Buwas menginginkan kepolisian lebih baik bukan dari tampilan, tetapi juga pekerjaannya yang semakin berat kedepan.

Sementara Kapolri bercerita kendala utama saat itu adalah masalah tahun anggaran dan tak ada perencanaan pembangunan gedung Bareskrim dalam grand design Polri.

Yang  ketiga, ada semacam moratorium oleh presiden untuk pembangunan markas dan kantor. Presiden meminta mengefektifkan kantor yang sudah ada.

“Dana yang ada digunakan untuk infrastruktur dalam rangka kepentingan layanan publik lainnya seperti jalan dan lain-lain,” kata Tito.

Tito menyanjung Buwas lantaran dapat meyakinkan Jokowi dengan alasan layanan publik Bareskrim sangat penting.

Menurut Kapolri sangat penting gedung berlambang busur panah tersebut dibangun.

“Kondisinya sudah tidak layak lagi untuk sekelas Badan Reserse Kriminal Mabes Polri yang merupakan FBI Indonesia tapi gedungnya memprihatinkan,” kata Tito. [YMA]