NILAI mata uang Indonesia terus merosot terhadap sejumlah mata uang asing. Pada hari Rabu, (12/10) mata uang rupiah diperdagangkan dengan kurs Rp 15.320 per 1 dolar AS. Dampaknya adalah utang luar negeri dalam mata uang asing akan mengalami peningkatan seiring kurs rupiah.
Berdasar data Bank Indonesia, utang luar negeri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendekati US$ 55 miliar atau setara dengan 844 triliun rupiah dengan kurs saat ini.
Dibandingkan dengan posisi utang luar negeri BUMN pada Januari 2022 sebesar US$58 miliar sebenarnya ada penurunan sebesar US$ 3 miliar, namun pada waktu itu nilai utang BUMN setara dengan 823 triliun rupiah karena posisi rupiah masih Rp14.220 per dolar AS.
Angka utang BUMN kemungkinan akan terus membengkak karena nilai rupiah diprediksi akan turun lagi hingga menembus 16 ribu rupiah per dolar AS.
Adapun perusahaan plat merah atau BUMN yang paling terkena imbas adalah perusahaan di bidang energi, transportasi, minerba dan lembaga keuangan. Beberapa sektor itu adalah BUMN penyumbang utang luar negeri terbesar.
Contohnya PT Pertamina (Persero) yang memiliki utang jangka pendek mencapai US$15,89 miliar atau setara Rp244,05 triliun (asumsi kurs saat ini) per Desember 2021.
Sedangkan, utang jangka panjang Pertamina mencapai US$28,83 miliar atau setara Rp442,81 triliun. Dengan begitu, total utang perusahaan mencapai US$44,72 miliar atau setara Rp686,73 triliun.
Utang pada 2021 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tercatat pada 2020 jumlah liabilitas Pertamina hanya mencapai US$37,88 miliar. Jumlah itu terdiri dari utang jangka pendek sebanyak US$10,69 miliar dan utang jangka panjang US$27,19 miliar.
Selain pertamina perusahaan transportasi udara Garuda Indonesia juga memiliki utang yang cukup besar yaitu US$5,1 atau kini setara dengan 78 triliun rupiah.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pihaknya akan terus berupaya menekan utang dengan melakukan optimalisasi rute. Salah satunya dengan meningkatkan pangsa pasar domestik hingga 18 persen pada 2022.
Pembengkakan nilai utang juga bakal dialami oleh PT Krakatau Steel , berdasarkan laporan keuangan semester I 2022, Krakatau Steel memiliki total liabilitas hingga US$3,3 miliar atau setara Rp50,7 triliun.
Jumlah itu terdiri dari US$1,54 miliar liabilitas jangka pendek dan US$1,75 miliar liabilitas jangka panjang.
Total liabilitas BUMN industri manufaktur juga turut memengkak jika dibandingkan dengan akhir 2021. Saat itu, total liabilitas mencapai US$3,25 miliar. [DES]