James Watson. Foto: Victor Hugo/Patrick McMullan, via nytimes.com.

Koran Sulindo – Ilmuwan peraih Hadiah Nobel yang kini berusia 90 tahun, James Watson, dicabut seluruh gelar kehormatan ilmiah-nya oleh lembaga penelitian terkemuka Amerika Serikat, Laboratorium Cold Spring Harbor (CSHL), Jumat lalu (11/1). Padahal, ahli genetika tersohor itu telah mengabdikan dirinya pada lembaga tersebut hampir setengah abad.

Masalahnya, Watson tetap berkukuh menolak menarik kesimpulannya soal pengaruh ras dan genetik pada IQ seseorang, dengan contoh kasus manusia di Benua Afrika. Pandangannya itu juga pernah diutarakan pada tahun 2007 dan ia sempat diskors dari laboratorium yang berkantor di New York tersebut. Ketika itu, ia mengatakan, masa depan di benua Afrika secara inheren suram.

“Semua kebijakan sosial kita didasarkan pada fakta bahwa kecerdasan mereka sama dengan kita – sedangkan semua pengujian mengatakan tidak begitu,” katanya, seperti dimuat majalah Times ketika itu.

Namun, karena pendapatnya tersebut memicu kontroversi dan kecaman, Watson pun meminta maaf, sehingga gelar kehormatannya di CSHL masih berhak ia sandang. Ternyata, setelah lebih dari 10 tahun, pandangannya tersebut tidak benar-benar berubah.

Dalam film dokumenter yang dibuat PBS dan diputar pekan lalu, ketika ditanya apakah pandangannya tentang ras dan kecerdasan telah berubah, ia mengatakan tidak seluruh pandangannya berubah. “Tidak semuanya. Saya ingin mereka berubah bahwa ada pengetahuan baru yang mengatakan pengasuhan Anda jauh lebih penting daripada alam, ” ujarnya dalam film dokumenter bertajuk American Masters: Decoding Watson itu. “Ada perbedaan rata-rata antara kulit hitam dan kulit putih pada tes IQ. Saya akan mengatakan perbedaannya adalah genetik.”

Mendengar itu, pihak CSHL mengatakan, pandangan Watson yang baru saja disuarakan tersebut sebagai pendapat yang “tercela” dan sama sekali tidak didukung oleh sains.”  Setelah secara tegas menolak pendapat Watson yang dinilai “tidak berdasar dan ceroboh” itu, pihak CSHL pun secara resmi mencabut seluruh gelar kehormatannya. CSHL juga “mengutuk penyalahgunaan sains untuk membenarkan prasangka.” Demikian diberitakan nytimes.com pada 11 Januari 2019.

Nama Watson sebagai ilmuwan mulai berkibar di dunia internasional pada tahun 1953 setelah ikut menemukan struktur heliks ganda DNA bersama ahli genetika Maurice Wilkins dan Francis Crick. Pada tahun 1962, tim ini dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang fisiologi “atas penemuan mereka mengenai struktur molekul asam nukleat dan signifikansinya untuk transfer informasi dalam bahan hidup.”

Pada 1968, Watson mulai menjabat sebagai Direktur Cold Spring Harbor Laboratory. Dalam perjalanan waktu, ia kemudian diangkat menjadi Presiden CSHL dan chancellor. Namun, karena pandangannya soal kecerdasan terkait ras dan genetika pada tahun 2007 itu, ia diskors dan kemudian pensiun.  [RAF]