Koran Sulindo – Surplus perdagangan Tiongkok dengan Amerika Serikat (AS) menurun setelah deklarasi perang dagang dan perlambatan ekonomi global. Padahal, alasan perang dagang yang dideklarasikan Presiden Donald Trump beberapa waktu lalu karena surplus perdagangan Tiongkok terhadap AS.
Dengan perang dagang dan pengenaan tarif terhadap produk Tiongkok, surplus perdagangan negara itu terhadap AS menjadi US$ 27,3 miliar dari US$ 29,9 miliar pada Desember 2018. Secara keseluruhan total surplus perdagangan Tiongkok tahun lalu mencapai US$ 323,3 miliar.
Akan tetapi, impor produk AS oleh Tiongkok seperti yang dilaporkan Channel News Asia pada Kamis (14/2), mengalami penurunan hingga 41 persen setelah adanya kebijakan perang dagang Trump. Konsumen menolak membeli hasil pertanian dan energi AS setelah Tiongkok mengenakan tarif terhadap produk AS sebagai balasan dari kebijakan Trump.
Sementara, ekspor Tiongkok ke AS turun lebih dari 2 persen pada Januari dari tahun ke tahun. Trump menunda kebijakan untuk mengenakan tarif hingga 2 Maret nanti terhadap produk Tiongkok senilai US$ 200 miliar. Keputusan ini diambil untuk memberi waktu yang lebih panjang atas tahapan negosiasi menyelesaikan perang dagang.
Pada pekan ini, delegasi perekonomian kedua negara mengadakan pertemuan dan pembicaraan perdagangan penting di Beijing. Dari perundingan itu, Trump membuka diri untuk memperpanjang gencatan perang dagang yang penting ada kemajuan dari perundingan itu.
Peneliti dari Oxford Economics, Louis Kuijs mengatakan, ada sinyal positif dari perundingan Tiongkok dan AS. Dengan demikian, pengenaan tarif terhadap produk kedua negara kemungkinan akan ditunda.
Sejumlah data menunjukkan, perlambatan perekonomian Tiongkok akan semakin buruk karena pertumbuhan ekonominya melambat dalam 3 deakde terakhir. Ini akan menjadi tantangan bagi eksportir Tiongkok, bahkan jika negosiasi AS dan Tiongkok mencapai kesepakatan pada Maret nanti. [KRG]