Koran Sulindo – Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dalam beberapa hari terakhir mulai menerapkan strategi menyerang.
Tak hanya bertahan dan menjadi bulan-bulanan isu-isu yang dikeluarkan oposisi.
Jokowi dalam dua hari terakhir menyebut tentang ‘propaganda Rusia’ dan ‘konsultan asing.’
Menurut Jokowi, kontestasi pemilihan presiden di Indonesia saat ini dipenuhi banyak fitnah dan kabar bohong alias hoax. Seharusnya perpolitikan justru mesti memberikan edukasi dengan kesopansantuan. Tidak justru mengadopsi hoax dan fitnah seperti model adu domba asing.
“Banyaknya fitnah, hoax, kabar bohong yang lalu lalang di medsos. Cara berpolitik itu harus memberikan edukasi, cara berpolitik yang penuh keadaban, sopan santun,” kata Jokowi berbicara di hadapan Forum Alumni Jawa Timur di Tugu Pahlawan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/2).
Menurut Jokowi upaya adu domba itu justru dilakukan tim sukses yang menyiapkan propaganda ala Rusia.
“Kalau dibolak-balik seperti ini, seperti yang saya sampaikan, teori propaganda Rusia seperti itu. Semburkan dusta sebanyak-banyaknya, semburkan kebohongan sebanyak-banyaknya, semburkan hoax sebanyak-banyaknya sehingga rakyat, masyarakat, menjadi ragu. Memang teorinya seperti itu,” kata Jokowi.
Sehari berikutnya, Jokowi kembali mengulang soal propaganda Rusia yang dipakai elite tertentu tanpa mempertimbangkan efeknya bagi rakyat.
Selain propaganda Rusia, Jokowi juga menyinggung soal konsultan asing.
“Pakai konsultan asing. Nggak mikir ini memecah belah rakyat atau tidak, nggak mikir mengganggu ketenangan rakyat atau tidak, ini membuat rakyat khawatir atau tidak, membuat rakyat takut, nggak peduli. Konsultannya konsultan asing. Terus yang antek asing siapa?” kata Jokowi di De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (3/2).
Ia menambahkan, selama ini ia tetap dituding sebagai antek asing meskipun sudah ditepisnya dengan keberhasilan pemerintah mengambil alih Blok Rokan, Blok Mahakam, dan kepemilikan saham 51 persen di PT Freeport.
“Yang antek asing siapa? Jangan begitu dong. Maksudnya, jangan nunjuk-nunjuk dia antek asing, padahal dirinya sendiri antek asing. Nggak mempan antek asing, ganti lagi,” kata Jokowi.
Isu mengenai antek asing ini pernah disinggung Prabowo pada bulan September 2018 lalu.
Kala itu ia menyampaikan pidato agar rakyat Indonesia bisa berdaulat sepenuhnya agar tak menjadi antek asing. “Nilai-nilai yang bapak-bapak tanamkan di kita, bahwa Indonesia ini merdeka untuk hidup berdaulat supaya rakyat tidak menjadi antek bangsa asing,” kata Prabowo.
Dalam kesempatan itu Jokowi juga menyinggung beberapa pernyataan Prabowo yang memicu kontroversi seperti Indonesia bubar, Indonesia menjadi seperti Haiti, selang cuci darah di RSCM dipakai 40 kali hingga hoax Ratna Sarumpaet.
Jokowi menyebut bahwa sosok Ratna adalah orang yang jujur karena mau mengakui kebohongan yang dilakukan. Bahkan, Jokowi mengaku telah mengenal lama Ratna Sarumpaet dan tahu pribadinya yang jujur dan berani.
Jokowi beranggapan, kebohongan yang dibangun oleh Ratna dan kubu Prabowo-Sandiaga adalah upaya untuk menuduhnya melakukan kriminalisasi.
Dalam salah satu pidatonya, Jokowi juga menyindir anggapan bahwa Indonesia akan punah. Pidato-pidato yang yang disampaikan Jokowi memang terdengar lebih keras daripada pidato atau pernyataan yang selama ini biasa Jokowi sampaikan.
“Masa, suruh halus terus? Ya kadang-kadang kita bosan. Bolehlah keras-keras sedikit. Yang penting menyampaikan fakta. Yang penting menyampaikan data. Yang penting bukan menyampaikan semburan dusta, bohong, hoaks,” kata Jokowi di Semarang.[TGU]