Koran Sulindo – PDI Perjuangan meyakini momentum perayaan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, KPU akan menetapkan Jokowi-KH Ma’ruf Amin untuk memimpin Indonesia periode 2019-2024. Kepemimpinan mereka akan mengambil spirit kebangkitan nasional yang merupakan awal dari pergerakan Indonesia menuju kemerdekaan.
Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, saat membuka Mimbar Kebangsaan dalam rangka Kebangkitan Nasional bertajuk “Bung Karno, Kebangkitan Nasional, dan Merawat Semangat Kebangsaan”. Acara tersebut dilaksanakan di Kantor pusat partai di Jalan Diponegoro 58, Jakarta, Senin (20/5/2019). Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko dan Pakar Politik Airlangga Pribadi menjadi pembicara utama di acara itu. Hadir juga Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Menurut Hasto, peringatan Hari Kebangkitan Nasional, adalah peringatan atas upaya para pendahulu bangsa dalam membangkitkan kesadaran rakyat Indonesia untuk melawan penjajahan.
“Ini awalnya dipelopori orang pintar saat itu, membangkitkan semangat bahwa kita satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air, dalam persaudaraan nasional,” kata Hasto.
Semangat ini yang terus menjadi landasan perjuangan hingga memerdekakan Indonesia lewat Proklamasi tahun 1945.
“Cita-cita bangsa Indonesia terus kita perkuat untuk dibumikan dalam kepemimpinan Jokowi-KH Ma’ruf Amin pada 5 tahun ke depan. Kita yakini spirit pemerintahan Jokowi-Ma’ruf diambil dari spirit kebangkitan nasional, hingga kemerdekaan RI 17 Agustus,” katanya.
Kini, semangat kebangkitan nasional itu menjadi kontekstual untuk menunjukkan bagaimana panjangnya sejarah perjuangan kemerdekaan. Terlebih, di tengah situasi jelang pengumuman hasil pemilu 2019 pada 22 Mei. Bahwa ketika rakyat sudah bersatu dan mendukung maka takkan ada yang bisa menghadang.
PDI Perjuangan memastikan dengan dukungan rakyat, maka puncak rekapitulasi KPU pada 22 Mei akan berjalan dengan aman.
“Persoalan ada yang menghasut rakyat, itu dinamika politik sebagaimana pilkada ketika ada pendukung yang berusaha memancing emosi hanya karena kalah,” ujarnya.
Karenanya, kata Hasto tak perlu takut pada 22 Mei. Justru mereka yang tak percaya hukum dan demokrasi, mereka yang harus berpikir ulang.
“Bukan hanya politik hukum negara yang akan mereka hadapi, tapi juga kekuatan rakyat itu sendiri yang sudah memberi sikap lewat pencoblosan pemilu 2019,” kata Hasto.
Sementara itu Airlangga Pribadi mengatakan, peringatan Kebangkitan Nasional adalah sejarah bangsa dimana kalangan intelejensia nasional memberikan kesadaran sosial soal pentingnya pendidikan dan kemerdekaan. Muncul juga gerakan kesadaran nasional dari level masyarakat priyayi akan pentingnya memerdekakan Indonesia.
“Inilah penentu awal tumbuhnya kesadaran tentang Indonesia,” kata Airlangga.
Proklamator RI Bung Karno berperan melanjutkan api semangat kebangkitan nasional lewat upaya menghidupkan serta menyatukan lagi gerakan kelompok-kelompok nasional Islam dan Buruh. Pada saat itu, selain turunnya pamor, gerakan itu juga sedang berusaha dihancurkan oleh penjajah.
Bung Karno muncul dengan pidato ‘Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme, yang memberi garis tebal terhadap pentingnya kebangkitan nasional awal yang sudah dikerjakan.
Bung Karno berhasil mengangkat ketidakpuasan kaum muda intelejensia yang tertindas dan terpinggirkan. Dia juga mengangkat semangat pentingnya menyatukan kelompok yang tak sadar dalam gerakan “Indonesia”. Lalu mencari titik temu kesamaan ideologi dari dinamika yang muncul dari gerakan kepartaian dalam sebuah kesatuan bersama.
“Dalam sebuah ‘Indonesia Merdeka’. Selanjutnya kesatuan itu harus diikat dalam kekuatan politik yang disebut partai politik. Sejak saat itu nama “Indonesia” berkembang menjadi ikon, simbol perlawanan, hingga Indonesia merdeka,” kata Airlangga. [CHA]