Potret Wolfgang Amadeus Mozart karya pelukis Austria Franz Xaver Wolf. Mozart telah menggubah lebih dari 600 karya. Banyak di antaranya sangat terkenal hingga masa kini. (Sumber: Artnet)

Banyak orang pasti sudah familiar dengan nada-nada Eine Kleine Nachtmusik K. 525. Musik tersebut merupakan salah satu karya Wolfgang Amadeus Mozart yang paling terkenal selama masa hidupnya.

Mozart merupakan salah satu komposer terhebat sepanjang masa dan terkenal sangat berbakat sejak muda. Dia mampu memainkan banyak alat musik dan mulai tampil di depan publik pada usia 6 tahun.

Selama bertahun-tahun, dia telah menggubah ratusan karya yang meliputi sonata, simfoni, musik untuk misa, musik kamar, konser, dan opera. Musik-musiknya menghadirkan ekspresi yang berani, sering kali rumit dan sumbang, dan membutuhkan penguasaan teknis yang tinggi. Karyanya memengaruhi banyak komposer berikutnya, terutama Ludwig van Beethoven.

Sayangnya, sang komposer jenius tidak hidup lama. Mozart meninggal pada tanggal 5 Desember 1791 di usia 35 tahun dan dikubur di pemakaman umum St. Marx. Awalnya makam Mozart tidak ditandai. Upaya-upaya untuk menemukan makam Mozart gagal, termasuk pencarian yang dilakukan oleh istrinya 17 tahun setelah kematiannya.

Pencarian oleh musisi Inggris Vincent Novello pada tahun 1829 juga gagal. Pada tahun 1855, sebuah batu nisan didirikan di titik yang dianggap benar, tapi batu nisan tersebut dipindahkan ke sekelompok makam musisi terkenal di Zentralfriedhof. Seorang pekerja menggantinya dengan plakat memorial, yang sekali lagi diperluas oleh beberapa kontributor.

Selama bertahun-tahun, sisa pemakaman umum St. Marx mengalami kerusakan. Tapi pada abad ke-20, pemakaman tersebut dipugar, ditetapkan sebagai cagar budaya, dan dibuka untuk umum pada tahun 1937. Tugu peringatan Mozart yang dikenal saat ini diperbarui oleh pematung asal Wina, Florian Josephu-Drouot, pada tahun 1950.

Biografi Wolfgang Amadeus Mozart

Wolfgang Amadeus Mozart lahir pada tanggal 27 Januari 1756, di Salzburg, Austria. Dia adalah putra tunggal yang masih hidup dari pasangan Johann Georg Leopold Mozart dan Anna Maria Pertl Mozart. Leopold adalah seorang komposer, pemain biola, dan asisten master konser yang sukses di istana Salzburg. Anna Maria Pertl, lahir dari keluarga kelas menengah pemimpin masyarakat setempat.

Mozart memiliki seorang saudara perempuan bernama Maria Anna Walburga Ignatia “Marianne” Mozart, yang dijuluki “Nannerl”. Dengan dorongan dan bimbingan ayah mereka, mereka berdua diperkenalkan dengan musik di usia dini. Leopold mulai mengajari Nannerl bermain keyboard ketika dia berusia tujuh tahun, sementara Mozart yang berusia tiga tahun menontonnya.

Meniru permainan kakaknya, Mozart dengan cepat mulai menunjukkan pemahaman yang kuat tentang akord, nada suara, dan tempo. Ayahnya lantas segera mengajarinya. Nannerl menjadi sumber inspirasi bagi Mozart.

Leopold adalah guru yang berdedikasi dan berorientasi pada tugas bagi kedua anaknya. Dia membuat pelajaran menjadi menyenangkan, tetapi juga menekankan etos kerja yang kuat dan kesempurnaan. Menyadari bakat khusus kedua anaknya, Leopold mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk pendidikan mereka dalam bidang musik serta mata pelajaran lainnya.

Menunjukkan Bakat

Wolfgang Amadeus Mozart menunjukkan tanda-tanda bakat yang melampaui ajaran ayahnya dengan membuat komposisi musik sejak usia lima tahun, serta mampu memainkan harpsichord, biola, piano, organ, dan violin.

Pada tahun 1762, ayah Mozart memulai “tur” Eropa dengan mengikutsertakan Nannerl yang berusia sebelas tahun dan Mozart yang berusia enam tahun ke istana Bavaria di Munich. Selanjutnya, mereka pergi ke istana Paris, London, Den Haag, dan Zurich untuk tampil. Mozart bertemu dengan sejumlah musisi berbakat dan menjadi akrab dengan karya-karya mereka. Momen yang memberi pengaruh paling kuat baginya adalah pertemuan dengan Johann Christian Bach, putra bungsu Johann Sebastian Bach, di London.

Perjalanan ke negara-negara Eropa yang lain seringkali panjang dan sulit, karena mereka harus bepergian dalam kondisi yang tidak memadai dan menunggu undangan serta ganti rugi dari kaum bangsawan. Akibatnya, Mozart dan anggota keluarganya sering jatuh sakit parah dan harus membatasi jadwal pertunjukan mereka.

Pada bulan Desember 1769, Mozart yang telah berusia 13 tahun pergi bersama ayahnya ke Italia, meninggalkan ibu dan saudara perempuannya di rumah. Karier musik profesional Nannerl berakhir karena dia sudah mendekati usia menikah dan menurut adat istiadat Austria pada saat itu, dia tidak lagi diizinkan menunjukkan bakat seninya di depan umum. Orang tuanya juga memaksanya tinggal di Salzburg untuk mencari pasangan.

Perjalana Mozart ke Italia berlangsung selama dua tahun, lebih lama dari perjalanan yang lain karena Leopold ingin menunjukkan kemampuan putranya sebagai pemain dan komposer kepada sebanyak mungkin penonton baru. Saat berada di Roma, Mozart mendengar Miserere karya Gregorio Allegri dipentaskan sekali di Kapel Sistina. Dia menulis seluruh partitur dari ingatannya dan kembali hanya untuk mengoreksi beberapa kesalahan kecil.

Selama waktu ini Mozart juga menulis opera baru, Mitridate, re di Ponto, untuk istana Milan. Pesanan-pesanan musim lain menyusul dan dalam perjalanan berikutnya ke Italia, dia menulis dua opera lainnya, yaitu Ascanio in Alba (1771) dan Lucio Silla (1772).

Memulai Karir Musik

Mozart dan ayahnya kembali dari kunjungan terakhir mereka di Italia pada bulan Maret 1773. Uskup agung yang baru, Hieronymus von Colleredo, mengangkat Mozart muda sebagai asisten pemimpin konser dengan gaji kecil.

Selama masa ini, Mozart berkesempatan untuk bekerja dalam beberapa genre musik yang berbeda, menggubah simfoni, kuartet gesek, sonata dan serenade, serta beberapa opera. Kemudian di tahun 1776, Mozart memulai konser piano. Puncak konsernya adalah Piano Concerto No.9 in E flat major pada awal tahun 1777, ketika dia baru berusia 21 tahun.

Meskipun sukses dengan komposisinya, Mozart mulai tidak puas dengan posisinya sebagai asisten pemimpin konser dan lingkungan Salzburg yang terbatas. Dia adalah sosok yang ambisius dan yakin bahwa dia dapat melakukan lebih banyak hal di tempat lain, tetapi Uskup Agung von Colloredo menganggapnya kekanak-kanakan.

Pada bulan Agustus 1777, Mozart berangkat untuk mencari pekerjaan yang lebih layak. Uskup Agung tidak mengizinkan Leopold untuk bepergian, jadi Anna Maria menemani Mozart dalam perjalanannya ke Mannheim, Paris, dan Munich.

Mozart sempat mendapat beberapa pekerjaan yang awalnya menjanjikan, tetapi lama-kelamaan dia tidak menyukainya. Dia mulai kehabisan dana dan harus menggadaikan beberapa barang pribadinya yang berharga untuk membayar biaya perjalanan dan biaya hidup.

Titik terendah dari perjalanan itu adalah ketika ibunya jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 3 Juli 1778. Setelah mendengar berita kematian istrinya, Leopold menegosiasikan jabatan yang lebih baik untuk Mozart sebagai organis pengadilan di Salzburg.

Saat kembali ke Salzburg pada tahun 1779, Mozart menghasilkan serangkaian karya gereja, termasuk Misa Penobatan. Dia juga menggubah opera lain untuk Munich, Idomeneo, pada tahun 1781.

Pada bulan Maret tahun itu, Mozart dipanggil ke Wina oleh Uskup Agung von Colloredo, yang sedang menghadiri pelantikan Joseph II ke tahta Austria. Di sana, Uskup Agung memperlakukan Mozart seperti pelayan biasa, mengurungnya, dan melarangnya tampil di hadapan Kaisar dengan bayaran yang setara dengan setengah dari gaji tahunannya di Salzburg. Pertengkaran terjadi dan Mozart menawarkan diri untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Uskup Agung awalnya menolak, tetapi kemudian mengalah. Dia memecat Mozart secara mendadak dan mengusirnya.

Pindah ke Wina

Mozart memutuskan untuk menetap di Wina sebagai pemusik lepas dan komposer. Untuk sementara waktu, dia tinggal bersama teman-temannya di rumah Fridolin Weber, seorang pemain double bass, prompter, dan penyalin musik. Dia segera mendapatkan pekerjaan di Wina, menerima murid, menulis musik, dan bermain di beberapa konser. Dia juga mulai menulis opera Die Entführung aus dem Serail (Penculikan dari Seraglio).

Pada musim panas tahun 1781, beredar rumor bahwa Mozart sedang mempertimbangkan untuk menikah dengan putri Fridolin Weber, Constanze. Mengetahui bahwa Leopold tidak akan menyetujui pernikahan tersebut dan karena ada gangguan dalam kariernya, Mozart segera menulis surat kepadanya, menolak gagasan untuk menikah.

Akan tetapi pada bulan Desember, Mozart meminta restu ayahnya untuk menikahi Constanze. Leopold tetap tidak setuju, tapi Mozart telah jatuh cinta pada Constanze dan mendapat dukungan dari ibu gadis itu. Pasangan itu akhirnya menikah pada tanggal 4 Agustus 1782, dan Leopold terpaksa merestui. Mozart dan Constanze memiliki enam orang anak, tapi hanya dua yang selamat, yaitu Karl Thomas dan Franz Xaver.

Kesuksesan sebagai Komposer

Menjelang pergantian tahun 1782 ke 1783, Mozart sang komposer muda terpesona dengan karya Bach dan George Frederic Handel. Keduanya memotivasi Mozart untuk menghasilkan beberapa karya dalam gaya Barok dan memengaruhi banyak komposisi selanjutnya, seperti bagian-bagian dalam Die Zauberflote (Suling Ajaib) dan bagian akhir Simfoni Nomor 41.

Selama masa ini, Mozart bertemu Joseph Haydn dan mereka menjadi sahabat karib. Ketika Haydn mengunjungi Wina, mereka terkadang menggelar konser dadakan dengan kuartet gesek. Antara tahun 1782 dan 1785, Mozart menulis enam kuartet yang didedikasikan untuk Haydn.

Opera Die Entführung langsung sukses dan memperkuat nama Mozart di seluruh Eropa. Dengan keuntungan besar dari konser dan penerbitan, Mozart dan Constanze menikmati gaya hidup mewah. Mereka tinggal di salah satu gedung apartemen paling eksklusif di Wina, menyekolahkan putra-putra mereka di sekolah asrama yang mahal, mempekerjakan pembantu, dan menjalani kehidupan sosial yang sibuk.

Pada tahun 1783, Mozart dan istrinya pergi ke Salzburg untuk mengunjungi ayah dan saudara perempuannya. Kunjungan itu agak tidak menyenangkan karena Leopold masih tidak menyukai pernikahan itu, dan Nannerl adalah putri yang berbakti kepada ayahnya. Namun, kunjungan itu mendorong Mozart untuk mulai menulis karya dalam C Minor untuk misa. Dia hanya menyelesaikan dua bagian pertama, yaitu “Kyrie” dan “Gloria”.

Pada tahun 1784, Mozart bergabung dengan Freemason, sebuah ordo persaudaraan yang berfokus pada pekerjaan amal, kejujuran moral, dan pengembangan persahabatan. Dia sangat dihormati di komunitas tersebut, dan menghadiri pertemuan serta terlibat dalam berbagai acara Freemasonry. Komunitas itu memberi pengaruh kuat dalam musiknya.

Dari tahun 1782 hingga 1785, Mozart membagi waktunya agar bisa memproduksi konser sendiri sebagai solois. Dia mempersembahkan tiga hingga empat konser piano baru di setiap musim. Karena terkadang kesulitan mendapatkan ruang teater di Wina, Mozart memesan tempat-tempat yang tidak konvensional seperti ruangan besar di gedung apartemen dan ruang dansa restoran mahal.

Tahun 1784 menjadi tahun yang paling produktif bagi Mozart, karena selama satu periode lima minggu, dia tampil dalam 22 konser, termasuk lima yang dia produksi dan tampilkan sebagai solois.

Dalam konser biasa, Mozart memainkan pilihan karya yang sudah ada dan versi improvisasi, serta berbagai konser pianonya. Di waktu lain, dia memimpin pertunjukan simfoni-simfoninya. Konser-konser tersebut dihadiri banyak orang.

Selama masa ini, Mozart juga mulai membuat katalog musiknya sendiri, mungkin karena dia telah menyadari posisinya dalam sejarah musik.

Kesulitan Ekonomi

Pada pertengahan tahun 1780-an, gaya hidup mewah Mozart dan Constanze mulai berdampak buruk. Mozart bergaul dengan bangsawan Eropa dan merasa harus hidup seperti bangsawan. Inilah yang membuat keluarganya mengalami kesulitan ekonomi yang serius.

Mozart mencoba memperoleh penghasilan yang lebih stabil dan menguntungkan melalui pengangkatan di istana, tapi hal ini tidak mudah karena istana lebih condong ke komposer Italia dan pengaruh Kapellmeister Antonio Salieri. Rumor tentang pertengkaran keduanya menyebar, tapi mereka terbukti mengagumi karya masing-masing. Bahkan pada satu titik, mereka berkolaborasi dalam sebuah kantata untuk vokal dan piano yang berjudul Per la recuperate salute di Ophelia.

Menjelang akhir tahun 1785, Mozart bertemu dengan penulis naskah opera Lorenzo Da Ponte, seorang komposer dan penyair Venesia. Mereka berkolaborasi dalam opera The Marriage of Figaro. Opera ini menerima pemutaran perdana yang sukses di Wina pada tahun 1786 dan diterima dengan lebih hangat di Praha pada akhir tahun.

Kesuksesan tersebut menghasilkan kolaborasi kedua dengan Da Ponte, yaitu opera Don Giovanni yang ditayangkan perdana pada tahun 1787. Kolaborasi kedua ini juga mendapat banyak pujian di Praha. Karena terkenal akan kompleksitas musikalnya, kedua opera tersebut termasuk di antara karya Mozart yang paling penting dan menjadi andalan dalam repertoar opera saat ini.

Pada bulan Desember 1787, Kaisar Joseph II mengangkat Mozart sebagai “komposer kamar”-nya. Keputusan itu merupakan sebuah kehormatan untuk Mozart sekaligus sebuah upaya untuk mencegahnya meninggalkan Wina. Posisi itu bersifat paruh waktu dan gajinya rendah, tetapi Mozart menganggapnya sebagai rejeki nomplok, sebab dia tengah berjuang mengatasi utang. Posisi itu hanya mengharuskannya menggubah tari untuk pesta dansa tahunan. Ini memberinya kebebasan untuk lebih mengeksplorasi ambisi musikal pribadinya.

Kondisi yang Memburuk

Menjelang akhir tahun 1780-an, Mozart semakin jarang tampil dan penghasilannya menyusut. Ini dikarenakan perang antara Austria dengan Kekaisaran Ottoman membuat dukungan kaum aristokrat untuk seni menurun.

Pada pertengahan tahun 1788, Mozart memindahkan keluarganya dari pusat kota Wina ke pinggiran kota Alsergrund untuk mengurangi biaya hidup, tapi pengeluaran mereka tetap tinggi sehingga dia mulai meminjam uang dari teman-temannya. Untungnya, dia hampir selalu dapat segera melunasi hutangnya karena mendapat pesanan musik dan menggelar konser.

Selama waktu ini, Mozart menulis tiga simfoni terakhirnya. Tiga karya lainnya yang terakhir dari opera Da Ponte, Cosi Fan Tutte, ditayangkan perdana pada tahun 1790. Selama waktu ini, Mozart berkelana jauh dari Wina ke Leipzig, Berlin, Frankfurt, dan kota-kota Jerman lainnya dengan harapan menghidupkan kembali kesuksesannya yang dulu dan memperbaiki keuangan keluarganya. Usahanya ini tidak berhasil.

Tahun 1788-1789 menjadi titik terendah bagi Mozart karena dia mengalami depresi berat. Para sejarawan yakin dia mungkin mengalami gangguan bipolar karena mengalami periode histeria yang disertai dengan periode kreativitas yang luar biasa.

Antara tahun 1790 dan 1791, Mozart kembali produktif dalam bermusik. Beberapa karyanya yang paling dikagumi yaitu opera The Magic Flute, konser piano terakhir B-flat, Konserto Klarinet A mayor, Requiem yang belum selesai, dan masih banyak lagi.

Mozart berhasil membangkitkan kembali sebagian besar ketenarannya di depan publik dengan mementaskan karyanya berulang kali. Situasi keuangannya mulai membaik karena para donatur kaya di Hungaria dan Amsterdam menjanjikan anuitas sebagai imbalan atas karyanya. Hasilnya, Mozart mampu melunasi banyak utangnya.

Namun, selama masa ini kesehatan mental dan fisiknya memburuk. Pada bulan September 1791, Mozart berada di Praha untuk pemutaran perdana opera La Clemenza di Tito dalam rangka penobatan Leopold II sebagai Raja Bohemia. Dia memimpin pemutaran perdana The Magic Flute di Praha, lalu jatuh sakit pada bulan November dan harus berbaring di tempat tidur. Constanze dan saudara perempuannya Sophie melakukan yang terbaik untuk mendukung pemulihannya, tetapi dia terlalu sibuk menyelesaikan Requiem.

Kematian sang Komposer Jenius

Wolfgang Amadeus Mozart meninggal pada tanggal 5 Desember 1791 di usia 35 tahun. Penyebab kematiannya sempat menjadi bahan perdebatan karena keterbatasan diagnosis postmortem. Namun sebuah catatan secara resmi menyebutkan bahwa dia meninggal karena demam milier atau TB millier yang parah.

TB millier adalah jenis dari tuberkulosis (TBC) yang terjadi akibat penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam jumlah besar ke setiap organ tubuh selain paru-paru. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak-bercak kecil sebesar 1-5 mm yang terlihat seperti biji millet pada organ-organ yang terinfeksi, seperti kulit.

Beberapa orang juga mengaitkan kematian sang komposer jenius dengan demam rematik, penyakit yang dideritanya berulang kali sepanjang hidupnya.

Pemakaman Mozart hanya dihadiri sedikit pelayat dan dia dimakamkan di kuburan umum St. Marx. Kedua tindakan tersebut merupakan adat Wina pada masa itu, karena hanya bangsawan dan kaum ningrat yang diizinkan melalui masa berkabung publik dan dimakamkan di kuburan yang ditandai. Namun, upacara peringatan kepergian Mozart dan konser di Wina dan Praha dihadiri banyak orang.

Setelah kematian Mozart, Constanze menjual banyak manuskripnya yang tidak sempat diterbitkan untuk melunasi utang besar keluarganya. Dia berhasil memperoleh pensiun dari kaisar dan menyelenggarakan beberapa konser peringatan yang menguntungkan untuk menghormati Mozart. Dari usahanya ini, Constanze memperoleh keamanan finansial dan bisa menyekolahkan kedua putranya di sekolah swasta. Mereka tidak memiliki anak. [BP]