Jakarta – Bedah buku “Tahu Apa Kau Tentang Cinta” yang diadakan di Kafe Sastra Balai Pustaka di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (1/2/2025). Buku yang berisikan 12 cerita pendek (cerpen) ini mengupas makna dari cinta itu sendiri dimana cinta merupakan hal yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, dimulai dari manusia pertama menurut kepercayaan umat muslim yaitu Nabi Adam.
Sang penulis Nuthayla Anwar menceritakan bahwa Nabi Adam karena cintanya kepada Hawa dirinya rela memakan buah khuldi yang pada mulanya dilarang oleh Allah SWT.
Dalam kesempatannya, Nuthayla juga membacakan penggalan isi bukunya yang menceritakan tentang seorang istri yang akhirnya menceraikan suaminya karena menentang poligami. Sang istri merasa jika dirinya mengizinkan suaminya berpoligami maka dia takut tidak bisa berlaku adil dan ikhlas menerima keputusan suaminya karena cinta bukan sekedar memaklumi tetapi cinta adalah keikhlasan yang membawa kebaikan.
”Cinta Itu bukan memaklumi bang, cinta itu membuat kita ikhlas. Keikhlasan yang menjadikan diri kita lebih baik, bukan hanya dimata manusia,” kata Nuthayla saat membacakan penggalan cerita dari buku ini.
Sang penulis Nuthayla Anwar juga menjelaskan bahwa cinta tanpa pamrih merupakan hal yang sulit meskipun sering disebutkan bahwa cinta orang tua sepanjang masa namun, orang tua pasti mengharapkan dimasa tuanya, anak-anak mereka akan mengurusnya dan hal ini merupakan salah satu contoh pamrih dari cinta.
Acara ini dihadiri oleh sastrawan Chairil Gibran Ramadhan (CGR) juga mantan jurnalis perang, Idrus Shahab, hadir pula pengamat politik dan hukum tata negara, Refly Harun.
Refly Harun menjelaskan bahwa dunia perpolitikan juga erat kaitannya dengan cinta dimana apabila program – program pemeritahan didasari dengan cinta maka program tersebut akan baik dalam penerapannya.
” Jadi kalau seandaianya Prabowo Subianto itu memimpin dengan cinta saya kira banyak problem yang akan selesai,” kata mantan komisaris utama PT Pelabuhan Indonesia 1 (persero).
Selain itu Refly juga menjelaskan alasannya sering mengkritik pemerintahan, dirinya menyangkal bahwa kritikannya didasari atas kebencian, justru sebaliknya dia mengatakan kalau kritikan yang sering dia lontarkan merupakan tanda kecintaannya terhadap bangsa Indonesia.
”Orang sering mengatakan bahwa mengkritik itu karena saya benci, tidak, justru karena saya cinta, tapi saya bukan cinta Prabowo, cinta Jokowi tapi cinta negara ini,” ucap Refly. [IQT]