Pabrik sepatu Bata - Detik
Pabrik sepatu Bata - Detik

DI INDONESIA,  toko sepatu Bata pertama kali beroperasi pada tahun 1939 dengan pabrik yang berlokasi di Kalibata, Jakarta Selatan dan di Kota Medan, Sumatera Utara. Karena lokasi inilah beberapa orang mengira bahwa nama toko sepatu ini diambil dari nama Kalibata, padahal sebenarnya diambil dari nama ayah Anna dan Antonin, Thomas Bata.

Nama Kalibata sendiri ternyata memiliki sejarah lain. Konon katanya, nama Kalibata muncul karena pada zaman dahulu, sungai di kawasan tersebut yang kerap digunakan rakit-rakit para pekerja pembawa batu bata dari Bogor menuju Jakarta.

Kedua pabrik sepatu Bata di Jakarta dan Medan ini menghasilkan kurang lebih tujuh juta pasang sepatu setiap tahunnya yang terdiri dari 400 model sepatu, sepatu sandal serta sandal yang terbuat dari kulit, karet maupun plastik.

Namun pada tahun 1978, status Bata di Indonesia yang merupakan perusahaan dengan penanaman modal asing (PMA) mendapat tentangan dari berbagai pihak, sehingga mengalami boikot dan pelarangan untuk dijual secara  bebas di pasaran. Bata menjual melalui para penyalur khusus (depot) dengan sistem konsinyasi. Status para penyalur tersebut diubah. Pada 1 Januari 1978, saat izin dagang Bata “dipindahkan” kepada mereka dan PT Sepatu Bata menjadi perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Siapa kah BATA?

THOMAS Bat’a (baca ‘Batya’) mendirikan pabrik sepatu  di Czechoslovakia pada Agustus 1894. Bata atau T&A Bata Shoe Company terdaftar di Zlin, Cekoslowakia atas nama dua bersaudara Tomáš, Anna dan Antonín Bata (1894).

Berkat kemahirannya dalam menjalankan usaha, dengan mekanisasi dan harga yang kompetitif, hanya dalam beberapa dekade, Bat’a berhasil menjadi salah satu produsen sepatu terkemuka di Eropa.

Perusahaan sepatu milik keluarga ini mengoperasikan empat unit bisnis internasional: Bata Eropa, Bata Asia Pasifik-Afrika, Bata Amerika Latin, dan Bata Amerika Utara. Produk perusahaan ini hadir di lebih dari 50 negara dan memiliki fasilitas produksi di 26 negara. Sepanjang sejarahnya, perusahaan ini sudah menjual sebanyak 14 miliar pasang sepatu.

Sejarah Pabrik BATA

Thomas Jr. Bata, yang memindahkan bisnis keluarganya ke Kanada sebelum invasi Jerman ke Cekoslowakia dan kemudian menjadi, seperti yang dia katakan, “pembuat sepatu dunia.”

Alas kaki merek Bata memang tidak begitu dikenal di kalangan peminat sepatu desainer Louboutin atau penggemar sepatu kets terbaru dari Nike. Tapi Bata membuat perusahaan, yang didirikan oleh ayahnya, begitu meresap di negara berkembang sehingga, menurut Tenenbaum, penasihat perusahaan, Bata menjadi kata benda generik untuk sepatu di beberapa bagiannya, khususnya di Afrika.

Tomas J. Bata, yang lahir di Praha pada 17 September 1914, secara bertahap mengambil alih bisnis keluarga setelah pada tanggal 12 Juli 1932, Tomas Bat’a meninggal dunia ketika pesawat jet pribadinya jatuh di dekat komplek pabrik miliknya. Tomas Jr. mewarisi sebagian besar bisnis Bata dan mendirikan induk perusahaan ‘Organisasi Sepatu Bata’. Bata sudah merupakan operasi besar pada waktu itu. Berbasis di Zlin, Cekoslowakia, perusahaan itu membuat sekitar 36 juta pasang sepatu per tahun dan mengekspor ke Amerika Serikat dan Asia sambil juga mengoperasikan toko ritel di beberapa negara Eropa.

Pada 1933 para pekerja pabrik bata setelah kesuksesan di Czechoslovakia, juga mendirikan pabrik di beberapa Negara. Bata membeli lahan dari pemerintah kota untuk membangun komplek pabrik dan Batadorp, tepatnya suatu model kecil kantor pusat perusahaan di Zlín.

Bata bahkan mendirikan Batavillage di sekitar pabrik sehingga para pekerja dapat tinggal di dekat pabrik. Dalam lingkungan tersebut terdapat 130 rumah, memiliki sekolah sendiri, pusat kesehatan, klub bola kaki, klub tennis, dan lain-lain. Bekerja, berkehidupan, bersekolah dan memanfaatkan waktu senggang: itulah Bata. Batavillage terletak cukup jauh dari kota dan tidak ada jembatan untuk menyeberangi kanal pada waktu itu dan hal tersebut menjadi berperan dalam terciptanya kedekatan dalam komunitas Bata. Anda masih dapat melihat sejumlah perumahan Bata tersebut, di seberang kantor pusat dan pabrik Bata Industrials di lokasi ini. Perumahan tersebut dapat dengan mudah dikenali dari atapnya yang rata.

1934 Pembukaan pabrik Bata untuk pembuatan sepatu wanita, sepatu laki-laki, anak-anak dan sepatu atletik. Stoking, sandal dan sepatu boot karet juga diproduksi di tempat ini. Termasuk hak milik pabrik Bata adalah lokasi tempat ruang boiler, penyamakan kulit, pencetakan dan gedung perusahaan.

Dengan kondisi Eropa menuju perang pada tahun 1938, diputuskan bahwa Bata harus mendirikan operasi di Amerika Utara. Dalam otobiografinya “Bata, Shoemaker to the World,” yang ditulis bersama Sonja Sinclair, Bata mengingat bahwa Kanada dipilih, setidaknya sebagian, karena “kisah romantis tentang Wild West dan tentang penjelajah utara” yang telah dibacakan ibunya kepadanya sebagai seorang anak. Namun, Bata kecewa, ketika tiba di Kanada pada tahun 1939, karena menemukan pedesaan dan kota-kota yang kumuh dan kotor dibandingkan dengan Eropa.

Dengan masa depan Cekoslowakia yang tampak tidak pasti, perusahaan tetap memutuskan mendirikan pabrik cabang di Kanada, itu akan menjadikan operasi baru sebagai markas alternatif bagi Zlin. Rencana tersebut tidak mendapat sambutan hangat di Kanada, di mana pengangguran tinggi dan banyak pembuat sepatu domestik berjuang untuk bertahan hidup. Bata harus puas mengimpor 100 pekerja dan manajer dari Zlin setelah pemerintah menolak permintaannya untuk membawa 250 orang pekerja.

Ketika ledakan upah terjadi di Eropa Barat selama periode 1960 an. Dampaknya, buruh industri sepatu intensif dipindahkan ke negara-negara dengan upah yang rendah. Dalam periode akhir 1970 an, Bata di negeri Belanda mulai melakukan peningkatan terutama pada sepatu profesi dan keselamatan kerja serta kaus kaki yang sesuai. Langkah dari konsumen ke industri sebagai basis pelanggan telah dilakukan.

Bata tidak lagi memerlukan komplek pabrikasi yang luas, dan di tahun 1978, Bata menjual sebagian dari lahannya, gedung-gedung kosong, dan Batavillage berkembang menjadi kota besar. Nama ‘Batadorp’ pun menghilang.

Sejak 1996 Bata di Negeri Belanda menjauh dari sepatu sebagai bagian dari busana, dan mulai memusatkan perhatian sepenuhnya pada sepatu keselamatan kerja dan menjadi kantor pusat Bata Industrials. Sepatu dan kaus kaki keselamatan kerja diproduksi di pabrik-pabrik berkualitas tinggi Eropa yang berlokasi di Best, Belanda.

Putra pendiri Bata, Thomas J. Bata (1914-2008), adalah penerima Penghargaan Pencapaian Seumur Hidup untuk pertama kalinya pada tahun 2007 atas prestasinya sebagai pengusaha yang bertanggung jawab. Ia memenangkan penghargaan  Certificate de “The First Lifetime Award for Responsible Capitalism 2007” ini berkat penghargaannya yang luar biasa dalam tanggung jawab sosial, serta dedikasinya pada bisnis keluarga Bata, yang berperan penting pada reputasi perusahaan di mancanegara. 

Imbas Pandemi Pada BATA di Indonesia

Mengutip Bisnis.com, Emiten PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) mengumumkan telah menutup 50 gerai di Indonesia sepanjang 2020. Emiten berkode saham BATA tersebut memilih menggenjot penjualan produk-produknya secara online atau dalam jaringan (daring). “Kita fokus pada digital bisnis, walaupun toko bermasalah dalam antrean harus ditutup, tapi kami memfokuskan diri menambah penjualan di lini yang bersifat digital,” tutur Direktur Sepatu Bata Sanusi Kamad dalam paparan publik BATA, Kamis (17/6/2021). Bata mengalami penurunan penjualan akibat pandemi Covid-19. Selama 2020, Bata membukukan penjualan sebesar Rp 496,58 miliar atau turun nyaris 51 persen ketimbang 2019 yang mampu mencetak penjualan Rp 931,27 miliar. Penutupan 50 gerai Bata dilakukan di toko-toko yang dianggap sudah tidak mendatangkan profit atau menguntungkan. Dengan penutupan tersebut, jumlah gerai Bata pada Mei 2021 menyusut tinggal 460. 

Kini, PT Sepatu Bata memegang lisensi untuk merek lainnya selain Bata, seperti North Star, Power, Bubblegummers, Marie-Claire, dan Weinbrenner. “Selain merek-merek yang berfokus pada konsumen, PT Sepatu Bata TBk menjual sepatu Bata Industrials untuk pasar bisnis ke bisnis,” tulis manajemen dalam situs resmi perusahaan. [S21]