Pada 8 Juli 1497, armada Portugis yang dipimpin seorang navigator ulung bernama Vasco da Gama meninggalkan pelabuhan Lisbon, memulai pelayaran yang akan mengubah peta perdagangan dunia.
Di tengah obsesi bangsa Eropa terhadap rempah-rempah, emas, dan kekayaan Asia, da Gama berhasil menjadi orang Eropa pertama yang menemukan jalur laut langsung ke India, dengan mengelilingi benua Afrika.
Keberhasilan ini tak hanya membuka era baru dalam sejarah maritim, tapi juga mengawali dominasi kolonialisme Eropa di Asia dan Afrika.
Latar Belakang Vasco
Menurut laman The Mariners’ Museum & Park, tanggal dan tempat lahir Vasco da Gama masih diperdebatkan, tetapi para sejarawan memperkirakan ia lahir antara tahun 1460 hingga 1469 di Sines, sebuah kota kecil pesisir di Portugal.
Ia adalah anak ketiga dari Estêvão da Gama, seorang ksatria istana Adipati Viseu, dan Isabel Sodré, wanita bangsawan berdarah Inggris-Portugis. Kedekatan keluarga dengan lingkungan istana membuka akses pendidikan bagi Vasco, sementara keberadaannya di kota pelabuhan mempertemukannya dengan dunia pelayaran.
Sejak muda, ia sudah akrab dengan kapal dagang. Pendidikan formalnya di Évora memperkuat pengetahuan matematika dan navigasi. Pada usia 20 tahun, ia sudah menjadi kapten kapal—kualitas yang menjadikannya kandidat potensial untuk memimpin ekspedisi besar kerajaan.
Pada akhir abad ke-15, Kekaisaran Ottoman menguasai sebagian besar rute darat perdagangan antara Eropa dan Asia. Portugal, yang sedang berkembang sebagai kekuatan maritim, mencari jalur alternatif ke Timur.
Sejak masa Pangeran Henry sang Navigator, berbagai ekspedisi dikirim menyusuri pantai Afrika. Bartolomeu Dias sempat mengelilingi Tanjung Harapan pada 1488, namun gagal mencapai India.
Ketika Raja Manuel I naik takhta pada 1495, semangat ekspedisi diperbarui. Setelah mempertimbangkan beberapa tokoh, sang raja memilih Vasco da Gama yang saat itu berusia 37 tahun untuk memimpin pelayaran ambisius ke India.
Pelayaran Bersejarah ke India
Pada 8 Juli 1497, Vasco da Gama memimpin empat kapal—São Gabriel, São Rafael, Berrio, dan kapal logistik São Maria—meninggalkan Lisbon dengan 170 awak.
Mereka melewati Kepulauan Canary dan Tanjung Verde, lalu memutar jauh ke Atlantik Selatan untuk menghindari arus kuat dan badai Teluk Guinea. Pada 22 November, armada ini berhasil mengitari Tanjung Harapan.
Perjalanan mereka penuh tantangan, dari badai hingga penyakit kudis. Pada 2 Maret 1498, mereka mencapai Pulau Mozambik. Setelah berdagang dan mengumpulkan informasi dari pedagang Muslim, mereka berlayar ke Malindi (Kenya sekarang), tempat da Gama menyewa pilot lokal yang membantunya melintasi Samudra Hindia. Pada 20 Mei 1498, mereka akhirnya tiba di Calicut, India.
Di Calicut, Vasco da Gama diterima oleh raja setempat, tetapi hadiah yang ia bawa dianggap tidak mengesankan. Meski mengalami hambatan diplomatik, misi dagang mereka tetap berlangsung.
Setelah beberapa bulan, armada da Gama kembali berlayar ke Portugal pada akhir Agustus 1498. Banyak awak kapal tewas akibat kudis. Untuk mencegah penyebaran, ia bahkan membakar kapal São Rafael.
Da Gama tiba kembali di Portugal pada September 1499 dan disambut dengan kehormatan tinggi. Raja Manuel I menganugerahinya uang, gelar bangsawan, dan jabatan laksamana.
Pelayaran Kedua dan Ketiga
Pada tahun 1502, da Gama kembali ke India dengan armada lebih besar dan sikap lebih agresif. Ia memaksa penguasa Kilwa (Tanzania kini) tunduk pada Portugal, membombardir Calicut, dan bertempur dengan kapal-kapal Muslim di Cochin.
Aksinya menandai transisi dari misi eksplorasi menjadi dominasi militer dan kolonial. Ekspedisi ini memperkuat pengaruh Portugal di Samudra Hindia, meskipun dengan harga nyawa dan kekejaman terhadap penduduk lokal.
Perjalanan terakhir Vasco da Gama berlangsung pada 1524 saat Raja John III mengangkatnya sebagai Raja Muda (Viceroy) di India. Misinya adalah memberantas korupsi di kalangan pejabat Portugis.
Ia tiba di Goa pada September 1524, namun kesehatannya memburuk. Vasco da Gama meninggal pada 24 Desember 1524 di Cochin, India, dan dimakamkan di gereja lokal sebelum jenazahnya dipindahkan ke Portugal pada 1539.
Vasco da Gama bukan sekadar penjelajah, ia adalah pionir rute laut Eropa ke Asia. Keberhasilannya menavigasi jalur maritim ke India mengakhiri ketergantungan Eropa pada jalur darat yang dikendalikan oleh kekaisaran Islam. Rute yang ia buka mengalirkan kekayaan ke Portugal, mendorong lahirnya kerajaan kolonial dan revolusi perdagangan dunia.
Namun, sejarah juga mencatat sisi kelam pelayarannya: kekerasan, pemaksaan, dan perampasan yang menjadi bagian dari ekspansi Eropa. Meski begitu, kontribusinya terhadap ilmu navigasi dan geopolitik tetap tak terbantahkan.
Vasco da Gama adalah wajah dari era penjelajahan penuh keberanian, ambisi, kecerdasan, dan juga kebrutalan. Ia membuka dunia yang sebelumnya tak terjangkau oleh Eropa dan menjadi simbol era globalisasi awal yang mengguncang peradaban lama. Dari pelabuhan kecil di Sines hingga pantai Calicut yang jauh, jejaknya membentang melintasi samudra dan sejarah umat manusia. [UN]




