Ilustrasi: Pesawat Boeing 737 MAX 9
Ilustrasi: Pesawat Boeing 737 MAX 9, di Seattle, Amerika Serikat, sebelum dikirim ke Lion Air/AP-Elaine Thompson

Koran Sulindo – PT Lion Mentari Airlines menyurati Komite Nasional Keselamatan Transprtasi (KNKT) mengenai laporan awal (preliminary report) investigasi pesawat PK-LQP yang jatuh pada 29 Okrober 2018 lalu. Menurut Lion Air, terdapat ketidaksesuaian antara laporan yang dikeluarkan KNKT dengan pemberitaan di media massa.

“Ada berita yang beredar kita di sini mengatakan bahwa pesawat tersebut sudah tak layak terbang sejak terbang dari Den Pasar. Pernyataan ini menurut kami tak benar,” kata Direktur Utama Lion Air Group, Edward Sirait, dalam konferensi persi di Jakarta, Rabu (28/11/2018) malam, seperti antaranews.com.

Surat itu meminta klarifikasi kepada KNKT apakah pernyataan tersebut bersumber dari KNKT itu sendiri.

“Langkah kami mengklarifikasi KNKT dan kami akan lakukan secara tertulis, apabila tak ada tanggapan, kami akan tempuh jalur hukum,” katanya.

Terdapat 3 hal yang dibantah oleh Lion Air.

Pertama soal pesawat tidak laik, kedua memberikan data yang tidak benar, ketiga tidak menciptakan budaya keselamatan secara baik.

Baca juga: Temuan Awal KNKT: Budaya Keselamatan Lion Air Buruk

Edward membantah kalau pesawat PL-LQP tidak laik.

“Kami selalu memberikan data yang tidak benar, ini perlu kami klarifikasi. Namun dalam kasus ini ada dua dokumen yang berbeda memang ya. Jadi tak benar bahwa pesawatnya tak laik terbang dari Denpasar,” kata Edward.

Sedangkan mengenai perbedaan jumah kru kabin di pesawat, Edward menuturkan satu kru merupakan inspektur, jadi tidak terhitung sebagai kru di data kotak hitam Flight Data Recorder (FDR).

Pesawat Bermasalah

Sebelumnya, sejumlah pilot Boeing menyatakan menemukan permasalahan ketika melakukan uji terbang Boeing 737 MAX-8 jauh sebelum pesawat itu dioperasikan Lion Air dan jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, bulan lalu.

Untuk mengurangi masalah tersebut, Boeing memperkenalkan sistem baru untuk kontrol penerbangan, sebuah sistem yang disebut Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), namun tidak memberitahu para pilot dan maskapai yang menggunakannya. Laporan Aviation Week itu juga menyatakan MCAS itulah yang menjadi pusat penyelidikan kecelakaan Lion Air JT 610 yang jatuh di Laut Jawa, dan menewaskan semua penumpang dan awaknya di dalamnya.

Baca juga: Kecelakaan Lion Air: Boeing Tahu Pesawat Bermasalah, Jauh Sebelum Pesawat Itu Jatuh

Pesawat baru itu ternyata sulit ditangani ketika kecepatannya turun ke titik yang memicu bahaya kegagalan aerodinamis dan pilot kehilangan kontrol. Demikianlah yang terjadi dengan pilot Lion Air yang jatuh itu. [DAS]