Koran Sulindo – Paus Fransiskus tiba di Indonesia pada Selasa, 3 September 2024, pukul 11.25 WIB, dalam rangkaian perjalanan apostoliknya ke sejumlah negara di Asia dan Pasifik.
Kunjungan ini menandai momen bersejarah, karena Paus Fransiskus menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik ketiga yang menginjakkan kaki di Indonesia. Paus akan berada di Indonesia hingga Jumat, 6 September 2024, sebelum melanjutkan perjalanan ke negara lain di kawasan tersebut.
Kunjungan Paus ke Indonesia tidak hanya istimewa bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebelumnya, hanya dua Paus yang pernah berkunjung ke Indonesia, yaitu Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Kunjungan Paus Paulus VI
Paus Paulus VI menjadi pemimpin Gereja Katolik pertama yang mengunjungi Indonesia. Pada tahun 1970, dalam masa kepemimpinannya yang berlangsung selama 15 tahun setelah menggantikan Paus Yohanes XXIII yang meninggal pada tahun 1963, Paus Paulus VI melakukan serangkaian perjalanan apostolik ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Melansir dari Britannica, Paus Paulus VI dikenal sebagai paus pertama yang sering bepergian ke berbagai tempat di dunia, termasuk Asia, India, Yerusalem, dan Amerika Latin. Indonesia menjadi salah satu tujuan dari perjalanan kerasulannya, yang berlangsung pada tanggal 3 hingga 4 Desember 1970.
Kunjungan Paus Paulus VI ini menjadi tonggak sejarah penting bagi Gereja Katolik di Indonesia, memperkuat hubungan antara Vatikan dan Indonesia, serta memberikan semangat bagi umat Katolik di tanah air.
Kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia
Indonesia kembali dikunjungi oleh Paus pada tahun 1989, tepatnya pada tanggal 9 hingga 14 Oktober, ketika Paus Yohanes Paulus II, yang merupakan Paus ke-264, melakukan perjalanan apostoliknya ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Melansir dari catatan Majalah Tempo berjudul “Ia akan menginap di seminari”, kunjungan Paus Yohanes Paulus II saat itu selain bersifat keagamaan juga kenegaraan sebagai Kepala Negara Vatikan.
Paus Yohanes Paulus II tidak menginap di Wisma Negara seperti layaknya para tamu negara, melainkan memilih menginap di Kedutaan Besar Vatikan, Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat.
Paus Yohanes Paulus II, yang memiliki nama kecil Karol Wojtyla, tiba di Indonesia dengan mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma pada siang hari, 9 Oktober 1989.
Setibanya di Jakarta, Paus Yohanes Paulus II langsung menuju Istana Negara untuk bertemu dengan Presiden Soeharto. Pada sore harinya, ia memimpin misa agung di Stadion Utama Senayan, yang dihadiri oleh 110 ribu umat.
Setelah misa, Paus menerima kunjungan kehormatan dari Wakil Presiden RI, Sudharmono, di Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.
Pada hari kedua, Paus melanjutkan perjalanannya ke Yogyakarta untuk memimpin misa kudus di pangkalan udara utama Adisucipto, yang dihadiri sekitar 160 ribu umat dari berbagai keuskupan di Indonesia.
Usai misa, Paus kembali ke Jakarta untuk menghadiri pertemuan dengan para ulama dari berbagai agama di Sasana Adiguna, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan kemudian bertemu dengan rohaniwan dan rohaniwati di Gereja Katedral Jakarta.
Hari ketiga kunjungan Paus Yohanes Paulus II di Indonesia diisi dengan kunjungan ke Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur, di mana ia memimpin misa kudus dan menginap di Seminari St. Peter. Keesokan harinya, Paus terbang ke Dili, Timor Timur, untuk memberkati peresmian Gereja Katedral Dili dan memimpin misa agung di sana.
Pada hari kelima, 13 Oktober 1989, Paus Yohanes Paulus II melanjutkan perjalanan ke Medan untuk memimpin misa suci di lapangan Tuntungan, sebelum kembali ke Jakarta untuk bertemu dengan para uskup Indonesia di kediaman Duta Besar Vatikan.
Kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia ini diakhiri dengan keberangkatannya ke Mauritius pada 14 Oktober 1989.
Kunjungan Paus Fransiskus
Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia pada tahun 2024 menjadi lanjutan dari jejak para pendahulunya, Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II. Kunjungan ini tidak hanya mempererat hubungan antara Vatikan dan Indonesia, tetapi juga memperkuat semangat persaudaraan dan toleransi antarumat beragama di Indonesia.
Paus Fransiskus, yang dikenal dengan pendekatannya yang inklusif dan penuh kasih, diharapkan membawa pesan damai dan persatuan bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa memandang latar belakang agama.
Selama kunjungannya, Paus Fransiskus dijadwalkan untuk bertemu dengan berbagai tokoh agama, pejabat pemerintah, dan umat Katolik di Indonesia. Kunjungan ini diharapkan akan menjadi momen bersejarah yang memperkuat hubungan antara Vatikan dan Indonesia.
Serta memberikan inspirasi bagi upaya-upaya untuk menciptakan perdamaian dan keharmonisan di dunia. [UN]