Ilustrasi pengikut Kejawen (Foto: Agto Nugroho/Unsplash)
Ilustrasi pengikut Kejawen (Foto: Agto Nugroho/Unsplash)

Koran Sulindo – Pulau Jawa, sebagai pulau terpadat di Indonesia, menjadi rumah bagi berbagai macam kepercayaan, mulai dari agama-agama besar seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha, hingga kepercayaan tradisional yang masih dipelihara oleh masyarakatnya.

Salah satu kepercayaan tradisional yang dianut oleh masyarakat Jawa adalah Kejawen. Kejawen telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa sejak zaman kuno dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam seni, budaya, dan kehidupan sehari-hari mereka.

Apa Itu Kejawen?

Kejawen, menurut laman resmi indonesia.go.id, adalah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat suku Jawa. Kejawen bukan hanya sekadar kepercayaan spiritual, melainkan lebih luas mencakup seni, budaya, tradisi, sikap, ritual, dan filosofi hidup masyarakat Jawa yang erat kaitannya dengan spiritualitas.

Secara umum, Kejawen mengajarkan tata krama dan aturan dalam kehidupan yang baik, mencerminkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan Tuhan.

Walaupun orang Jawa yang menganut Kejawen sering kali mempraktikkan agama resmi yang mereka yakini, mereka tetap menjaga nilai-nilai kultural Kejawen yang mendorong mereka untuk setia kepada Tuhan sesuai keyakinannya.

Ajaran Kejawen menekankan pentingnya pengakuan terhadap keesaan Tuhan, sebagaimana tercermin dalam filosofi inti Kejawen yang disebut “Sangkan Paraning Dumadhi”, yang berarti “dari mana asalnya manusia dan ke mana kembalinya setelah hidup.”

Ini menggambarkan pengakuan masyarakat Jawa terhadap kehidupan sebagai sebuah perjalanan spiritual yang berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya.

Kejawen tidak berdiri sendiri dari agama-agama besar yang ada di Indonesia. Filosofi ini seringkali menyatu dengan keyakinan agama yang dianut seseorang, sehingga muncul istilah seperti Islam Kejawen, Hindu Kejawen, Buddha Kejawen, dan Kristen Kejawen.

Tradisi Kejawen

Seiring dengan ajarannya yang filosofis, masyarakat Jawa yang menganut Kejawen juga mempraktikkan berbagai tradisi dan ritual. Berikut adalah beberapa tradisi Kejawen yang masih kental dilakukan hingga sekarang:

1. Nyadran
Nyadran merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa sebelum bulan puasa tiba. Tradisi ini berupa ziarah ke makam leluhur dan menaburkan bunga di atas makam sebagai bentuk penghormatan dan doa untuk para arwah yang telah meninggal.

2. Mitoni
Mitoni adalah tradisi yang diperuntukkan bagi wanita yang baru pertama kali mengandung. Pada usia kehamilan tujuh bulan, diadakan upacara siraman sebagai bentuk doa dan harapan agar bayi yang dikandung lahir dengan selamat dan ibunya diberikan kesehatan.

3. Tedhak Siten
Tedhak Siten merupakan tradisi yang dilaksanakan untuk memperkenalkan anak yang baru mulai belajar berjalan ke kehidupan di luar rumah. Tradisi ini dilangsungkan sebagai simbol kesiapan anak dalam menjalani kehidupan yang benar dan sukses di masa depannya.

4. Wetonan
Wetonan adalah perayaan hari kelahiran seseorang menurut kalender Jawa. Uniknya, tradisi ini bisa dirayakan hingga 10 kali dalam setahun, karena penanggalan kalender Jawa berbeda dengan kalender masehi yang digunakan secara umum.

Perayaan ini tidak hanya sekedar mengenang kelahiran, tetapi juga sebagai momentum untuk mendoakan keselamatan dan kebahagiaan di masa yang akan datang

Kejawen bukan hanya sebuah kepercayaan spiritual semata, tetapi juga menjadi bagian integral dari kebudayaan Jawa yang kaya akan tradisi dan filosofi hidup. Melalui ajaran-ajarannya.

Kejawen mengajarkan pentingnya menjaga hubungan dengan Tuhan, menghormati leluhur, serta menjalani kehidupan dengan penuh tata krama dan kebijaksanaan. Tradisi-tradisi yang diwariskan secara turun temurun ini menjadi cerminan dari kekayaan budaya Jawa yang terus dipertahankan hingga kini. [UN]