Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri mengunjungi museum di Seoul, Korea Selatan/Istimewa

Koran Sulindo – Di sela-sela kunjungannya ke Korea Selatan, Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri menyempatkan diri untuk berkunjung ke sebuah taman kota milik pribadi bernama Morning Calm Garden.

Megawati ditemani oleh keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya termasuk menantunya Nancy Hendriati Shrindani, serta cucunya bernama Diah Lupita Jasmina Srita.

Terlihat juga Ketua DPP PDI Perjuangan Rokhmin Dahuri turut ikut bersama Duta Besar RI untuk Korsel Umar Hadi.

Taman yang terletak di area Gapyeong, Propinsi Gyeonggi, sekitar 2 jam perjalanan dari Seoul. Pendirinya adalah Profesor Han Sang Kyung yang hadir menyambut Megawati beserta rombongan.

Publik setempat mengenal taman itu sebagai salah satu lokasi syuting K-drama ‘Love in the Moonlight’ yang dibintangi Park Bo Gum dan Kim Yoo Jung. Selain itu sejumlah film dan drama Korea berlokasi di kebun itu.

Namun, bukan alasan lokasi syuting itu Megawati  mendatangi taman itu. Saat berbincang dengan awak media yang diajak serta, memang salah satu hobi putri Proklamator Bung Karno diajaknya serta, salah satu hobinya adalah berkebun dan bertanam. Tapi dibalik hobi itu, ada juga cita-cita besar.

“Bagaimana harusnya pemerintah berpikirnya seperti itu, kita harus perbanyak taman di negeri kita,” kata Megawati di Seoul, Korea Selatan, Selasa (27/8).

Berarti bukan sebuah kebetulan bila Megawati pasti akan berkunjung ke taman, laboratorium tanaman, di tiap negara yang dia kunjungi. Sebelum ke Korsel, Megawati ke Tiongkok. Di sanapun, Megawati mengunjungi taman, laboratorium, hingga museum.

Sebagai Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia, Megawati mengaku bersyukur kini akan ada 32 kebun raya lagi di Indonesia setelah sebelumnya hanya ada 4 kebun.

Megawati mendorong setiap orang yang terlibat di bidang itu untuk selalu bisa melihat contoh usaha yang sudah dilakukan di negara lain. Dipastikannya, orang-orang di luar negeri yang punya concern sama juga akan gembira membantu.

“Di Pulau Jeju, Korea Selatan, saya punya sahabat seorang dokter yang sama seperti saya punya hobi tanaman. Begitu senangnya dia saya datang ke tempatnya, akhirnya kebun raya yang dia bangun diberi nama pakai nama saya,” ulas Megawati.

Alasan lainnya Megawati selalu berkunjung ke taman-taman, adalah karena kekhawatirannya akan dampak global warming alias pemanasan global. Baginya, fenomena seperti kebakaran hutan, salah satunya adalah dampak dari global warming yang belum ditangani secara serius.

Baginya, dibutuhkan visi yang bersifat jangka panjang. Sebagai contoh, ada jenis tanaman yang bila sekitarnya terbakar, maka pohon itu akan membantu proses pemadaman apinya. Namun usai api habis, maka tanaman itu bisa tumbuh lagi, kata Megawati tanpa menyebut tanaman yang dimaksudnya.

“Nah itukan seharusnya dipelajari. Dan ketika di lapangan, ya kita tanam. Paling tidak sebagai pembatas, kita bisa mengetahui arah angin dan sebagainya, yang bisa mengurangi kebakaran itu,” ujar Ketua Umum PDI Perjuangan itu.

Megawati menyebut sama sekali tak ada kerugian bila kebun dan tanaman diperbanyak di Indonesia. Selain indah, nyaman, juga berguna bagi ilmu pengetahuan bagi jutaan anak Indonesia. Sebagai contoh, Megawati menyebut taman Morning Calm itu luasnya 3 hektare dan dikunjungi hingga 1 juta orang pertahun.

“Ini artinya taman ini menjadi suatu yang berarti. Terutama bagi keluarga dan anak-anak kita, yang sejak dini dididik mencintai alamnya,” kata Megawati.

Korea Bersatu

Kunjungan Megawati ke Korea Selatan bukan sekadar mengunjungi negeri gingseng itu. Ia punya cita-cita luhur bahwa pada suatu saat akan terjadi reunifikasi Korea atau Korea bersatu. Apalagi pengalaman di Jerman sudah menunjukkan bahwa Jerman Barat dan Jerman Timur bisa bersatu walau dulu banyak yang melihatnya tak mungkin terjadi.

Megawati hadir di kota itu untuk menjadi salah satu pembicara utama pada DMZ International Forum on the Peace Economy.

Megawati menuturkan, dirinya memang sudah “langganan” bila ada pertemuan dan konferensi mengenai perdamaian di Korea. Sebab selain dikenal sebagai orang Indonesia, Presiden pertama selalu berhubungan baik dengan pemimpin kedua Korea dari dahulu. Bung Karno kenal mendiang Kim Il Sung yang merupakan kakek dari Presiden Korea Utara saat ini Kim Jong Un. Sementara Megawati sendiri kenal dengan Kim Jong Il, ayah Kim Jong Un.

Dijelaskan Megawati, dirinya sudah berkali-kali bertemu dan berkomunikasi dengan pemimpin kedua Korea. Dan memang hal yang utama, ada keinginan dari kedua belah pihak untuk melakukan sebuah hubungan kembali setelah sebelumnya “terpisah” .

“Dan pada kenyataannya formulasi yang saya sampaikan pada almarhum Kim Jong Il, pada waktu itu, maupun pada Presiden Korsel saat itu Roh Mo Hyun, itu sebenarnya sudah saya lihat hubungannya mendekat. Tapi kita sendiri mengerti ada perkembangan politik tersendiri,” ujar Megawati.

Namun keinginan kuat untuk menghubungkan kembali persaudaraan itu masih kuat. Dan kini kembali seperti gayung bersambut di era pemimpin Korut saat ini. Megawati mengaku diminta kembali bisa membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan diantara kedua Korea.

Megawati mengaku sudah meminta agar apapun kondisinya, tak ada yang menyerah untuk perjuangan ke arah perdamaian kedua negara.

“Saya bilang jangan menyerah. Karena apapun tidak hanya persoalan politik saja. Tapi ini masalah kekeluargaan yang dipecah sedemikian rupa akibat politik. Sehingga tentunya, saya sangat yakin mereka akan menjadi satu negara kembali,” ujar Megawati menyampaikan harapannya.

“Mungkin nanti satu negara dua sistem. Karena kalau kita lihat kan Jerman akhirnya bisa bersatu, yang pada waktu itu rasanya tidak mungkin,” papar Megawati.

Seperti diketahui, reunifikasi Jerman berlangsung pada 3 Oktober 1990, ketika mantan daerah Republik Demokratis Jerman atau Jerman Timur digabungkan ke dalam Republik Federal Jerman atau Jerman Barat.

Selepas pemilihan umum bebas pertama Jerman Timur pada 18 Maret 1990, rundingan di antara Jerman Timur dan Jerman Barat selesai dalam satu kesatuan perjanjian. Negara Jerman yang telah bersatu menjadi anggota Komunitas Eropa dan NATO.

Keberadaan Megawati di Seoul adalah dalam rangka mengikuti DMZ International Forum on the Peace Economy. Di arena itu, Megawati akan menjadi salah satu pembicara utama bersama mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroder, mantan PM Jepang Yukio Hatoyama, Presiden pertama Mongolia Punsalmaagiin Ochirbat, serta beberapa tokoh penting lainnya dari Rusia, AS, dan Norwegia. [CHA]