Chistopher Robin dan Pooh (Disney)

Winnie the Pooh, dengan kehangatan dan kepolosannya, telah menjadi salah satu karakter paling ikonik yang mewarnai masa kecil jutaan orang di seluruh dunia. Namun, siapa sangka, di balik kisah manis beruang madu ini, terdapat cerita kehidupan yang jauh dari ceria? Kisah ini membawa kita pada kehidupan Christopher Robin, anak dari A.A. Milne, yang menjadi inspirasi utama di balik tokoh Pooh. Hari ini, saat kita merayakan Hari Winnie the Pooh, mari kita melangkah lebih dalam untuk memahami kisah kelam yang tersembunyi di balik kehangatan cerita yang selalu membuat kita tersenyum.

Christopher Robin: Anak yang Menginspirasi Winnie the Pooh

Tanggal 18 Januari menjadi momen yang istimewa bagi para penggemar Winnie the Pooh. Hari ini diperingati sebagai penghormatan terhadap Alan Alexander Milne, pencipta karakter beruang madu yang sangat dicintai di seluruh dunia. Namun, di balik kisah manis Pooh dan teman-temannya, tersimpan cerita kelam tentang kehidupan Christopher Robin, anak dari A.A. Milne yang menjadi inspirasi karakter ini.

Melansir berbagai sumber, Christopher Robin adalah putra A.A. Milne, yang dikenal sebagai seorang editor dan penulis ternama. Boneka beruang milik Christopher menjadi dasar penciptaan karakter Winnie the Pooh. Namun, kehidupan nyata Christopher jauh dari gambaran hangat yang dipaparkan dalam buku-buku dan film Disney.

Masa Kecil yang Penuh Tekanan

Christopher lahir pada 21 Agustus 1920, tetapi orang tuanya menginginkan seorang anak perempuan. Mereka bahkan telah menyiapkan nama “Rosemary” untuk anak yang mereka harapkan. Kekecewaan ini mendorong mereka untuk membesarkan Christopher layaknya seorang gadis. Rambutnya dibiarkan panjang, dan ia sering dipakaikan gaun feminin oleh ibunya. Hal ini menjadi pengalaman yang membekas dan turut memengaruhi masa kecil Christopher.

Selain itu, kesibukan A.A. Milne sebagai penulis membuat Christopher sering merasa diabaikan. Ia lebih banyak diasuh oleh pengasuh bernama Olive Rand selama delapan tahun pertama hidupnya. Jarak emosional antara ayah dan anak ini terus berlanjut hingga dewasa.

Meskipun publik percaya bahwa kisah Winnie the Pooh terinspirasi dari hubungan antara A.A. Milne dan Christopher, kenyataannya ide tersebut berasal dari istri Milne. Saat menunggu di tempat penitipan anak, ia bertanya kepada Christopher tentang imajinasinya, lalu menyampaikan cerita itu kepada suaminya. Hal ini menjadi pemicu bagi Milne untuk menulis buku tentang Pooh, Piglet, Tigger, dan kawan-kawan.

Popularitas yang Berujung Bullying

Ketika buku Winnie the Pooh menjadi populer, Christopher mulai menjadi sorotan publik. Namun, popularitas ini membawa dampak negatif bagi kehidupan sosialnya. Ketika masuk ke sekolah berasrama, ia kerap di-bully oleh teman-temannya karena gerak-geriknya yang dianggap feminim dan hubungannya dengan karakter Pooh. Penderitaan ini membuat Christopher memutuskan untuk belajar tinju sebagai bentuk perlindungan diri.

Ketika dewasa, Christopher semakin membenci ayahnya. Ia merasa A.A. Milne hanya memanfaatkan dirinya demi ketenaran dan keuntungan pribadi, tanpa memberikan perhatian yang layak. Hubungan ini memuncak ketika Christopher memutuskan untuk menikahi sepupunya, Lesley de Selincourt. Orang tua Robin ingin putranya menikahi Anne Darlington, tetangganya yang mereka perlakukan seperti anak sendiri.

Namun, Robin justru mencintai Lesley de Selincourt, sepupu pertamanya. Milne sebenarnya tidak setuju anaknya menikah dengan putri saudara istrinya. Karena dia tidak ingin punya cucu dari produk incest. Ternyata terbukti, anak Robin menderita Cerebral Palsy. Lesley adalah anak dari adik ibunya. Pernikahan ini ditentang keras oleh kedua orang tuanya, terutama karena hubungan darah mereka yang dekat.

Setelah menikah, Christopher dan Lesley memiliki seorang anak bernama Clare, yang lahir dengan kondisi Cerebral Palsy. Kesulitan keuangan membuat Christopher berusaha meminta royalti atas penggunaan nama Winnie the Pooh, Chris mengunjungi setiap toko yang menjual boneka Winnie the Pooh. Kedatangannya untuk meminta uang royalti atas penggunaan nama Winnie.

Saat Chris masih remaja, ia sempat berjanji bahwa suat saat ia akan menulis. Yaitu tentang bagaimana perlakuan orang tuanya terhadap Chris. Ia menepati janjinya, memulai berbagai interview dengn pihak publisher. Chris menceritakan bagaimana jahatnya orang tuanya dan tidak bertanggung jawab dalam membesarkannya.

Ibunya menjadi sangat kecewa dan marah karena tindakannya itu, ia pun memutus segala macam hubungan dengan Christopher. Bahkan ketika sedang terbaring sakit, Chris yang ingin menemui ibunya tidak diperbolehkan oleh penjaga rumah sakit. Akhirnya, hubungan mereka tetap terputus hingga ibunya meninggal.

Nasib Boneka Winnie the Pooh

Setelah orang tuanya meninggal, Christopher memutuskan untuk mendonasikan boneka asli Winnie the Pooh ke Perpustakaan Umum New York. Ia tidak ingin menyimpan boneka tersebut, yang hanya mengingatkannya pada masa kecilnya yang kelam. Hingga kini, boneka itu menjadi simbol dari kisah Winnie the Pooh yang begitu dicintai, meski menyimpan tragedi di baliknya.

Kisah hidup Christopher Robin adalah ironi dari karakter yang ia inspirasikan. Sementara Winnie the Pooh membawa kebahagiaan bagi jutaan orang di seluruh dunia, Christopher harus menghadapi kenyataan pahit yang merenggut masa kecilnya. Hari ini, ketika kita merayakan Hari Winnie the Pooh, kita juga diingatkan akan kompleksitas manusia di balik legenda. [UN]