Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. (foto: Sulindo/Iqyanut Taufik)
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. (foto: Sulindo/Iqyanut Taufik)

PROBOLINGGO – KORAN SULINDO. Di tengah upaya pemerintah menaikkan sektor pariwisata dan jumlah kunjungan wisatawan, sejumlah pengelola wisata malah menaikkan tarif masuk. Penyesuaian tarif destinasi wisata ini sejatinya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2024 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Timur yang melakukan penyesuaian dan kenaikan tarif masuk adalah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Harga tiket masuk kawasan Taman Nasional Bromo mengalami kenaikan signifikan sejak PP nomor 36 tahun 2024 mulai diberlakukan pada tanggal 30 Oktober 2024.

Harga tiket masuk wisata Taman Nasional Bromo tetap dibedakan antara Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA).

Penyesuaian tarif baru yang berlaku saat ini untuk wisatawan lokal (WNI) adalah Rp.54.000 per orang (sebelumnya Rp. 29.000) di hari kerja (weekday) dan Rp. 79.000 per orang (sebelumnya Rp.34.000) di hari libur (weekend/high season).

Sementara untuk tiket masuk untuk wisatawan asing (WNA) ke Taman Nasional Bromo adalah Rp255.000. Biaya ini berlaku baik hari biasa maupun hari libur. Selain itu, ada biaya tambahan untuk kendaraan, yaitu Rp10.000 untuk mobil dan Rp5.000 untuk sepeda motor.

Kenaikan tarif masuk ini tidak berbanding lurus dengan jumlah wisatawan yang mengunjungi kawasan Bromo di penghujung tahun ini. Hal ini diungkapkan ibu Nursodik Yusuf, pengelola Homestay Hamur Nawak Bromo.

“Saat ini sepi pak, tidak seperti tahun lalu.” Ujar bu Yusuf kepada Sulindo.

“Wisatawan yang nginap di homestay kami berkurang drastis. Biasanya hampir setiap hari rame. Ada saja tamunya. Tapi saat ini hanya satu atau dua tamu dalam seminggunya” lanjutnya

“Sepi pengunjung. Wisatawan backpacker pun tidak seramai dulu. Sementara tamu-tamu yang sudah melakukan reservasi secara online, ga jarang membatalkan pesanannya. Ini jelas berpengaruh pada pendapatan kami” Ujar bu Yusuf sedih.

Hal yang sama juga dirasakan oleh pengelola penyewaan Jeep di kawasan wisata Taman Nasional Bromo.

“Dengan kenaikan harga tiket Taman Nasional Bromo, pengunjung ikut berkurang, tidak seperti biasanya.” Ujar Pak Rudi, salah satu pengelola penyewaan Jeep dari paguyuban Jeep Bromo.

“Kalau di kami paguyuban, sekarang seminggu kadang cuma 3 kali narik. Teman-teman juga ada yang ga narik, Karena tamu-tamu banyak yang cancel semua dengan kenaikan harga tiket.” lanjut pak Rudi.

“Jadi tamu-tamu itu yang sudah DP, (mereka memilih) mending kehilangan DP dari pada harus bayar mobil (karena batal kunjungan).” jelas pak Rudi.

Sementara di tempat terpisah, pak Sarirejo dari paguyuban Bromo Tengger Land cruiser Club mengungkapkan hal berbeda.

“Di musim libur Nataru ini penyewa Jeep mulai rame lagi. Ada aja setiap harinya. Terutama wisatawan asing. Tiket masuk mereka (wisatawan asing) jadi turun. Tiket asing dipukul rata Rp.255.000 per orang setiap hari. Dulu Rp. 220.000 di hari biasa, dan Rp.320.000 di hari libur” ujar pak Jarot, sapaan akrab pak Sarirejo.

“Kenaikan tiket masuk tidak berpengaruh pada harga sewa jeep. Harga sewa tetap sama dengan sebelumnya.Rp.600.000 per Jeep untuk hari kerja, dan Rp.700.000 per Jeep di hari libur dan hari besar lainnya. Ya seperti hari ini, naik Rp.100.000 saja.” lanjut pak Jarot.

“Kondisi ini blom tentu sama setelah tahun baru nanti. Bisa saja sepi pengunjung lagi, namun kami berharap setelah tahun baru kunjungan wisatawan di kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger tetap stabil. Rame terus.” tutup pak Jarot berharap. [Wien]