Delegasi DK termasuk Sekjen PBB Antonio Guteres mengenakan batik dalam debat terbuka.

Koran Sulindo – Pemandangan unik terjadi dalam sidang Dewan Keamanan PBB yang dipimpin Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi sebagai Presiden DK PBB.

Mereka yang yang menghadiri sidang mengenakan baju bermotif batik yang membuat suasana di ruang sidang sangat berbeda.

Termasuk mereka yang mengenakan dress code batik adalah Sekjen PBB Antonio Guterres yang memilih motif tenun asal Troso berwarna cerah.

Selain Sekjen PBB, beberapa delegasi dari negara lain yang terlihat menggunakan batik adalah Amerika Serikat, Jerman, Pantai Gading, Perancis, Peru, Republik Dominikan, dan China.

Indonesia pertama kalinya memimpin sidang Dewan Keamanan PBB pada Selasa pagi 7 Mei 2019.

“Delegasi Indonesia dan sebagian besar anggota DK PBB mengenakan baju batik, termasuk Sekjen PBB. Sekjen PBB juga kenakan tenun Bali yang beliau pakai waktu pertemuan IMF-World Bank Bali tahun lalu,” kata Retno seperti dikutip dari Kabar24  Selasa , (7/6).

Ia berharap penggunaan batik di dalam Sidang DK PBB bisa semakin mempopulerkan batik yang saat ini telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia.

“Sangat menyenangkan bahwa dalam sidang hari ini cantik dan colorful karena sebagian besar anggota DK PBB mengenakan batik, termasuk Sekjen PBB mengenakan tenun dari Bali,” kata Retno

Batik sebagai dress code dipilih sebagai penghormatan anggota DK PBB kepada Indonesia yang menjabat sebagai presidensi DK PBB selama sebulan sejak 1 Mei.

Di antara para delegasi yang mengenakan batik itu tak hanya berupa pemberian delegasi Indonesia, namun banyak di antaranya merupakan koleksi pribadi masing-masing. Mereka mendapatkannya ketika menjadi delegasi dalam konferensi atau membelinya sendiri saat berkunjung ke Indonesia.

Pertemuan open debate yang bertemakan “Menabur Benih Perdamaian” yang digelar oleh DK PBB digagas Indonesia untuk mendorong peningkatan kapasitas Pasukan Penjaga Perdamaian dalam berbagai misi di belahan dunia.

Pertemuan tersebut menjadi salah satu agenda prioritas Indonesia selama menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB tahun 2019-2020.

Batik yang merupakan kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dilakukan dengan menerakan malam pada kain merupakan warisan khas budaya Indonesia.

UNESCO, bahkan menetapkan batik dengan keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity sejak 2 Oktober 2009.

Batik secara etimologi berasal dari bahasa Jawa yakni ambatik yang secara umum diartikan sebagai amba atau lebar, luas atau kain dan tik yang berarti titik atau membuat titik.[TGU]