BPS (Badan Pusat Statistik) telah merilis angka pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia pada 2023 yaitu sebesar Rp75 juta atau US$4.919,7. Pendapatan per kapita itu mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya 2022 yang mencapai Rp71,0 juta atau US$4.783,9.
Angka PDB per kapita itu sedang dalam trend meningkat. Sebagai rujukan pada tahun 2021 angka PDB perkapita sebesar Rp62,2 juta dan Rp57,3 juta pada 2020. Bahkan, indikator tersebut juga telah melampaui catatan sebelum pandemi atau 2019 pada level Rp59,3 juta.
DKI Jakarta termasuk provinsi dengan High Income bersama Kalimantan Timur (Kaltim). PDRB per kapita DKI Jakarta tahun 2022 sebesar 20.103 USD dan Kaltim sebesar Rp16.083 USD.
Secara nasional, dari 35 provinsi, 2 (dua) provinsi masuk high income, sebanyak 13 provinsi masuk midle income dan sisanya 20 provinsi masuk level lower income.
Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat melambat pada tahun 2023 yaitu hanya tumbuh 5,05%, lebih rendah dari tahun 2022 yang mencapai 5,31%.
Berdasarkan data BPS, Produk Domestik Bruto (PDB) 2023 mencapai Rp Rp 20.892,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp 74,96 juta. Sedangkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2023 sebesar 5,04% YoY.
Pertumbuhan ekonomi 5 persen
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, meski pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah dari 2022, namun pertumbuhannya tetap mencatatkan cerita yang positif. Sebab tahun 2023, perekonomian sejak awal diprediksi oleh banyak lembaga internasional sebagai tahun yang penuh tantangan dan turbulensi.
“Ini merupakan suatu cerita positif dari perekonomian Indonesia di tahun 2023. Meski perekonomian dunia mengalami perlambatan, Alhamdulillah perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh positif,” kata Sri Mulyani melalui akun instagramnya, Senin (5/2).
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada sepanjang tahun lalu didorong perlambatan ekonomi global.
“Sebenarnya pun perlambatannya tidak terlalu banyak. Kalau dibandingkan dengan 2022, salah satunya, dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global,” terang Amalia dalam konferensi pers, Senin (5/2) di Jakarta.
Selain itu, adanya fenomena kekeringan panjang atau El Niño juga berdampak pada kinerja lapangan usaha pertanian, terutama di paruh kedua tahun lalu.
Meski demikian, Amalia menegaskan kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tumbuh solid, karena perekonomian global penuh ketidakpastian.
“Ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,05% ini suatu prestasi, karena ekonomi Indonesia tetap solid tumbuh terjaga di tengah perlambatan ekonomi global,” kata Amalia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memproyeksikan Pendapatan Per Kapita masyarakat Indonesia akan terus merangkak naik.
Berdasarkan hitungannya, pada 2033 pendapatan per kapita Indonesia dapat tembus Rp153 juta. Artinya, rata-rata pendapatan masyarakat indonesia per bulan menyentuh Rp12,7 juta.
“Artinya dalam 10 tahun lompatannya bisa dua kali lipat lebih, dimana fondasi untuk menggapai itu semua sudah kita mulai, pembangunan infrastruktur dan konektivitas yang pada akhirnya menaikkan daya saing kita,” kata Jokowi dalam Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, tahun lalu.
Tidak berhenti di situ, Jokowi juga memproyeksikan dalam waktu 15 tahun dan 22 tahun sejak 2023 pendapatan per kapita masyarakat Indonesia melonjak masing-masing hingga Rp217 juta dan Rp331 juta. [DES]