Scribble Art - Soekarno
Iklustrasi Soekarno dengan cribble art (sumber foto: jurnalposmedia.com)

Bung Karno suatu waktu pernah memberi pelajaran bahasa Jawa kepada Jaap Kruisweg ketika di Bengkulu, itu dilakukannya tanpa memungut bayaran. Jimmy atau Jaap Kruisweg, adalah seorang asisten perkebunan teh, merupakan sahabat Bung Karno yang berbangsa Belanda. Ia berguru bahasa Jawa karena saat itu hanya Sukarno yang mahir berbahasa Jawa di sana.

Sebagai ucapan  terima kasih Jimmy menghadiahi Bung Karno 2 ekor anjing jenis Dachshaund. Soekarno begitu menyayangi sepasang piaraannya itu sampai dibawa tidur segala ketika malam hari.

“Aku memanggilnya dengan mengetuk-ngetukkan lidahku. “Tuktuktuk’ dan karena aku tidak pernah memberinya nama, lalu binatang-binatang ini dikenal sebagai ‘Ketuk Satu’ dan ‘Ketuk Dua’, seperti yang diceritakan Bung Karno pada Cindy Adams dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat.

Fatmawati dalam Catatan Kecil Bersama Bung Karno membedakan Ketuk Satu dan Ketuk Dua dari warnanya. Seekor berwarna hitam sedangkan satunya berwarna kuning.

Bahkan ada cerita ketika, Ratna Djuami berteriak panik ketika salah satu Ketuk itu menjilati air dalam panci. Bung Karno lantas meminta anak angkatnya itu untuk membuang air lalu mencuci panci bersih-bersih dengan sabun dan kreolin. Ratna terheran-heran dengan permintaan Bung Karno sambil mencoba menerangkan perintah nabi bahwa, sesuatu yang najis harus dibasuh air tujuh kali dan satu kali dengan tanah.

Jawab bung Karno adalah, “Ratna, di zaman nabi belum ada sabun dan kreolin! Nabi tidak bisa memerintahkan orang memakai sabun dan kreolin,” demikian  tamsil Soekarno dalam artikelnya bertajuk “Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal Udara”.

Ketika masa pengasingan Soekarno di Bengkulu berakhir berbarengan dengan pendudukan tentara Jepang. Soekarno dikembalikan ke Batavia. Ketuk Satu dan Ketuk Dua tidak ketinggalan dibawa juga ke Jawa.

===

Berhasil tercatat bahwa; Selain dengan kakaknya, Bung Karno kecil juga tidur dengan Kiar. “Kiar bukanlah gadis, dia cuma seekor anjing campuran jenis fox terrier dengan jenis anjing kampung Indonesia,” demikian cerita Sukarmini, kakak Bung Karno, dalam buku Bung Karno Masa Muda.

Presiden pertama Indonesia ini, memang penyayang, saat diasingkan di Ende Flores juga memiliki ‘teman’ khusus. Hal itu diungkap Jae Bara, pengawal Bung Karno saat di Ende dalam buku, Bung Karno: Ilham dari Flores untuk Nusantara. Menurut Jae Bara, Bung Karno memiliki sekelompok ‘sahabat khusus’, yakni kera dan kucing. Berapa sih jumlah kucingnya? Tidak tanggung-tanggung jumlahnya 35 ekor!

Bahkan ketika awal-awal pengasingannya ke Bengkulu. Menurut AM Hanafi, duta besar Indonesia untuk Kuba 1965 dalam buku, AM Hanafi Menggugat, Ibu Inggit memelihara seekor kucing, bukan kucing anggora yang bulunya panjang dan halus, melainkan kucing kampung liar yang tak bertuan.

“Kucing itu dipungut dan dipelihara, saya mengetahui hal itu ketika sama-sama di Bengkulu. Nah, Bung Karno suka juga mengelus-ngelusnya, karena kucing itu suka menunggu di dekat Bung Karno kalau Bung Karno habis sembahyang.”

Bung Karno dan juga hampir seluruh pemimpin dunia mempunyai binatang peliharaan. Katakanlah Ratu Inggris Ellizabeth, Vladimir Putin dan Barrack Obama yang masing-masing memelihara beberapa ekor anjing, lalu Kaisar Akihito memelihara ikan jenis baru Exyrias, Presiden Hollande dari Perancis memelihara Unta,  Winston Churchill memelihara babi, Abdullah bin AbuAziz Al Saud dari Arab Saudi bahkan mempunyai 1000 ekor kuda yang sangat disayanginya.

Mungkin benar quote Mahatma Gandhi, “Greatness of a nation and its moral progress can be judged by the way its animals are treated.” Maka seorang pemimpin yang mewakili masyarakat dan negaranya sudah selayaknya berperikemanusian sebagai penyayang hewan. [NoE]

Baca juga: