Koran Sulindo – Kemenangan pasukan pemerintah Suriah menguasai Aleppo tidak terlepas dari peran militer Rusia. Bahkan militer Rusia memiliki peran yang menentukan atas kemenangan pasukan loyalis Presiden Bashar Al Assad mengusir pemberontak dari Aleppo.
Presiden Rusia Vladimir Putin, kondisi ini menjadi penting karena pembebasan Aleppo dari kelompok teroris dan pemberontak merupakan langkah utama menuju normalisasi Suriah secara keseluruhan. Dan peran inilah yang diambil militer Rusia.
“Saya berharap pembebasan Aleppo dari unsur radikalis langkah penting menunju normalisasi di seluruh wilayah Suriah,” kata Putin ketika bertemu dengan Menteri Pertahanan Sergey Shoigu seperti dikutip almasdarnews.com pada Jumat (23/12).
“Tidak ada keraguan tentang hal itu, ini karena peran langsung militer kita dalam membebaskan Aleppo. Juga peran militer kita dalam operasi kemanusiaan.”
Putin menuturkan, semua pihak akan berperan untuk menyukseskan gencatan senjata di Suriah. Pihak-pihak yang berperan dalam hal itu adalah Iran, Turki, Rusia dan tentu saja pemerintah Suriah. Semua pihak diharapkan melanjutkan perundingan untuk mencapai perdamaian akhir.
Hal utama yang akan dilakukan di Suriah adalah menghentikan perang. Hal-hal ini yang akan diusahakan pemerintah Suriah, Rusia, Iran dan Turki, tambah Putin.
Perang yang berkecamuk di Aleppo, Suriah, sejak 2012 berakhir dengan gencatan senjata pada 15 Desember lalu. Pasukan pemerintah kini menguasai kota terbesar di Suriah itu.
Setelah perang melanda Aleppo, kota ini rusak parah. Kota yang dulu daerah tujuan wisata dan warisan dunia versi Unesco itu, tak berbekas sama sekali. Tak ada lagi masjid berusia ratusan tahun. Tak ada lagi benteng yang berdiri pada abad ke-13 itu. Perang menyisakan “kengerian”. Hanya ada debu dan kesepian. Aleppo kini adalah kota mati.
Sebelum perang, populasi pusat industri dan keuangan itu 2,3 juta jiwa. Ketika pemberontakan terhadap Assad meletus pada 2011, tidak ada protes dan kekerasan di Aleppo. Tidak seperti kota-kota lainnya. Namun mendadak ia menjadi area pertempuran utama pada 2012. Pasukan pemberontak berhasil mengusir pasukan pemerintah. Dan serangan menjadi tanda: perang saudara baru saja dimulai.
Semenjak menjadi medan pertempuran utama, kota ini terbelah. Di bagian timur, dikuasai pasukan pemberontak. Bagian barat dikuasai pasukan pemerintah. Selang empat tahun, Aleppo benar-benar jadi ajang perang.
Terakhir, pasukan pemerintah meningkatkan serangannya ke kota ini sejak November lalu. Pasukan pemberontak terpojok. Pasukan pemerintah berhasil menguasai Aleppo pertengahan Desember 2016.
Assad mendapat dukungan dari Rusia, milisi Syiah, termasuk dari pejuang Iran, Irak, Afghanistan, Lebanon, dan Pakistan. Sementara pasukan pemberontak mendapat dukungan dari Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Turki. Kelompok garis keras seperti Jabhat Al-Nusra atau Front Al-Nusra juga ikut di barisan kaum pemberontak. [KRG]