Ded Moroz adalah sosok mirip Santa Claus dalam perayaan Natal di Rusia. (Sumber: Amazing Russian)

Masyarakat Rusia merayakan Natal pada tanggal 7 Januari. Tanggalnya berbeda dari tanggal Hari Natal yang lebih dikenal luas di seluruh dunia karena Gereja Ortodoks Rusia menggunakan Kalender Julian untuk menandai hari-hari perayaan keagamaan.

Dengan demikian tanggal 25 Desember merupakan hari biasa di Rusia dan masyarakatnya melakukan rutinitas mereka. Libur Natal dan Tahun Baru di Rusia secara resmi berlangsung dari tanggal 31 Desember hingga 10 Januari. Ketika Kalender Gregorian diperkenalkan oleh Paus Gregorius XVIII, Rusia tetap memilih untuk merayakan Natal berdasarkan Kalender Julian.

Sejarah Perayaan Natal di Rusia

Sepanjang sejarah Uni Soviet, pemerintah menganiaya berbagai bentuk agama Kristen dan menganjurkan gagasan penghancuran agama. Pada tahun 1929, negara melarang Natal sebagai hari raya keagamaan. Kaum Bolshevik memandang Natal sebagai ritual penyembahan matahari oleh kaum pagan dan tidak memiliki dasar fakta ilmiah. Pohon Natal juga dilarang karena dianggap sebagai produk borjuis.

Orang-orang yang ingin merayakan Natal harus melakukannya secara diam-diam dan hanya di dalam keluarga mereka.

Namun karena musim dingin yang keras dan abu-abu, Stalin mulai memahami bahwa sedikit perayaan akan menjadi hal yang menyenangkan, terutama untuk anak-anak Soviet. Jadi pada tahun 1935, dia mendukung gagasan untuk mengembalikan pohon perayaan.

Akan tetapi, pohon itu disebut sebagai Pohon Tahun Baru (Novogodnaya Yolka), meski tampilannya sangat mirip dengan pohon Natal. Hiasan utama yang dipasang adalah bintang merah Bolshevik, bukan bintang Betlehem, untuk menyesuaikan dengan komunisme.

Kemudian Ded Moroz, sosok yang mirip Santa Claus, dikembalikan. Tidak seperti Santa Claus, Ded Moroz atau Kakek Frost memiliki janggut panjang, mengenakan mantel bulu biru atau merah, bertubuh lebih tinggi, memegang tongkat, dan biasanya ditemani oleh cucunya, Snegurochka atau Gadis Salju. Ded Moroz berjalan kaki atau bepergian dengan Troika, yaitu kereta luncur yang ditarik oleh 3 kuda. Dia lalu masuk ke rumah-rumah melalui pintu depan dan meletakkan hadiah di bawah pohon.

Ironisnya, Ded Moroz dibuat mengajarkan perilaku komunis yang baik kepada anak-anak. Dia biasanya mengakhiri ceramahnya dengan mengajukan pertanyaan, “kepada siapakah kita berutang semua hal baik dalam masyarakat sosialis kita?” dan anak-anak menjawab serempak, “Stalin”.

Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, orang-orang dapat merayakan Natal lagi. Namun, perayaannya masih lebih tenang dan lebih kecil, tidak semeriah perayaan Tahun Baru.

Tradisi Natal di Rusia

Untuk merayakan Hari Natal, masyarakat Rusia menyiapkan hidangan spesial bernama Kut’ya. Makanan ini terbuat dari gandum (wheat berry), biji poppy, dan madu. Menyantap Kut’ya menandai berakhirnya Puasa Natal yang ketat selama empat puluh hari

Hidangan lain yang biasa disajikan adalah berbagai macam acar, pai, pangsit daging Pirog dan Pelmeni, kue jahe, kue madu Pryaniki, dan minuman khas bernama sbiten’, yang terbuat dari rempah-rempah dan madu.

Keluarga-keluarga di Rusia juga mengadakan ritual meramal nasib, seperti pembacaan kartu tarot, pembacaan daun teh atau ampas kopi, ramalan dengan cermin, ramalan dengan bayangan, dan ramalan dengan semangkuk beras.

Tradisi meramal ini telah ada sejak masa pra-Kristen di Rusia dan biasa dilakukan oleh perempuan muda yang belum menikah. Pasangan yang sudah menikah tidak diperbolehkan mengikuti ritual meramal nasib, tetapi wanita yang lebih tua akan melakukan zagovory, yaitu ritual berbasis kata-kata yang bertujuan mendatangkan kemakmuran bagi pasangan tersebut. [BP]