Co Founder Sambal Bakar Faraz Nazari dan Jourdy Paranata, aktor KKN Desa Penari yang berperan sebagai Yuda saat menghadiri acara seminar Rumpi Asik Mahasiswa UNDIRA. Foto: Sulindo/Iqyanut Taufik

Jakarta – Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMMAKOM), Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) kembali menyelenggarakan seminar “Rumpi Asik Mahasiswa” untuk kedua kalinya. Acara yang digelar pada Sabtu, 13 Juli 2024 di Aula Kampus itu dihadiri dua narasumber, Co Founder Sambal Bakar Faraz Nazari, ada juga Jourdy Pranata, aktor KKN Desa Penari yang berperan sebagai Yuda.

Dalam rumpi kali ini mengusung tema “Elevating Communications Industry in Digital Era: Actor and Enterpreneur Perspectives“. Dimana industri sekarang ini tidak bisa lepas dari peran media sosial di dalamnya khususnya di bidang Film dan bisnis Food and Beverage, seperti yang disampaikan kedua narasumber ini.

“Peran media sosial menjadi penting dalam film karena ketika proses produksi saya biasa memposting kegiatan saya ketika di lokasi syuting”.

“Kita tahu netizen Indonesia suka penasaran dan ketika kita memposting behind the scene mereka justru semakin penasaran akan seperti apa nanti filmnya”. Kata Jourdy dalam seminar ini.

Promosi film di era sekarang memang seringkali melibatkan media sosial untuk memperkenalkan trailer film atau pun hanya sekedar menampilkan behind the scene-nya.

Media sosial juga menjadi tempat untuk memperlihatkan keseharian seseorang dan meningkatkan citra namun seringkali ada saja netizen yang memberikan respon negatif terhadap apa yang ditampilkan.

“Saya menggunakan media sosial setiap hari dan kegiatan saya juga saya posting mulai dari olah raga, syuting, dan yang lain yang ahirnya terbentuk sendiri citra saya disitu, bukan yang dibuat-buat”. Kata Jourdy.

Acara Rumpi Asik Mahasiswa ini berlangsung interaktif karena banyak peserta seminar memberikan pertanyaan yang menarik perihal media sosial.

Faraz sebagai CO Founder sambel bakar yang juga sering memposting produknya di media sosial menanggapi pertanyaan dari peserta seminar mengenai cara menghadapi gen-z yang dianggap “Alay” dalam bermedia sosial.

“Di media sosial saya dulu itu banyak sekali yang bilang, lu itu sok ngartis !!!, namun saya tidak menggubris mereka dan justru saya tinggalkan mereka”.

“Saya tetap melanjutkan apa yang saya jalani tanpa memperdulikan mereka yang ngomong negatif kepada saya”.

“Ketika saya berada diposisi sekarang mereka juga pasti akan datang dengan sendirinya”. Ujar Faraz.

Acara ini menjadi media untuk mahasiswa agar lebih mengerti peran dari media sosial untuk dimanfaatkan kedalam peran yang positif. [IQT]