Megawati Soekarnoputri dan ANwar Ibrahim (foto/istimewa)

Koran Sulindo – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mendorong mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Anwar Ibrahim terus memperjuangkan kebenaran dan persatuan di negeri jiran tersebut.

Terlebih, Anwar adalah politikus kawakan yang kenyang akan pengalaman bukan sekadar akademisi organik.

“Bagi saya, beliau (Anwar Ibrahim) adalah seorang akademisi yang tidak berhenti pada tataran teori,” kata Megawati saat menyampaikan testimoninya dalam rapat senat terbuka Universitas Negeri Padang (UNP) dalam rangka pemberian gelar doktor kehormatan (DRHC) untuk Anwar Ibrahim, Sumatera Barat, Senin (29/10).

Menurut Megawati, sosok Anwar adalah contoh nyata akademisi yang meleburkan diri dalam perjuangan politik. Ia menyebut Anwar Ibrahim menempatkan gelar akademis bukan sebagai alat legitimasi ilmiah kebohongan politik yang sering berkedok kebenaran.

“Kebenaran dalam politik harus dapat diverifikasi dan dipertanggung-jawabkan, bukan hanya secara ilmiah, tapi juga mengedepankan etika dan moral. Kebenaran akan tetap menjadi kebenaran meski kekuasaan menguburnya ke dasar bumi,” kata Megawati. “Oleh sebab itu onward never retreat.”

Megawati juga menceritakan perbincangannya dengan Anwar sebelum rapat senat terbuka UNP untuk pemberian gelar DRHC. Dalam perbincangan itu Anwar baru tahu bahwa Megawati berdarah Sumatera.

Namun, Megawati tak mau diklaim sebagai suku Sumatera. “Alhamdulillah, saya ini gado-gado. Jadi tidak bisa kalau saya bilang saya suku Sumatera,” katanya.

Soal suku itu pernah membuat Megawati kebingungan ketika harus registrasi untuk catatan sekolah. Sebab, dalam registrasi ada kolom tentang suku bangsa.  “Karena memang saya Jawa saja ada dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sumateranya ada Bengkulu. Lalu eyang saya itu dari Bali,” kata dia.

Bahkan, Megawati pernah diserang isu yang menyebutnya tak punya agama jelas dan tak hanya itu, putri Proklamator  Bung Karno ini pun dituding beragama Hindu.

Akhirnya Megawati menggelar konferensi pers untuk menjelaskan silsilahnya.

Megawati yang berdarah Bali memiliki nenek beragama Hindu, sedangkan ibunya Fatmawati yang asal Bengkulu beragama Islam sebagaimana Soekarno.

“Apakah saya harus mulai memotong jari tangan saya satu, apakah kalian akan puas dan saya harus mengatakan agama saya itu A atau B. Anda semua tahu bahwa agama saya itu Islam. Itu pilihan saya. Langsung berita itu senyap,” katanya berkisah.

Oleh karena itu Megawati juga mendorong Anwar terus memperjuangkan persatuan bagi Malaysia yang multietnis seperti Indonesia. Megawati dan Anwar sama-sama sepakat bahwa keberagaman merupakan kodrat.

“Kami sama-sama meyakini keberagaman adalah hal kodrati, bukan alasan untuk berpecah, tetapi berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, untuk hidup dalam harmoni keberagaman. Kalau di Indonesia sebutannya Bhinneka Tunggal Ika, bermacam-macam tetapi tetap satu jua,” kata Megawati.

Megawati menegaskan, keberagaman bukan alasan untuk berkonflik. “Tidak mungkin suatu bangsa maju tanpa persatuan. Tidak ada yang lebih berharga dari persatuan dan kesatuan bagi setiap negara,” tegas Megawati. [CHA/TGU]