Pemain Gambang Kromong saat mengiringi penampilan Komedi Betawi (Kombet) dari sanggar milik Syaiful Amri. (foto: Sulindo/Iqyanut Taufik)
Pemain Gambang Kromong saat mengiringi penampilan Komedi Betawi (Kombet) dari sanggar milik Syaiful Amri. (foto: Sulindo/Iqyanut Taufik)

Jakarta – Gambang Kromong merupakan salah satu kesenian musik tradisional khas Betawi yang masih bertahan hingga saat ini. Musik ini memiliki keunikan tersendiri karena merupakan perpaduan antara budaya lokal Betawi dengan unsur musik Tionghoa. Keberadaan Gambang Kromong tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga merepresentasikan akulturasi budaya yang terjadi sejak berabad-abad lalu di Jakarta.

Asal Usul dan Sejarah Gambang Kromong

Mengutip dari berbagai sumber, Gambang Kromong mulai berkembang pada abad ke-17, ketika komunitas Tionghoa yang tinggal di Batavia (sekarang Jakarta) berinteraksi dengan masyarakat setempat. Nama “Gambang Kromong” diambil dari dua alat musik utama dalam grup musik ini, yaitu gambang (alat musik pukul berbentuk xylophone dari kayu) dan kromong (seperangkat gong kecil dari logam).

Seiring waktu, Gambang Kromong menjadi lebih populer di kalangan masyarakat Betawi, terutama dalam acara perayaan dan hiburan rakyat. Pada masa kolonial Belanda, kesenian ini sering dimainkan dalam acara hajatan seperti pernikahan dan pesta rakyat maupun sebagai pengiring dalam teater atau kesenian Betawi lainya .

Instrumen Musik dalam Gambang Kromong

Grup musik Gambang Kromong terdiri dari beberapa alat musik yang mencerminkan perpaduan budaya:

1. Gambang – Alat musik bilah kayu yang dipukul dengan pemukul khusus.
2. Kromong – Gong kecil yang disusun dalam satu set dan dimainkan dengan stik kayu.
3. Suling – Seruling bambu yang memberikan warna melodi khas.
4. Rebab – Alat musik gesek yang menambah nuansa khas Melayu.
5. Gendang – Kendang Betawi yang memberikan ritme utama.
6. Kecrek – Alat musik perkusi yang berfungsi sebagai pengatur tempo.

Selain instrumen tradisional, dalam perkembangannya, Gambang Kromong juga mengadopsi alat musik modern seperti gitar dan biola untuk menyesuaikan dengan selera musik yang lebih luas.

Musik Gambang Kromong dikenal dengan iramanya yang lincah dan ceria. Lagu-lagu yang dimainkan biasanya berisi pantun atau syair berbahasa Betawi yang khas. Beberapa lagu terkenal yang menggunakan unsur Gambang Kromong antara lain “Jali-Jali”, “Ondel-Ondel”, dan “Surilang”.

Selain lagu-lagu tradisional, Gambang Kromong juga sering memainkan lagu-lagu Mandarin yang diadaptasi dengan lirik berbahasa Betawi. Hal ini semakin memperkaya unsur budaya dalam kesenian ini.

Peran dalam Budaya Betawi

Gambang Kromong tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga memiliki peran penting dalam berbagai ritual adat Betawi. Musik ini sering dimainkan dalam acara pernikahan, sunatan, hingga perayaan Cap Go Meh oleh komunitas Tionghoa di Jakarta. Dengan adanya perpaduan budaya ini, Gambang Kromong menjadi simbol keharmonisan antara budaya Betawi dan Tionghoa.

Tantangan dan Upaya Pelestarian

Di era modern ini, eksistensi Gambang Kromong mulai tergerus oleh maraknya musik populer. Namun, berbagai upaya dilakukan untuk melestarikannya, seperti melalui pertunjukan seni di festival budaya, pelatihan bagi generasi muda, serta dukungan dari pemerintah daerah dan komunitas pecinta budaya Betawi sangat dibutuhkan.

Menurut budayawan Betawi Syaiful Amri atau akrab disapa Bang Ipul pelestarian gambang kromong tidak bisa lepas dari peran pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Pentas yang menampilkan musik gambang kromong harus lebih diberi ruang dan kesempatan.

”Cara untuk melestarikan Gambang Kromong adalah memberi kesempatan atau ruang mereka untuk bermain atau pentas di segala kesempatan,” kata Bang Ipul saat dihubungi Sulindo.

Pelestarian Gambang Kromong juga dilakukan melalui dokumentasi dan rekaman digital, sehingga dapat diakses oleh masyarakat luas. Dengan upaya ini, diharapkan Gambang Kromong tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang sebagai salah satu warisan budaya Betawi yang berharga.

Selain itu memadukan Gambang Kromong dengan musik modern juga bisa menjadi salah satu cara melestarikan kesenian ini. Bang Ipul menilai perpaduan Gambang Kromong dengan alat musik modern bisa meningkatkan minat anak muda untuk ikut serta dalam upaya pelestarian. Beliau mencontohkan perpaduan Gambang Kromong dengan alat musik modern yang dilakukannya dalam pementasan Komedi Betawi (Kombet) disanggar miliknya dimana drum, gitar elektrik, terompet dan alat musik modern lainya ikut berpadu dengan iringan Gambang Kromong.

”Gambang Kromong sangat bisa dipadukan dengan alat musik lainnya atau alat musik modern salah satu contohnya adalah pementasan Kombet kemarin pada saat launching buku saya, unsur – unsur modernnya ialah drum, gitar, trompet dll,” ungkap Bang Ipul

Bang Ipul juga menambahkan kaitannya dengan Gambang Kromong yang seringkali terlihat dijalanan digunakan untuk mengamen. Menurutnya alasan mereka menggunakan Gambang Kromong karena kurangnya ruang dan kesempatan untuk mementaskan Gambang Kromong itu sendiri.

”Karena tidak diberi ruang oleh pemerintah dan masyarakat, kalau mereka tidak pentas kan mereka tidak makan, akhirnya mencari makan dengan jalan ngamen,” pungkasnya. [IQT]