Pohon tumbang mengakibatkan tiang listrik roboh sehingga aliran listrik terputus di salah satu desa di Wilayah Kuningan, Jawa Barat. (Foto: Sulindo/Ulfa Nurfauziah)
Pohon tumbang mengakibatkan tiang listrik roboh sehingga aliran listrik terputus di salah satu desa di Wilayah Kuningan, Jawa Barat. (Foto: Sulindo/Ulfa Nurfauziah)

Pada akhir Januari 2025, angin kencang melanda Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dan membawa dampak yang cukup mengguncang kehidupan masyarakat setempat. Seperti pohon angsana besar yang tumbang di Desa Cipasung Kecamatan Darma, menghalangi akses jalan utama Kuningan – Cikijing. Sementara itu, di Kampung Pamugaran, sebuah pohon pinus yang tumbang menimpa tiang listrik dan menyebabkan pemadaman listrik total selama dua hari. Peristiwa ini memberikan gambaran jelas mengenai ketergantungan masyarakat modern pada listrik dan bagaimana kebiasaan lama yang dulu dilakukan dengan mudah kini terasa begitu sulit untuk dijalani.

Selama dua hari pemadaman, sebagian warga Pamugaran terpaksa kembali ke kebiasaan lama yang sempat terlupakan. Mereka harus mengangkut air dari pancuran sumber mata air, atau bahkan memasang selang untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Aktivitas sederhana ini seakan membawa mereka kembali ke masa-masa ketika listrik belum hadir di desa-desa terpencil, dan masyarakat bergantung pada sumber daya alam yang tersedia di sekitar mereka.

Namun, di balik kebiasaan lama tersebut, ada satu hal yang menarik untuk dicermati, yaitu bagaimana ketergantungan masyarakat pada listrik telah begitu dalam, hingga aktivitas yang dahulu biasa dilakukan tanpa hambatan kini terasa begitu merepotkan.

Kehidupan masyarakat di Pamugaran, seperti di banyak daerah lainnya, sangat bergantung pada listrik untuk berbagai aspek kehidupan. Ketika listrik mati, kehidupan seolah terhenti sejenak. Tak hanya kesulitan dalam memperoleh air, warga juga merasa terhambat dalam kegiatan sehari-hari lainnya. Tanpa listrik, mereka tak dapat memasak dengan mudah menggunakan ricecooker, bekerja dengan lancar, bahkan mengisi waktu luang pun menjadi tantangan tersendiri.

Jika sebelumnya warga mengisi waktu luang dengan bermain gadget, scroll sosial media, saat listrik mati, warga kembali pada kebiasaan lama yang hampir hilang yaitu berbincang dengan tetangga. Banyak warga yang terpaksa pergi jauh, melintasi desa lain, hanya untuk mengisi daya ponsel. Semua kegiatan yang biasa dilakukan tanpa beban kini menjadi kendala besar.

Situasi ini tentu menjadi cerminan nyata dari bagaimana teknologi—terutama listrik—telah mengubah cara hidup masyarakat. Dulu, masyarakat mampu hidup mandiri, mengandalkan sumber daya alam dan keterampilan tradisional untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Mereka dapat bertahan hidup meskipun tanpa bantuan teknologi modern. Namun, setelah bertahun-tahun hidup dengan kenyamanan dan kemudahan teknologi, ketergantungan pada listrik telah meresap begitu dalam, sehingga kembali ke cara hidup lama terasa seperti sebuah tantangan besar.

Kondisi ini menunjukkan bagaimana kemajuan zaman, meskipun membawa kenyamanan dan kemudahan, pada saat yang sama telah mengikis ketahanan individu dan komunitas dalam menghadapi situasi darurat. Jika suatu saat terjadi pemadaman listrik yang lebih lama, apakah kita masih dapat bertahan dengan cara-cara lama yang dulu biasa kita lakukan tanpa merasa terhambat? Mungkin sudah saatnya kita mulai merefleksikan kembali keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pentingnya menjaga keterampilan dasar yang dapat membantu kita bertahan dalam keadaan darurat.

Bagaimanapun, ketika teknologi tak lagi dapat diandalkan, yang tersisa adalah kemampuan kita untuk beradaptasi dan mengandalkan sumber daya alami yang ada.

Kejadian di Pamugaran ini seharusnya menjadi bahan refleksi bagi kita semua, khususnya dalam melihat bagaimana teknologi telah mempengaruhi kehidupan kita. Meskipun kita tak bisa sepenuhnya mengkritik kemajuan zaman, kita harus menyadari bahwa ada dampak yang muncul akibat ketergantungan yang terbangun.

Kemajuan memang membawa kita pada kehidupan yang lebih praktis dan efisien, tetapi juga mengubah cara kita bertahan dan beradaptasi dalam situasi yang tak terduga. Di tengah kenyamanan yang ditawarkan teknologi, kita harus ingat bahwa keterampilan dasar dan ketahanan individu tetap penting untuk memastikan bahwa kita tidak hanya bergantung pada kemajuan, tetapi juga siap menghadapi segala tantangan yang datang tanpa terkejut. [UN]