Koran Sulindo – Pernyataan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang ingin membentuk “pasukan khusus” untuk memerangi Tentara Rakyat Baru (NPA), sayap militer Partai Komunis Filipina (CPP) sebagai bentuk hasutan untuk membunuh pengkritik pemerintah. Celakanya, semua orang yang mengkritik pemerintah lalu diberi cap sebagai “merah”.
Menurut pendiri CPP yang kini berada di Belanda, Jose Maria Sison, Duterte secara efektif akan mengeluarkan kebijakan untuk membunuh para oposisi, lawan politiknya serta para aktivis hak asasi manusia. Gagasan Duterte membentuk “pasukan khusus” itu merujuk kepada pasukan yang dibentuk CPP pada era 1970-an hingga 1980-an ketika melawan diktator Ferdinand Marcos.
Sison seperti dikutip teleSUR tentu saja membantah hal tersebut. Itu hanya pembenaran Duterte untuk membentuk “pasukan kematian” demi kepentingannya sendiri. Sebuah pasukan khusus disebut dibentuk untuk memerangi polisi selama kepemimpinan Marcos.
Oposisi dari Kiri, Bayan telah mengecam pernyataan Duterte itu. Mereka menilai alasan Duterte itu hanya pembenaran untuk memerintahkan “pasukan kematian” itu untuk menganiaya, menghasut pembunuhan terhadap pengkritik pemerintah, pembela hak asasi manusia dan orang-orang yang dicap sebagai “merah”.
Gagasan Duterte membentuk “pasukan kematian” itu dikhawatirkan akan sama dengan deklarasi perang terhadap narkoba. Justru kebijakannya itu hanya akan mengintimidasi dan memberi pembenaran terhadap pembunuhan secara ilegal.
Duterte yang kini dikenal sebagai sosok yang diktator dan tidak mengenal perbedaan pendapat itu sempat mengeluarkan kebijakan untuk membunuh para tersangka narkotika tanpa melalui proses peradilan. Kebijakan itu justru membuat kepolisian bertindak brutal terhadap masyarakat sehingga mengakibatkan kematin lebih dari 4.800 orang. [KRG]