Pertumpahanan darah dan kerakusan akan kekuasaan menjadi sorotan pemimpin umat Katolik dunia Paus Fransiskus dalam khotbah malam Natal di Basilika Santo Petrus(24/12). Paus Fransiskus memimpin Misa malam Natal yang dihadiri oleh sekitar 7.000 umat, termasuk peziarah yang berduyun-duyun ke gereja pada malam Natal.
Selain masalah perang di Ukraina, Paus juga menyerukan perdamaian untuk konflik di Suriah, Palestina dan Iran yang tengah berkecamuk membawa korban jiwa termasuk anak anak yang tidak berdosa.
“Saudara dan saudari terkasih di Roma dan di seluruh dunia, Selamat Natal!” ucap Fransiskus membuka khotbah dan renungan malam Natal tahun 2022 di balkon tengah yang menghadap lapangan Santo Petrus.
“Yesus lahir di tengah-tengah kita; dia adalah Tuhan bersama kita. Dia datang untuk menemani hidup kita sehari-hari, untuk berbagi dengan kita dalam segala hal: suka dan duka kita, harapan dan ketakutan kita. Dia datang sebagai anak yang tak berdaya. Ia lahir di malam yang dingin, miskin di antara orang miskin. Membutuhkan segalanya, dia mengetuk pintu hati kita untuk menemukan kehangatan dan perlindungan.” ujarnya.
Lalu Paus Fransiskus melanjutkan pesannya dengan memberikan kecaman terhadap perang dan mebawa pesan perdamaian atas segala konflik bersenjata di dunia.
“Mari kita juga melihat wajah saudara-saudari Ukraina kita yang mengalami Natal ini dalam kegelapan dan dingin, jauh dari rumah mereka karena kehancuran akibat perang selama sepuluh bulan. Semoga Tuhan mengilhami kita untuk menawarkan gerakan solidaritas yang nyata untuk membantu semua orang yang menderita, dan semoga dia mencerahkan pikiran mereka yang memiliki kekuatan untuk membungkam gemuruh senjata dan segera mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini! Tragisnya, kita lebih suka mengindahkan nasihat lain, yang didikte oleh cara berpikir duniawi. Namun siapa yang mendengarkan suara Sang Anak?” tegas Paus Fransiskus di mimbar.
Tak lupa pula Paus mengajak umatnya memberikan perhatian pada konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia terutama di Timur Tengah dan di Asia.
“Mari kita berpikir [Juga] tentang Suriah, yang masih diliputi oleh konflik. Mari kita pikirkan juga tentang Tanah Suci, di mana kekerasan dan konfrontasi meningkat dalam beberapa bulan terakhir, membawa kematian. Marilah kita memohon kepada Tuhan agar di sana, di tanah yang menyaksikan kelahirannya, dialog dan upaya untuk membangun rasa saling percaya antara Palestina dan Israel dapat dilanjutkan. Semoga Kristus membantu Lebanon khususnya, sehingga akhirnya dapat bangkit kembali dengan bantuan komunitas internasional dan dengan kekuatan yang lahir dari persaudaraan dan solidaritas. Semoga cahaya Kristus menyinari wilayah Sahel, di mana koeksistensi damai antara masyarakat dan tradisi terganggu oleh konflik dan tindak kekerasan. Semoga cahaya itu mengarah pada gencatan senjata abadi di Yaman dan rekonsiliasi di Myanmar dan Iran, dan mengakhiri semua pertumpahan darah.”
Sindiran untuk Amerika Serikat
Keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam perang di seluruh penjuru dunia menjadi perhatian dari Paus Fransikus. Peran Amerika dengan ribuan ton amunisi dan sebagai pemasok peralatan perang membuat agenda perdamaian semakin sulit terwujud.
“Semoga Natal dapat menginspirasi otoritas politik dan semua orang di Amerika untuk berusaha meredakan ketegangan politik dan sosial yang dialami berbagai negara.” ujar pemimpin umat Katolik itu.
Ia juga menjelaskan dampak perang dan krisis yang membawa dunia jatuh kedalam jurang penderitaan, kelaparan dan berbagai wabah penyakit.
“Pada hari ini, saat kita duduk mengelilingi meja yang terbentang, semoga kita tidak mengalihkan pandangan kita dari Bethlehem, sebuah kota yang namanya berarti rumah roti, tetapi pikirkanlah semua orang, terutama anak-anak, yang kelaparan saat kita makan dengan lahap. Setiap hari sia-sia dan sumber daya dihabiskan untuk senjata. Perang di Ukraina semakin memperparah situasi ini, membuat seluruh rakyat terancam kelaparan, terutama di Afghanistan dan di negara-negara Tanduk Afrika. Kita tahu bahwa setiap perang menyebabkan kelaparan dan mengeksploitasi makanan sebagai senjata, menghalangi distribusinya kepada orang-orang yang sudah menderita.”
“Saat kita menikmati berkumpul dengan orang-orang yang kita kasihi, marilah kita memikirkan keluarga-keluarga yang mengalami kesulitan besar dan mereka yang, di masa krisis ekonomi ini, berjuang karena menganggur dan kekurangan kebutuhan hidup.” pesan Fransiskus kepada seluruh dunia.
Ketika Misa berakhir, Paus didorong di kursi roda oleh seorang ajudan, turun ke basilika dengan patung bayi Yesus seukuran aslinya di pangkuannya dan diapit oleh beberapa anak yang membawa karangan bunga.
Pidato, yang dikenal dalam bahasa Latin sebagai “Urbi et Orbi” (ke kota dan dunia), umumnya merupakan kesempatan untuk meninjau kembali krisis termasuk perang, penganiayaan dan kelaparan, di banyak bagian dunia. [DES]