Cinta sejati sering kali diabadikan dalam ingatan, syair, atau bahkan bangunan megah yang bertahan sepanjang masa. Di antara banyak kisah cinta yang melegenda, selain kisah Romeo dan Juliet, ada satu yang tak kalah mengharukan, yaitu kisah cinta Shah Jahan dan Mumtaz Mahal.
Dari duka mendalam akibat kehilangan sang istri, lahirlah salah satu karya arsitektur paling menakjubkan di dunia, Taj Mahal. Bukan sekadar bangunan, Taj Mahal menjadi bukti abadi pengorbanan dan kesetiaan yang melampaui zaman. Seperti apa kisah di balik berdirinya monumen cinta ini? Mari kita telusuri lebih lanjut.
Dilansir beberapa sumber, Taj Mahal dikenal sebagai salah satu mahakarya arsitektur paling indah yang pernah dibuat manusia. Bahkan, bangunan ini termasuk dalam daftar 7 keajaiban dunia. Terletak di Agra, India, Taj Mahal bukan hanya menjadi simbol kejayaan arsitektur Mughal, tetapi juga bukti cinta mendalam antara seorang suami dan istrinya.
Shah Jahan, yang naik tahta sebagai penguasa Kerajaan Mughal pada tahun 1628, memiliki cinta yang begitu besar terhadap istrinya, Mumtaz Mahal—nama yang berarti “Yang Terpilih di Istana.” Pesonanya begitu luar biasa hingga para pujangga istana menggambarkannya sebagai wanita yang mampu membuat bulan malu untuk bersinar.
Di masa kepemimpinannya, Kerajaan Mughal mencapai puncak kejayaan. Namun, segala kemegahan itu tak mampu menghalangi takdir yang tragis. Pada tahun 1631, Mumtaz Mahal meninggal saat melahirkan anak mereka. Konon, sebelum mengembuskan napas terakhirnya, ia meminta Shah Jahan untuk membangun makam yang luar biasa indah, sebagai tanda cinta abadi mereka.
Untuk memenuhi janji tersebut, Shah Jahan mengerahkan seluruh sumber daya dan keterampilan terbaik. Sekitar 20 ribu pemahat serta seniman dari India, Turki, dan Irak bekerja di bawah bimbingan tim arsitek terbaik untuk mendirikan Taj Mahal di tepi Sungai Yamuna. Pembangunannya berlangsung selama lebih dari dua dekade, dari tahun 1632 hingga 1653.
Keindahan Taj Mahal tidak hanya terletak pada marmer putihnya yang berkilauan, tetapi juga pada detail-detail arsitekturalnya yang luar biasa. Dindingnya dihiasi batu-batu mulia, sementara ukiran kaligrafi ayat-ayat Alquran memperindah interiornya. Shah Jahan sering mengunjungi makam istrinya hingga akhirnya ia sendiri dimakamkan di sana.
Kubah utama Taj Mahal yang megah dikelilingi oleh empat menara ramping yang berfungsi sebagai tempat panggilan salat. Uniknya, menara-menara ini dibangun dengan sedikit kemiringan ke luar untuk menghindari kemungkinan jatuh dan merusak makam utama jika terjadi bencana. Selain itu, taman hijau yang luas dan kolam pemantul yang besar semakin menambah keindahan bangunan ini.
Namun, masa tua Shah Jahan tidak berakhir dengan kejayaan. Anaknya, Aurangzeb, merebut tahta dan menahannya di Benteng Merah Agra. Dari dalam penjara, satu-satunya hiburan Shah Jahan adalah memandang Taj Mahal dari jendela kamarnya, monumen cinta yang ia bangun untuk Mumtaz Mahal.
Hingga kini, Taj Mahal tetap berdiri megah sebagai simbol cinta abadi yang menginspirasi dunia. [UN]