Sebagai sekutu paling setia, Belarus telah menjalin kedekatan dengan Rusia jauh sebelum pembentukan Uni Soviet. (Sumber: The Jamestown Foundation)
Sebagai sekutu paling setia, Belarus telah menjalin kedekatan dengan Rusia jauh sebelum pembentukan Uni Soviet. (Sumber: The Jamestown Foundation)

Rusia memutuskan untuk melancarkan Operasi Militer Khusus terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022. Dengan mengklaim bahwa gerakan neo-Nazi menganiaya kelompok minoritas Rusia, Vladimir Putin menyebut operasi tersebut bertujuan untuk “mendemiliterisasi dan mendenazifikasi” Ukraina. Namun banyak orang menyebut Rusia sebetulnya ingin memperluas wilayahnya dan mencegah Ukraina bergabung dengan NATO.

Melalui situs Kyiv Post, Ukraina menyatakan bahwa ada sejumlah negara yang mendukung Rusia, yaitu Belarus, Iran, Korea Utara, China, India, Mali, Eritrea, dan Myanmar.

Sebagai negara pecahan Uni Soviet, Belarus hingga kini merupakan sekutu Rusia yang paling setia. Di bawah arahan presidennya, Aleksandr Lukashenko, negara tersebut sejak bulan Juni 2023 mulai menampung senjata nuklir taktis Rusia di wilayahnya sendiri dan mengizinkan Kremlin mengoperasikan pangkalan udara dan instalasi militernya untuk kepentingan invasi terhadap Ukraina.

3 Alasan di Balik Kedekatan Belarus dan Rusia
Hubungan antara Belarus dan Rusia sebetulnya telah berlangsung lama. Kedekatan antar dua negara tersebut disebabkan oleh 3 hal, yaitu letak geografis, ikatan ekonomi, dan perkembangan politik.

Secara geografis, Belarus berbatasan dengan Rusia di timur, dengan jarak antara Minsk dan Moskow sejauh 700 km. Di masa lalu, wilayah timur Belarus pernah dikuasai oleh Kekaisaran Rusia di bawah Catherine II, sesuai Pembagian Polandia Pertama pada tahun 1772. Aturan Rusia kala itu membagi wilayah tersebut secara administratif menjadi provinsi-provinsi, yaitu Grodno (Hrodna), Minsk, Mogilyov, Vilnia (sekarang Vilnius, Lituania), dan Vitebsk.

Secara ekonomi, bisnis antara Belarus dan Rusia telah terjalin sejak Kievan Rus, negara Slavia Timur pertama, menguasai kerajaan-kerajaan lokal seperti Pinsk, Turaw (Turov), Polatsk (Polotsk), Slutsk, dan Minsk di abad ke-9 Masehi. Perdagangan berkembang di sepanjang sungai, khususnya di Dnieper, yang sejak tahun 930 merupakan dari bagian “jalur air” yang mengalir dari Konstantinopel (sekarang Istanbul) dan Kekaisaran Bizantium, melalui Kyiv (sekarang di Ukraina) dan Novgorod (sekarang di Rusia), ke Laut Baltik.

Secara politis, upaya pertama untuk mendirikan partai Marxis di Rusia terjadi di Minsk di tahun 1898, ketika sebuah kongres kecil meletakkan dasar bagi Partai Pekerja Sosial Demokrat Rusia. Bolshevik lalu mengumumkan pembentukan Republik Sosialis Soviet Belarusia (SSR) pada 1 Januari 1919. Selanjutnya, SSR Belarusia menjadi salah satu dari empat republik pendiri Uni Soviet.

Belarus Setelah Pembubaran Uni Soviet

SSR Belarusia mendeklarasikan kedaulatan pada 27 Juli 1990, dan kemerdekaan pada 25 Agustus 1991. Ketika Uni Soviet bubar, SSR Belarusia berganti nama menjadi Republik Belarus dan bergabung dengan Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS), yaitu asosiasi negara-negara berdaulat yang sebelumnya merupakan bagian dari Uni Soviet.

Kementerian Luar Negeri Republik Belarus, melalui situs resminya, mengatakan bahwa penandatanganan Perjanjian tentang Pembentukan Negara Kesatuan Belarus dan Rusia pada tahun 1999 menjadi dasar hukum bagi integrasi antara kedua negara.

Menurut Perjanjian tersebut, Belarus dan Rusia menetapkan serangkaian tujuan utama, yaitu memastikan perkembangan yang damai dan demokratis, membangun satu kawasan ekonomi dan bea cukai serta kerangka hukum yang tepat, memastikan pembangunan ekonomi berkelanjutan, menjalankan kebijakan luar negeri, pertahanan, dan sosial yang telah disepakati, dan memastikan keamanan dengan memerangi kejahatan.

Belarus Sekarang

Di masa kini, Belarus sangat bergantung pada Rusia dalam bidang perdagangan, energi, teknologi, keuangan, logistik, dan bidang lainnya. Inilah yang tetap menjaga kedekatan antar kedua negara tersebut.

Ketergantungan dalam hal energi adalah yang paling krusial, sebab Belarus mengimpor lebih dari 80 persen sumber daya energinya dari Rusia, membuatnya rentan terhadap setiap perubahan dalam kebijakan energi Rusia. Subsidi energi yang Rusia berikan memainkan peran penting dalam menjaga daya saing industri Belarus.

Pada tahun 2002, hubungan Belarus dan Rusia sempat memburuk karena Gazprom, perusahaan gas alam milik Rusia, ingin menaikkan harga gas yang diekspor ke Belarus ke tingkat dunia. Kedekatan dua negara itu kembali merenggang saat konflik militer antara Rusia dan Georgia pada tahun 2008. Kala itu, Kementerian Luar Negeri Belarus meminta Rusia dan Georgia meletakkan senjata dan memulai negosiasi perdamaian.

Permintaan yang tidak disangka-sangka ini datang setelah Rusia secara konsisten membela Belarus terhadap tuduhan bahwa negara itu melanggar kebebasan berbicara dan berserikat. Putin juga merupakan salah satu pemimpin yang memberi selamat kepada Lukashenko saat dia kembali terpilih sebagai presiden Belarus dalam pemilu tahun 2006.

Karena tidak mendukung kepentingan Kremlin di Georgia, Lukashenko dianggap gagal menunjukkan dukungan terhadap Rusia.

Meskipun demikian, setelahnya Belarus tetap mengorbit ke Rusia melalui keanggotaannya di organisasi-organisasi yang didukung Rusia, seperti Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS), Uni Ekonomi Eurasia (EEU), Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Belarus juga senantiasa mendukung Putin dan Operasi Militer Khususnya terhadap Ukraina. [BP]