Koran Sulindo – Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dilaporkan ke Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Jakarta Utara karena melakukan kunjungan ke Ancol, Pademangan, pada Ahad lalu (12/2), ketika Pilkada DKI Jakarta sudah memasuki masa tenang. Padahal, SBY terlibat dalam wara-wiri kampanye putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai calon gubernur. SBY datang bersama istrinya dan juga besannya, Hatta Rajasa.
Menurut Ketua Panwaslu Jakarta Utara Ahmad Halim, pihaknya telah mengecek soal ini ke lapangan, ke RT 05/04 Ancol, dan telah mendapatkan bukti-bukti berupa foto kegiatan di lokasi. “Petugas pengawas pemilu lapangan dan Panitia Pengawas Kecamatan Pademangan sudah mengecek lokasi. Petugas sudah mendapatkan dokumentasi bukti berupa foto di lokasi tersebut,” kata Halim, Senin (13/2)..
Kendati demikian, pihaknya tidak akan gegabah menarik kesimpulan, apakah ada pelanggaran atau tidak. “Diproses dulu, nanti ada dalam pengkajian. Nanti baru ada kesimpulan atas peristiwa itu,” tutur
Dari foto-foto yang didapat Panwaslu Jakarta Utara terlihat SBY bersama Ani Yudhoyono dengan latar belakang spanduk calon gubernur-wakil gubernur nomor urut 1 Agus-Sylvi. Lokasi itu adalah pos pendukung Agus-Sylvi di Pademangan. “Lokasinya ada di posko paslon nomor urut 1 karena ada spanduknya. Poskonya sedang dicek apakah terdaftar atau tidak. Kalau bukan posko terdaftar, itu sebuah pelanggaran,” kata Halim lagi. Jika memang pos itu terdaftar, lanjutnya, akan dicek apakah ada warga yang diundang ke dalam untuk ikut kegiatan. Jika ada, itu termasuk pelanggaran.
Sebelumnya, foto-foto itu telah menjadi viral di media sosial. Dikabarkan, selain ke Pademangan, SBY dan rombongan juga mendatangi pos di kawasan Koja, juga di Jakarta Utara.
Masa kampanye Pilkada DKI Jakarta telah berakhir pada Sabtu lalu (11/2). Masa tenangnya dari tanggal 12 sampai 14 Februari 2017. Pemilihannya dilaksanakan Rabu nanti 15 Februari 2017.
SBY sendiri dalam halaman Facebook resminya menulis panjang pada Sabtu malam pukul 22.58 WIB. Ia antara lain menulis, “Kita tentu akan memilih Gubernur yang amanah, jujur, cakap, dan menyayangi rakyatnya. Gubernur yang tegas, adil, konsisten, dan taat hukum serta undang-undang. Gubernur yang bekerja untuk semua, baik kelas atas, kelas menengah, maupun kelas bawah. Gubernur yang memikirkan semua warganya—yang kaya dan yang miskin, yang sudah maju dan yang belum maju. Gubernur yang pandai menjaga perkataan dan tindakannya, agar tidak menggangu kebhinnekaan masyarakat Jakarta yang berbeda-beda dalam agama, etnis, suku bangsa, dan asal daerahnya. Gubernur yang tidak mengekang dan membatasi kegiatan umat Islam dalam peringatan hari-hari besar Islam dan juga aktivitas agama yang lain. Gubernur yang membikin teduhnya suasana sehingga Jakarta tidak terus berada dalam keadaan ‘gonjang-ganjing’, sehingga mengganggu ketenteraman dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Gubernur yang memiliki empati dan kasih sayang kepada rakyat yang masih miskin, serta bersedia membantu mereka guna meringankan beban hidupnya.”
Sampai berita ini diturunkan, ada lebih dari 15 komentar menanggapi tulisan SBY tersebut. Tentu saja, ada yang memuji, ada juga yang mengkritik. Salah satu yang mengkritik adalah pemilik akun Bhelmant Silalahi. “Pak, masy gak bego lho.Bpk bilang klo kita salah pilih bakal menderita selama 5 thn. Semua jg tau bpk gak mungkin gak milih paslon 1. Berarti secara tdk lsg bpk mw bilang klo gak milih paslon 1 adalah salah milih. Speech Bpk memang gak berubah sampe skrg. Terkesan santun tp menebar benci. Terkesan nasionalis tp aslinya diskriminatif. Terkesan sering dizolimi tp sbnrnya mau memprovokasi. Ingat usia pak!!!!” tulis Bhelmant. [PUR]