Koran Sulindo – Para pekerja Bank Standard Chartered Zimbabwe merencanakan demonstrasi karena pemecatan sepihak oleh perusahaan. Pemecatan ini dinilai para pekerja sebagai kegagalan bank sentral negara itu menahan krisis moneter.
Serikat pekerja bank di Zimbabwe dalam sebuah undangan kepada anggotanya mengimbau agar turut serta dalam aksi demonstrasi itu. Rencana demonstrasi itu akan dilakukan pada pekan depan. Juga dituliskan dalam imbauan itu bahwa serikat pekerja menentang pemecatan sepihak dari Bank Standard Chartered.
Berdasarkan newzimbabwe.com pada Selasa (4/12), serikat pekerja menilai, pemecatan itu dilakukan bukan karena bank tidak lagi memerlukan para pekerja. Akan tetapi, pekerjaan mereka kini dialihkan ke negara-negara lain seperti Kenya dan India.
Serikat pekerja mencatat, untuk layanan operasional seperti produksi kartu anjungan tunai mandiri, misalnya, kini dialihkan ke Kenya. Kekecewaan pekerja juga ditujukan kepada bank sentral negara itu lantaran memberikan kemudahan bagi Standard Chartered untuk memecat pekerja secara sepihak.
Apa yang dilakukan Bank Standard Chartered itu model bisnis neoliberal. Standard Chartered juga disebut tidak mau memberi upah yang layak meski bank tersebut mampu menghasilkan keuntungan rata-rata US$ 13 juta per tahun. Di tahun 2016, Bank Standard Chartered telah melakukan penghematan meski menghasilkan laba yang besar.
Akan tetapi, penghematan itu tampaknya tidak pernah cukup dan bank mulai mengurangi karyawan sejak 2017 dan berujung secara masif pada 2018. Menanggapi pernyataan serikat pekerja, juru bicara Bank Standard Chartered, Lilian Hapanyengwi membantah tuduhan tersebut dan kebijakan pemecatan tersebut sesuai dengan strategi perusahaan.
Strategi bank secara internasional dengan mengalihkan operasional ke berbagai negara baik di Afrika, Asia dan Timur Tengah sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Penggabungan operasional disebut memungkinkan Standard Chartered dan seperti perusahaan multinasional lainnya untuk efisiensi dan efektivitas perusahaan. [KRG]