Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo mengatakan penyakit perekonomian Indonesia berpusat di investasi dan ekspor.
“Saya sudah sampaikan seminggu yang lalu dalam forum rapat kabinet, saya bertanya apakah perlu kalau situasinya seperti ini, yang namanya menteri investasi dan menteri ekspor. Khusus. Penyakit kita ada di situ,” kata Presiden Jokowi, saat memberikan arahan pada Rapat Koordinasi Nasional Investasi, di Nusantara Hall ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Selasa (12/3/2019), seperti dikutip setkab.go.id.
Jokowi bahkan sempat berpikir menambah 2 menteri baru untuk permasalahan itu. Menurutnya, di Uni Eropa dan banyak negara lain ada menteri khusus yang mengurusi hal tersebut.
“Saya itu paling geregetan, kita tahu kesalahan kita, tahu kekurangan kita, rupiahnya berapa defisit kita tahu, kok kita enggak selesaikan. Bodoh banget kita kalau seperti ini,” katanya.
Presiden menilai pasti ada yang tidak benar di titik-titik tertentu, akan mempelajari dan pasti akan menemukannya.
“Jangan sampai nanti di PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu), ngomongnya SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) sehari, ternyata dua minggu. IMB (Izin Mendirikan Bangunan) ngomongnya tiga hari sampai seminggu. Saya cek ternyata masih delapan bulan, masih enam bulan ketemu berarti di situ. Bisa di pusat, bisa di daerah,” kata Jokowi.
Tertinggal
Jokowi juga mengatakan untuk urusan investasi dan ekspor, Indonesia sudah tertinggal oleh negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, bahkan kalah dari Vietnam.
“Kita tidak mau lagi ditinggal oleh Kamboja dan Laos,” katanya.
Presiden meminta para gubernur, bupati, dan wali kota mendorong industrialisasi dan hilirisasi.
“Kuncinya ada di situ. Kita ini mempunyai kekuatan besar, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Tapi kita ini sudah terlalu lama sekali senangnya ekspor bahan mentah. Sudah berpuluh-puluh tahun kita tidak berani masuk ke hilirisasi, tidak berani masuk ke industrialisasi,” katanya.
Presiden heran, investor berbondong-bondong ke Indonesia tapi banyak yang tak terealisasi.
“Ini pasti ada problemnya, apakah kecepatan perizinan kita, apakah mungkin urusan pembebasan lahan yang yang betele-tele sehingga mereka pergi, atau pelayanan kita yang tidak cepat dan tidak baik. Harus dicari ini, saya kira Pak Gubernur, ini urusan besar, bupati dan wali kota, ini urusan besar yang harus kita selesaikan, karena kunci pertumbuhan ekonomi kita, kuncinya itu ada di dua tadi, investasi dan ekspor,” katanya.
Sewaktu terjadi booming komoditas yang membuat harga global naik tinggi pada 5 hingga 10 tahun lalu, Indonesia lupa membangun industrialisasi dan hilirisasi.
“Inilah kesalahan yang harus kita perbaiki,” kata Jokowi. [DAS]