Indonesia adalah negara kepulauan yang tak terpisahkan dari laut sebagai identitasnya. Di balik gelombang samudera yang menghubungkan pulau-pulau, tersimpan kisah heroik tentang perjuangan menjaga kedaulatan. Salah satu momen penting dalam sejarah maritim Indonesia adalah Pertempuran Laut Aru, sebuah bukti nyata keberanian Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dalam melindungi tanah air.
Melalui peringatan Hari Dharma Samudera setiap tanggal 15 Januari, bangsa ini tidak hanya mengenang pengorbanan para pahlawan, tetapi juga merenungkan nilai-nilai perjuangan yang tetap relevan hingga kini. Tahun 2025, kita memperingati 63 tahun peristiwa bersejarah ini, yang menjadi tonggak semangat juang tak tergoyahkan. Apa saja makna dan latar belakang yang melatarbelakangi peringatan ini? Mari kita simak lebih lanjut dalam artikel berikut.
Sejarah dan Makna Hari Dharma Samudera
Setiap tanggal 15 Januari, bangsa Indonesia memperingati Hari Dharma Samudera untuk mengenang keberanian dan pengorbanan prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dalam mempertahankan kedaulatan negara. Dilansir dari situs resmi TNI AL, Hari Dharma Samudera didedikasikan untuk mengenang Komodor Yos Sudarso dan prajurit TNI AL yang gugur dalam pertempuran di Laut Aru. Pada peristiwa tersebut, mereka mempertaruhkan nyawa demi menjaga keutuhan wilayah Indonesia, khususnya di perairan Papua Barat.
Latar belakang pertempuran ini berawal dari penolakan Belanda untuk menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia, meskipun telah disepakati dalam Konferensi Meja Bundar (KMB). Untuk merespons hal ini, Indonesia meluncurkan Operasi STC-9 yang melibatkan tiga Kapal Republik Indonesia (KRI), yaitu KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan KRI Harimau. Misi operasi adalah mengintai armada Belanda di sekitar Irian Barat.
Pada 15 Januari 1962, ketiga KRI tersebut terdeteksi oleh armada Belanda. Pertempuran pun tak terhindarkan, dengan kekuatan Indonesia yang tidak seimbang melawan kapal perang dan pesawat tempur Belanda. Dalam situasi kritis, Komodor Yos Sudarso memerintahkan kapal lainnya untuk kembali, namun KRI Macan Tutul mengalami kerusakan dan menjadi sasaran tembak. Sebelum gugur, ia sempat mengeluarkan perintah heroik: “Kobarkan Semangat Pertempuran.”
Pengorbanan tersebut menjadi simbol keberanian dan semangat perjuangan TNI AL dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia. Tidak lama setelah pertempuran itu, masyarakat Irian Barat akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia, mengakhiri konflik dengan Belanda.
Setiap tahunnya, Hari Dharma Samudera diperingati dengan upacara, tabur bunga di laut, serta refleksi atas nilai-nilai perjuangan para pahlawan. Momentum ini juga mengingatkan generasi muda akan pentingnya sejarah dalam menjaga persatuan dan keutuhan NKRI.
Hari Dharma Samudera bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga menjadi inspirasi untuk terus memperkuat pertahanan maritim Indonesia. Laut, sebagai bagian integral dari wilayah Nusantara, memiliki peran strategis dalam menjaga kedaulatan dan kekayaan negara.
Hari Dharma Samudera adalah pengingat akan pengorbanan besar yang telah diberikan oleh para prajurit TNI AL, khususnya Komodor Yos Sudarso, demi menjaga keutuhan Indonesia. Pada tahun ke-63 peringatannya ini, marilah kita jadikan semangat perjuangan mereka sebagai inspirasi untuk terus menjaga persatuan, keamanan, dan kedaulatan negara tercinta. “Kobarkan Semangat Pertempuran” akan selalu menjadi pesan abadi bagi seluruh bangsa Indonesia. [UN]