Perubahan Iklim, suhu bisa naik 15 derajat Celsius.
Perubahan Iklim, suhu bisa naik 15 derajat Celsius.

Kita semua menyadari bahaya perubahan iklim. Sekitar 95 persen kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim. Misalnya, banjir, badai, tanah longsor, angin puting beliung, abrasi, dll. Kejadian bencana 2015 tercatat 1.654, dan menjadi 4.650 kejadian pada 2020.

“Perubahan iklim adalah ancaman terbesar bagi dunia,” tutur Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins, dalam konferensi pers pada Kamis, 28 Oktober lalu. Dampak yang dirasakan di banyak negara berupa cuaca lebih ekstrem, gelombang panas, dan kebakaran hutan.

Tahun lalu, Asia mencatatkan rekor tahun terpanas 1,4 derajat Celcius di atas suhu rata rata selama tiga dekade sebelumnya. Cuaca ekstrem dan dampak perubahan iklim menyebabkan kerugian ekonomi miliaran dolar Amerika Serikat.

Sudah lama para ahli memperkirakan, bumi bakal memanas 1,5 derajat Celcius atau 2,7 derajat Fahrenheit antara tahun 2032 hingga 2039. Mereka memperkirakan suhu planet tempat kita tinggal ini akan melampaui patokan 3,6 derajat Fahrenheit (2 derajat Celcius) antara tahun 2050 hingga 2100. Bahkan, suhu di kawasan Timur Tengah akan memanas dua kali lebih cepat dibanding bagian dunia lainnya. Para ahli menyebut wilayah ini di ambang kiamat.

Dikutip dari The Guardian, Ahad (31/10/2021), para ahli memperkirakan jika prediksi yang lebih mengerikan terbukti benar, pada akhir abad ini, Makkah mungkin tak layak huni. Melakukan ibadah haji saat musim panas akan sangat berbahaya, bahkan bisa menimbulkan malapetaka.

Masalah inilah yang menjadi agenda pembahasan dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-26 (COP26) di Glasgow, Skotlandia, pada 31 Oktober-12 November 2021. Konferensi ini diikuti oleh delegasi dari 197 negara yang menandatangani Perjanjian Paris pada 2015.

Negara-negara tersebut setuju membatasi suhu pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius, atau idealnya 1,5 derajat Celcius, pada 2100. Caranya, antara lain, dengan meninggalkan energi fosil, beralih ke energi terbarukan, menghentikan deforestasi, mencegah kebakaran hutan, dan beralih ke ekonomi hijau.

Berdasarkan Perjanjian Paris, semua negara harus menyampaikan kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC), yakni target sukarela untuk mengurangi emisi agar suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius pada akhir abad ini. Dalam NDC Indonesia, ada dua sektor yang mendapat target pengurangan emisi terbesar yaitu kehutanan, penggunaan lahan, dan energi.

Namun, meski COP26 telah usai, ternyata tak mudah melaksanakan isi Perjanjian Paris, yaitu menahan suhu bumi di bawah 15 derajat Celcius pada 2100. COP26 tak menghasilkan apa yang menjadi harapan bersama. Selain itu, pihak yang terikat Perjanjian Paris lebih dari 190 negara, sehingga bisa dipastikan tidak gampang menghasilkan keputusan yang disetujui secara bulat.

Kontribusi Indonesia

Presiden RI Joko Widodo, saat berbicara pada KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim atau COP26 itu menegaskan bahwa Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. “Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan turun 82 persen pada 2020,” katanya, Senin (1/11).

Tak hanya itu, Indonesia juga telah memulai merehabilitasi hutan mangrove seluas 600.000 hektare hingga 2024, terluas di dunia. Indonesia juga telah merehabilitasi tiga juta lahan kritis antara 2010-2019. “Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia, akan mencapai carbon net sink selambatnya pada tahun 2030,” imbuhnya.

Di sektor energi, Indonesia juga terus melangkah maju dengan pengembangan ekosistem mobil listrik. Saat ini di Indonesia sedang berlangsung pembangunan pembangkit tenaga surya terbesar di Asia Tenggara.

Selain itu, Indonesia juga memanfaatkan energi baru terbarukan, termasuk biofuel. Bersamaan dengan itu, Indonesia mengembangkan industri berbasis energi bersih, termasuk pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia di Kalimantan Utara.

Komitmen negara lain tentu saja beragam. Setidaknya sejumlah negara maju berjanji untuk memberikan dana bagi perbaikan iklim. Inilah hasil nyata dari KTT COP26. Banyak pihak berharap, janji itu sungguh-sungguh direalisasikan agar pemanasan bumi bisa ditekan. [AT]