Ilustrasi (Sulindo/AI)

Pola hidup sehat semakin menjadi perhatian banyak orang, terutama di tengah gaya hidup modern yang cenderung kurang aktif dan dipenuhi makanan cepat saji. Banyak yang mencari metode diet yang tidak hanya efektif untuk menurunkan berat badan, tetapi juga mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode yang kini semakin populer adalah intermittent fasting, pola makan yang mengatur waktu konsumsi makanan tanpa harus membatasi jenis makanan tertentu.

Bagaimana cara kerja intermittent fasting? Apa saja manfaatnya bagi tubuh? Dan apakah diet ini cocok untuk semua orang? Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang intermittent fasting, keunggulannya, serta hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mencobanya.

Mempunyai tubuh sehat dan berat badan ideal adalah impian banyak orang. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan menjalani diet. Berbagai metode diet telah berkembang, salah satunya adalah intermittent fasting, yaitu pola makan yang mengatur kapan seseorang boleh makan dan kapan harus berhenti makan.

Tidak seperti diet pada umumnya yang membatasi jenis makanan tertentu, fokus utama dari intermittent fasting adalah pada waktu makan dan waktu berpuasa. Metode ini mirip dengan puasa Ramadan, di mana seseorang berpuasa selama sekitar 12 jam atau lebih.

Banyak orang menganggap diet sebagai sesuatu yang mahal karena memerlukan bahan makanan khusus. Namun, intermittent fasting menawarkan keunggulan yang lebih fleksibel karena tidak memerlukan hidangan istimewa yang mahal.

Selain itu, diet ini tidak mengharuskan seseorang untuk mengganti pola makan secara drastis, tetapi lebih menekankan pada pengaturan waktu konsumsi makanan. Dengan mengurangi frekuensi makan, diet ini juga bisa membantu menekan asupan karbohidrat dan gluten hingga 65 persen, sehingga lebih hemat dan tetap efektif dalam menurunkan berat badan.

Intermittent fasting memiliki beberapa metode yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu. Salah satu metode yang paling populer adalah puasa selama 16 jam dengan jendela makan selama 8 jam. Metode lain yang lebih ketat adalah puasa selama 20 jam dengan jendela makan hanya 4 jam, yang mengharuskan seseorang untuk lebih selektif dalam memilih asupan makanan agar tetap bernutrisi.

Ada juga metode yang lebih ekstrem seperti puasa selama 24 jam penuh, yang biasanya dilakukan satu hingga dua kali dalam seminggu, atau bahkan puasa selama 36 jam yang menuntut perhatian lebih terhadap kecukupan cairan tubuh agar tidak mengalami dehidrasi.

Selain membantu dalam penurunan berat badan, intermittent fasting juga memiliki manfaat kesehatan lainnya. Pola makan ini diketahui dapat menurunkan kadar gula darah, meningkatkan metabolisme hingga 14 persen, serta menjaga kesehatan jantung dengan menurunkan kadar kolesterol.

Tidak hanya itu, intermittent fasting juga dapat mengurangi stres dan kecemasan, meningkatkan kekebalan tubuh, serta menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan tekanan darah tinggi. Dengan kata lain, diet ini tidak hanya berdampak pada bentuk tubuh, tetapi juga memberikan efek positif bagi kesehatan secara keseluruhan.

Meski memiliki banyak manfaat, intermittent fasting tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Anak balita dalam masa pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui, serta penderita penyakit tertentu seperti diabetes, anoreksia, bulimia, asam urat, dan hipoglikemia sebaiknya menghindari metode diet ini.

Selain itu, penting untuk menyadari bahwa intermittent fasting juga memiliki efek samping, seperti rasa lapar yang berlebihan, pusing, dan risiko dehidrasi. Oleh karena itu, sebelum menjalani diet ini, seseorang harus mempertimbangkan kondisi kesehatannya dan berkonsultasi dengan dokter jika diperlukan.

Bagi mereka yang ingin mencoba intermittent fasting, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar mendapatkan manfaat maksimal. Mengutip laman hallodoc, memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi dalam jendela makan tetap bernutrisi dan seimbang juga perlu diperhatikan.

Menghindari makanan olahan dan tinggi gula sangat dianjurkan agar tubuh tetap mendapatkan asupan yang sehat. Selain itu, penting untuk tidak makan berlebihan setelah periode puasa, karena hal tersebut dapat menggagalkan tujuan utama dari diet ini. Memperhatikan asupan cairan juga menjadi hal krusial, karena kurangnya konsumsi air putih bisa menyebabkan dehidrasi yang berujung pada sakit kepala dan kesulitan berkonsentrasi.

Jika ingin memulai intermittent fasting, sebaiknya dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan kemampuan tubuh. Tidak semua orang bisa langsung berpuasa dalam durasi panjang, sehingga menyesuaikan diri dengan pola makan baru secara perlahan akan lebih efektif dalam jangka panjang. Dengan pendekatan yang tepat dan perencanaan yang matang, intermittent fasting dapat menjadi solusi efektif untuk mencapai berat badan ideal sekaligus meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. [UN]