Pada 12 November 1980, wahana antariksa Voyager 1 berhasil mendekati Saturnus dan memotret cincinnya untuk pertama kalinya.
Selain berhasil memotret cincin Saturnus, Voyager 1 juga menemukan tiga bulan baru yang mengelilingi planet tersebut. Adapun atmosfer bulan terbesarnya, Titan, sebagian besar terbuat dari nitrogen, seperti Bumi.
Menurut Laboratorium Propulsi Jet NASA (JPL), Voyager I saat ini masih ada di luar angkasa, melaju dengan kecepatan sekitar 38.000 mph (17 kilometer per detik).
Voyager 1 masih memiliki cukup bahan bakar untuk menjaga instrumennya tetap beroperasi setidaknya hingga tahun 2025. Saat itu terjadi, wahana tersebut akan berada sekitar 13,8 miliar mil (22,1 miliar kilometer) dari matahari.
Sejarah Peluncuran
Melansir dari situs space.com, peluncuran wahana antariksa Voyager 1 dan Voyager 2 memanfaatkan keselarasan planet (planetary alignment), yaitu keadaan di mana beberapa planet tampak berdekatan atau sejajar jika dilihat dari sudut pandang manusia di Bumi. Fenomena ini hanya terjadi setiap 176 tahun sekali.
Kesejajaran ini memungkinkan wahana antariksa untuk “meloncat” dari satu planet ke planet berikutnya mengikuti gaya gravitasi, sehingga dapat memanfaatkan bahan bakarnya yang terbatas dengan efisien. Pemanfaatan fenomena keselarasan planet untuk mengirim beberapa wahana ruang angkasa ke lima planet terluar disebut Tur Besar (The Grand Tour). Program Voyager 1 merupakan bagian dari Tur tersebut.
NASA awalnya berencana mengirim dua wahana antariksa melewati Jupiter, Saturnus, dan Pluto, serta dua wahana antariksa lainnya melewati Jupiter, Uranus, dan Neptunus. Akan tetapi keterbatasan anggaran memaksa badan antariksa tersebut untuk mengurangi rencananya.
Meskipun demikian, NASA tetap memperoleh banyak manfaat dari dua wahana antariksa Voyager yang diluncurkannya.
Voyager 1 meluncur pada 5 September 1977, sekitar dua minggu setelah kembarannya Voyager 2, dengan misi utama mengamati Jupiter dan Saturnus. Voyager 2 memiliki misi terbang melewati Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Kedua wahana antariksa tersebut ditenagai oleh tiga generator termoelektrik radioisotop, yaitu sebuah perangkat yang mengubah panas dari aktivitas peluruhan radioaktif plutonium menjadi listrik. Keduanya juga dilengkapi dengan 10 instrumen ilmiah, termasuk sistem pencitraan dua kamera, beberapa spektrometer, magnetometer, dan peralatan yang mendeteksi partikel bermuatan energi rendah dan sinar kosmik berenergi tinggi.
Voyager 1 juga membawa rekaman khusus, yaitu The Golden Record, yang dirancang untuk membawa suara dan musik dari Bumi ke luar angkasa. Jenis suaranya beragam, seperti suara badai, gunung berapi, peluncuran roket, pesawat terbang, suara hewan, musik Chuck Berry, bahkan ucapan salam dalam 55 bahasa.
Selain itu Voyager I membawa 117 gambar. Cakram tembaga berlapis emasnya yang selebar 12 inci (30 sentimeter) terutama dilengkapi gambar yang menunjukkan cara mengoperasikannya serta posisi matahari di antara pulsar (sejenis bintang mati yang berputar cepat yang dikenal sebagai bintang neutron) di dekatnya. Instruksi ini sengaja dipasang untuk berjaga-jaga jika suatu saat ada makhluk luar angkasa yang menemukan wahana antariksa itu dan bertanya-tanya dari mana asalnya.
Memasuki Jupiter
Berbobot 1.797 pon (815 kilogram), Voyager 1 hampir tidak lepas landas saat diluncurkan, karena roketnya hampir kehabisan bahan bakar dalam waktu 3,5 detik.
Namun, wahana antariksa itu berhasil mencapai luar angkasa dengan selamat dan melesat mendahului kembarannya setelah peluncuran, kemudian melewati sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter sebelum Voyager 2.
Voyager 1 terbang melintasi Jupiter pada 5 Maret 1979, berada dalam jarak 174.000 mil (280.000 km) dari puncak awan yang bergolak. Jaraknya dari Bumi adalah 165 juta mil (266 juta kilometer).
Voyager 1 mulai mengirimkan gambar yang telah diambilnya pada bulan April 1978. Gambar-gambar tersebut mengejutkan NASA karena memperlihatkan cincin tipis yang mengelilingi Jupiter. Voyager 1 juga menemukan dua bulan baru, yaitu Thebe dan Metis, dan berhasil mengirimkan gambar terperinci bulan-bulan besar Jupiter seperti Io, Europa, Ganymede, Callisto, dan Amalthea.
Pengamatan Voyager terhadap bulan-bulan Jupiter menunjukkan bahwa masing-masing dari mereka memiliki bagian dalam aktif. Misalnya, Io memiliki banyak gunung berapi dan permukaannya berwarna kuning-coklat-oranye.
Europa memiliki permukaan yang relatif halus namun diselingi garis-garis, yang mengisyaratkan adanya es dan bahkan mungkin lautan di bawahnya. Pengamatan dan analisis selanjutnya telah mengungkapkan bahwa Europa kemungkinan menyimpan lautan besar berisi air di bawah permukaan, yang artinya bulan tersebut dapat mendukung kehidupan seperti di Bumi.
Pergi ke Saturnus
Setelah selesai mengamati Jupiter, Voyager 1 pergi unduk membidik Saturnus. Salah satu target Voyager 1 di planet tersebut adalah cincin F, yaitu struktur tipis yang ditemukan setahun sebelumnya oleh wahana Pioneer 11 milik NASA.
Para ilmuwan hanya perlu menunggu sekitar satu tahun. Pada 12 November 1980, Voyager 1 berhasil mendekati Saturnus. Kamera resolusi lebih tingginya menemukan dua bulan baru, yaitu Prometheus dan Pandora. Orbit kedua bulan tersebut menjaga material es di cincin F planet Saturnus dalam orbit yang ditentukan.
Voyager 1 juga menemukan bulan lain bernama Atlas dan cincin baru, yaitu cincin G. Wahana antariksa itu terus mengambil gambar beberapa bulan Saturnus lainnya.
Salah satu bulan milik Saturnus yang menimbulkan banyak pertanyaan adalah Titan, yang merupakan bulan terbesar kedua di tata surya setelah Ganymede milik Jupiter. Foto-foto jarak dekat Titan tidak menunjukkan apa pun kecuali kabut jingga.
Pertemuan dengan Saturnus menandai berakhirnya misi utama Voyager 1. Fokus selanjutnya adalah memasuki ruang antarbintang.
Namun, sebelum pergi ke ruang antarbintang, Voyager 1 mengambil salah satu foto paling ikonik dalam sejarah penerbangan antariksa. Tepatnya pada 14 Februari 1990, wahana antariksa itu mengambil gambar Bumi dari jarak 3,7 miliar mil (6 miliar km). Gambar itu memperlihatkan Bumi sebagai titik kecil biru pucat yang tergantung di bawah sinar matahari.
Voyager 1 mengambil lusinan foto lain, menangkap lima planet lain dan matahari dalam. Namun, titik biru pucat yang ada pada gambar adalah yang paling menonjol, mengingatkan kita bahwa Bumi hanyalah hanyalah satu bagian kecil di alam semesta yang sangat luas.
Memasuki Ruang Antarbintang
Voyager 1 meninggalkan heliosfer, yaitu lapisan atmosfer terluar matahari, pada bulan Agustus 2012, lalu meluncur ke ruang antarbintang. Pada 25 Agustus 2012, wahana antariksa itu memasuki ruang antarbintang pada jarak sekitar 11 miliar mil (18 miliar kilometer) dari Matahari.
Akan tetapi, tim ilmuwan tidak langsung yakin bahwa Voyager 1 telah keluar dari heliosfer. Instrumen partikel pada wahana antariksa tersebut menunjukkan peningkatan sinar kosmik (yang berasal dari luar heliosfer) dan penurunan partikel heliosfer. Namun, Plasma Science Experiment (PLS) wahana tersebut telah berhenti bekerja pada tahun 1980.
PLS dirancang untuk mengukur kecepatan dan arah angin matahari saat Voyager 1 berada di dalam heliosfer. Di ruang antarbintang, Voyager 1 akan mendeteksi penurunan dramatis dalam pengukuran tersebut. Tanpa PLS, tim ilmuwan tidak dapat memastikan apakah Voyager 1 benar-benar telah meninggalkan heliosfer atau belum.
Untungnya hampir setahun kemudian, tepatnya antara 9 April dan 22 Mei 2013, alat subsistem gelombang plasma (PWS) milik Voyager 1 merekam letusan matahari yang dahsyat. Letusan tersebut menyebabkan elektron di dekat Voyager 1 bergetar. Hal ini dikenal sebagai osilasi atau variasi periodik, mengindikasikan bahwa Voyager 1 bergerak ke wilayah plasma yang semakin padat. Artinya, Voyager 1 benar telah memasuki ruang antarbintang.
Sejak terbang ke ruang antarbintang, Voyager 1 telah mengirimkan kembali berbagai informasi berharga. Salah satu temuannya menunjukkan bahwa radiasi kosmik di ruang angkasa sangat kuat. Temuan lain menunjukkan bagaimana partikel bermuatan dari matahari berinteraksi dengan partikel yang dipancarkan oleh bintang lain.
Misi Berikutnya?
Misi besar Voyager 1 berikutnya adalah bertemu dengan bintang bernama AC +79 3888, yang terletak 17,6 tahun cahaya dari Bumi.
Sayangnya, pasokan bahan bakar Voyager 1 telah menurun. Artinya, wahana antariksa itu mungkin akan berhenti mengumpulkan data ilmiah sekitar tahun 2025.
Pencapaian-pencapaian Voyager 1 menjadikannya sebagai pesawat antariksa pertama yang melakukan perjalanan melampaui tata surya dan mencapai ruang antarbintang. Gambar-gambar yang dikirim Voyager I telah digunakan dalam buku-buku sekolah dan oleh banyak media.
Aktivitas terbaru Voyager 1 terdeteksi pada pertengahan Oktober 2024. Wahana antariksa tersebut tiba-tiba mematikan salah satu dari dua pemancar radionya, kemudian memulihkan kontak dengan menyalakan pemancar radio cadangan yang sudah tidak aktif sejak 1981.
Pada tanggal 16 Oktober, Voyager 1 mengalami kendala lagi. Para ilmuwan mengirim perintah kepada wahana itu untuk menyalakan salah satu pemanasnya, tetapi karena suatu alasan, perintah itu malah memicu sistem perlindungannya, yang dirancang untuk merespons masalah yang terjadi pada Voyager 1 secara otomatis.
Karena Voyager 1 saat ini berada lebih dari 15 miliar mil dari Bumi, diperlukan waktu hampir 23 jam agar perintah dari tim ilmuwan diterima, dan butuh 23 jam lagi agar respons dari Voyager 1 mencapai Bumi. Itu berarti tim NASA baru menyadari ada yang salah dua hari kemudian, saat mereka tidak mendeteksi respons dari wahana itu.
Pada tanggal 19 Oktober, Voyager 1 kembali diam. Tim berspekulasi bahwa wahana antariksa itu telah sepenuhnya mematikan salah satu pemancarnya. [BP]