Perayaan Hari Santri/nu.or.id

Koran Sulindo – PDI Perjuangan Jawa Timur meminta kader-kadernya untuk ikut memarakkan Hari Santri 2016, dengan berpartisipasi di acara peringatan Hari Santri di wilayahnya masing-masing.

Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Sri Untari, mengatakan, mayoritas kader PDI Perjuangan di provinsi ini adalah muslim, dan terbanyak dari kalangan Nahdliyyin.

“Karena itu, kami imbau kader PDIP di  daerah-daerah untuk mendukung dan ikut berpartisipasi di setiap acara Hari Santri, yang sudah ditetapkan Presiden Jokowi diperingati setiap tanggal 22 Oktober,” kata Sri Untari, Jumat (21/10).

Soal mengapa kader PDIP harus ikut berpartisipasi, menurut Untari, hal ini karena Hari Santri diambil dari sejarah yang tidak terlepas dari perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Yakni merujuk pada keluarnya Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang kemudian disusul terjadinya peristiwa heroik 10 November 1945 di Kota Surabaya.

Resolusi Jihad ini sebagai seruan ulama NU yang mewajibkan umat Muslim di Indonesia untuk membela tanah air dan mempertahankan NKRI.

“Kalangan santri adalah elemen bangsa yang ikut berjuang di garis depan, bersama pejuang  yang lain untuk mempertahankan kemerdekaan negara kita,” jelasnya.

PDIP Jatim akan selalu mendukung NU untuk memperingati Hari Santri.

“Kami akan senantiasa mendukung dan bekerja sama dengan seluruh santri di Jatim untuk membangun Jatim yang kokoh, mandiri, dan makmur sesuai Trisakti Bung Karno,” kata Ketua Fraksi PDIP DPRD Jatim ini.

Hari Santri harus diupayakan seterusnya untuk melakukan refleksi Indonesia sebagai bangsa yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim. Sehingga santri menjadi agen pembangunan bangsa ke depan, bekerja sama dengan seluruh elemen bangsa lainnya yang sevisi dan semisi dalam payung Bhinneka Tunggal Ika.

“Santri adalah penjaga Islam yang rahmatan lil alamin, rahmat untuk seluruh alam, dalam rangka hamemayu hayuning  bawana (memelihara alam semesta),” kata Sri. [pdiperjuanganjatim.com/DAS]