Ilustrasi Suporter Sepakbola
Ilustrasi Suporter Sepakbola

MALANG, KORAN SULINDO — Manajemen klub dan panitia pelaksana (Panpel) pertandingan BRI Liga 1 tidak mau kecolongan terkait keamanan pelaksanaan pertandingan-pertandingan Big Match antara 2 klub besar di tanah air. Begitupun halnya dengan Panpel laga Big Match antara Persib Bandung vs Arema FC, yang sedianya akan digelar di stadion Si Jalak Harupat (SJH) Kabupaten Bandung pada Minggu, 25 Agustus 2024 mendatang.

Persiapan dan koordinasi terkait rencana pelaksanaan laga Big Match ini sudah mulai digelar dan diantisipasi. Pihak Kepolisian Resor Kota Bandung, Sabtu (17 Agustus 2024) telah berkoordinasi dengan pihak Kepolisian Resor Kota Malang untuk mensosialisasikan larangan kehadiran suporter dalam pertandingan tandang (away) bagi suporter tim Arema FC ke Bandung.

Koordinasi dan upaya sosialisasi larangan away ini menyusul adanya surat permohonan dari manajemen Persib Bandung ke manajemen Arema FC dan Presidium Aremania Satu (dan suporter Aremania) prihal bantuan sosialisasi dan penekanan larangan away bagi suporter tim tamu. Turut hadir dalam pertemuan di Mapolresta Malang ini adalah salah satu perwakilan Aremania, Sam Achmad Ghozali.

“Saya menghimbau kepada suporter Aremania untuk mentaati himbauan larangan away ini dan tidak berangkat ke Bandung” Kata Sam Ghozali ketika ditemui.

“Ya kami tadi dihubungi pihak Polresta Malang Kota untuk bertemu dengan pihak Polresta Bandung di mapoolresta Malang membahas larangan away Aremania ke Bandung. Kami akan membantu mensosialisasikan himbauan ini kepada Aremania untuk menahan diri dan patuhi larangan ini. Tentu ini bukan untuk membatasi kita menonton secara langsung ke Bandung, tapi demi menjaga keamanan bersama dalam menciptakan suasana iklim pertandingan yang aman dan nyaman.” ujar Achmad Ghozali.

Vice President Operation Persib Bandung, Andang Ruhiat melalui suratnya kepada manajemen Arema FC bernomor 06/VP-PBB/VIII/2024 dan 07/VP-PBB/VIII/2024, memohon bantuan sosialisasi dan penekanan tanpa penonton suporter Arema FC malang (Aremania).

Dalam surat ini, manajemen Persib Bandung memohon bantuan sosialisasi dan menegaskan kepada seluruh suporter Aremania bahwa pada laga antara Persib Bandung vs Arema FC pada tanggal 25 Agustus 2024 mendatang, tidak diperkenankan hadir ke stadion Si Jalak Harupat sesuai regulasi kompetisi BRI Liga 1 2024/25 pasal 4 ayat 8.

Dalam surat ini juga disebutkan bahwa Panpel telah berkoordinasi dengan pihak keamanan, dan sudah mensosialisasikan beberapa himbauan kepada suporter Persib Bandung (Bobotoh) untuk tidak membantu/memfasilitasi pembelian tiket untuk suporter tim tamu (Arema FC) dan berhak melarang suporter tim tamu yang terbukti membawa atribut untuk masuk ke stadion Si Jalak Harupat Bandung, Kabupaten Bandung, walaupun suporter yang bersangkutan memiliki tiket resmi pertandingan.

Pada kesempatan terpisah, PSSI melalui Ketua Umumnya juga telah meminta suporter untuk menaati regulasi larangan kehadiran suporter tim tamu.

“Saya sudah sering menjawab, sepakbola kita ke arah transformasi yang baik. Tapi apa semua baik? belum. Bisa lihat akhir musim kemarin ada ibu dan anak waktu itu mobilnya dipecahkan kacanya. Kereta api kacanya ditimpuki. Tim yang hadir dicegat oleh oknum di jalanan,” kata Ketum PSSI Erick Thohir saat memberikan keterangan di konferensi pers (21/06/2024).

“Jadi belum dan kita wajib bersyukur ketika Presiden Jokowi membentuk tim untuk bernegosiasi dengan FIFA soal Kanjuruhan. Beruntung kita tidak dihukum, karena bisa dihukum 8 tahun waktu itu. Jadi (sepakbola) kita itu sebenarnya belum baik,” ujarnya menambahkan.

Dari penyelenggaraan musim lalu(2023/24) memang masih ada beberapa kasus pelanggaran yang dilakukan oknum suporter. Klub-klub peserta yang jadi korbannya karena harus menanggung pembayaran denda ke Komite Disiplin (Komdis) PSSI akibat ulah yang dilakukan oknum suporter.

Masalah-masalah tersebut juga menjadi catatan PSSI bahwa hal yang berkaitan suporter belum sepenuhnya membaik. Mengizinkan suporter tim tamu hadir ke stadion masih berpotensi menghadirkan risiko yang tidak diinginkan di Liga 1.

“Jangan sampai suporter lain jadi korban karena oknum. Jangan juga klub jadi korban akhirnya ada oknum yang membuat kerusuhan. Klub yang jadi korban (didenda). Itu nanti hukumannya selain denda, kurang poin, tidak boleh ada penonton,” ucap Erick Thohir.

“Akhirnya klub yang dicintai akhirnya (yang) dirugikan. Kalau di Italia dan Inggris bisa, masa Indonesia tidak bisa. Kuncinya bagaimana transformasi sepak bola harus dihormati. FIFA memberikan jeda 2 musim, ini musim kedua, data base harus segera diselesaikan dan semoga FIFA memberi kelonggaran,” tuturnya.

“Semua oknum suporter yang terindikasi bakal rusuh bisa dicegah sejak dini. Mudah-mudahan suporter bisa mendukung rencana ini,” katanya lagi. [Wien]