Klaim kemenganan dan sujud syukur Prabowo Subianto seperti mengulang peristiwa dalam Pilpres 2014. [Foto/Kompas.com]

Koran Sulindo – Seperti mengulang kejadian usai Pilpres 2014,  Prabowo Subianto kembali menyatakan kemenangan dalam Pilpres 2019. Ia mendalilkan kemenangan itu berdasarkan hitung cepat internal.

Prabowo yang dalam pilpres kali ini berpasangan dengan Sandiaga Uno mengklaim menang 55,4 persen.  “Hasil quick count kita menang 55,4 persen,” kata Prabowo di Rumah Pemenangan Kertanegara, Rabu (17/4). Prabowo tak terlihat ditemani Sandi.

Hasil yang diklaim Prabowo itu bertolak belakang dengan semua hasil hitung cepat yang justru menunjukkan kemenangan pasangan capres nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin. Tercatat setidaknya 10 lembaga survei mengunggulkan Jokowi-Ma’ruf dengan perolehan suara antara 53-54 persen dan Prabowo-Sandi 44-46 persen.

Melawan narasi lembaga survei, Prabowo justru menuduh lembaga survei berusaha menggiring opini bahwa dirinya benar-benar kalah.

Prabowo meminta para pendukungnya tidak berhenti mengawasi jalannya Pilpres 2019.

“Saya mengimbau pendukung-pendukung saya semuanya agar tetap tenang dan tidak terprovokasi,” kata Prabowo.

Seolah tak cukup dengan mengklaim kemenangan, malam hari Prabowo kembali berpidato dan menegaskan dirinya menang dan bakal jadi presiden bagi seluruh rakyat.

“Ini kemenangan bagi rakyat Indonesia, seluruh rakyat Indonesia, dan saya katakan di sini, saya akan jadi presiden seluruh rakyat Indonesia, dan bagi saudara sekalian yang membela 01, tetap kau akan saya bela,” kata Prabowo.

“Saya akan dan sudah menjadi presidennya seluruh rakyat Indonesia. Kita akan membangun Indonesia yang menang, Indonesia yang adil makmur, yang damai, dan disegani seluruh dunia,” kata Prabowo.

Dalam kesempatan inipun, kembali Prabowo tak ditemani pasangan Sandiaga Uno.

Bersamanya yang terlihat justru Ketua Dewan Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, Sekjen PKS Mustafa Kemal, Ketua Umum PA 212 Slamet Ma’arif, Jurkamnas BPN Idrus Sambo, Wakil Ketua BPN Tedjo Edy, dan Wakil Ketua Dewan Penasihat Partai Gerindra Yunus Yosfiah.

Prabowo menutup pidatonya dengan takbir dan bersujud.

Pidato klaim kemenangan dan sujud syukur bukan kali ini saja dilakukan Prabowo. Dalam Pilpres 2014, Prabowo yang kala itu didampingi Hatta Rajasa, calon wakilnya dalam Pilpres 2014 juga melakukan hal serupa.

Waktu itu ia juga mengklaim kemenangan berdasarkan hitung cepat lembaga survei internal yang digunakannya.

“Dari quick count berbagai lembaga survei, dan dari lembaga survei-lembaga survei yang kami gunakan sebagai rujukan, kita bersyukur bahwa dari semua keterangan yang masuk, menunjukkan bahwa kami, pasangan nomor satu Prabowo-Hatta, mendapatkan dukungan dan mandat dari rakyat Indonesia, kami dari koalisi merah-putih,” kata Prabowo saat itu.

Bertentangan dengan klaim tersebut, saat itu lembaga-lembaga survei publik mencatat kemenangan Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla.

Belakangan, hasil hitung cepat tersebut dikuatkan oleh hitung resmi atau real count yang dilakukan KPU dengan Jokowi-Kalla meraih 53,15 persen sementara Prabowo-Hatta hanya mengumpulkan suara 46,85 persen.

Sementara itu menanggapi hasil hitung cepat berbagai lembaga survei, Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono mengatakan partainya akan menunggu dan menghormati  hasil resmi KPU.

“Kami akan menghormati dan menunggu hasil resmi KPU. Itu langkah terbaik bagi kami semua, termasuk dalam konteks pemilihan legislatif,” kata AHY saat menggelar konferensi pers di Kantor DPP Demokrat, Rabu (17/4) malam.

AHY juga menyebut langkah tersebut ditempuh Demokrat agar mendapatkan gambaran lebih kredibel dan terhindar dari informasi simpang siur. “Dengan demikian akan mengurangi kesimpangsiuran dalam berita terkait hasil yang diraih di berbagai daerah,” kata dia.

Demokrat, kata AHY, lebih fokus mengawal penghitungan suara secara rill untuk memastikan agar terhindar dari potensi kecurangan.

“Mari kita hargai proses yang berjalan. Kita kawal suara jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diharapkan, terutama kecurangan yang terjadi di TPS maupun di tempat lain dalam proses penghitungan suara ini,” kata AHY.[]