Koran Sulindo – Evaluasi kritis bahkan cenderung utopis yang dituduhkan oleh Prabowo Subianto, calon presiden bernomor urut 02 bahwa sistem ekonomi Indonesia saat ini melebihi neo-liberal dan dikatakan ekonomi kebodohan hanyalah klaim sepihak tanpa dasar.
Menurut Hasto Kristiyanto, Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, sejarah mencatat, bahwa reformasi lahir karena koreksi atas sistem yang otoriter, dimana ekonomi kekuasaan saat itu hanya didominasi kroni-kroni Soeharto, Presiden RI Kedua.
“Pak Prabowo seharusnya paham hal ini. Saat itu, ekonomi kekuasaan ditopang oleh sistem otoriter. Dalam sistem itu mereka yang kritis dipenjara, bahkan diculik dan terkadang dibinasakan,” kata Hasto di Jakarta, Jumat (12/10).
Hasto mengungkapkan, ketika terjadi krisis, kedaulatan negara digadaikan melalui Letter of Intent International Monetary Fund.
Artinya, Prabowo yang ‘besar’ dari rahim Orde Baru, kata Hasto, seharisnya memahami, hal ini dan segala akibatnya bukan malah cuci tangan.
“Kami akan siap berdebat sekiranya yang disampaikan adalah konsepsi ekonomi Indonesia yang sesuai konstitusi yang selama ini terus diperjuangkan oleh Pak Jokowi,” papar Hasto.
Bahkan, kata Hasto, dampak 32 tahun kekuasaan ekonomi di bawah rezim Soeharto,setidaknya membawa ‘keuntungan’ bagi total kekayaan bagi Prabowo.
“Saya memastikan bahwa serangan Pak Prabowo ke Pak Jokowi tersebut akan menimbulkan serangan balik dari rakyat. Sebab pernyataan Pak Prabowo tersebut sama saja dengan menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri,” tandas Hasto.
Karenanya, Tim Kampanye Jokowi-Ma’ruf Amin sangat tidak rela sistem ekonomi saat ini disebut ekonomi kebodohan. Pada saat yang sama ketua umum Partai Gerindra itu beretorika tentang Make Indonesia Great Again atau MIGA.
Slogan itu, lanjut Hasto, tak lebih meminjam omongan Donald Trump dalam kampanye politiknya menjadi calon presiden Amerika Serikat yakni Make America Great Again atau MAGA.
“Yang dilakukan kubu Prabowo hanyalah mengganti kata America dengan Indonesia sehingga menjadi MIGA,” beber Hasto.
Lebih jauh dikatakan Hasto, serangan ekonomi kebodohan yang dilontarkan Prabowo semakin menunjukkan bahwa dirinya pura-pura lupa dengan sejarah, lalu menimpakan hal tersebut sebagai kesalahan Pemerintahan Jokowi.
“Padahal dari aspek elementer saja, Pak Prabowo tidak bisa membedakan antara penganiayaan dan operasi plastik. Inilah contoh dari kebodohan itu sendiri,”kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan itu.
Sejatinya, capres negarawan menyampaikan narasi positif untuk Indonesia Raya, bukan malah merendahkan martabat bangsa dan rakyatnya sendiri. “Apalagi dengan membodoh-bodohkan ekonomi bangsanya.”
Hasto menjelaskan, tindakan membangun infrastruktur secara masif, jaminan sistem kesehatan nasional, sertifikasi tanah rakyat, program kerakyatan melalui Kartu Indonesia Sehat dan Indonesia Pintar; pengambilalihan Freeport, Blok Rokan dan Blok Mahakam serta berbagai prestasi lainnya jelas bukan kebodohan.
“Bagi kami, banteng-banteng PDI Perjuangan, konsepsi ekonomi Pak Jokowi justru mencerdaskan bangsa. Hanya orang-orang yang tertutup mata hatinya yang melihat segala sesuatu dari perspektif negatif,” kata Hasto. “Pak Prabowo cuma beretorika, sementara Pak Jokowi sudah berbuat.” [CHA]