Koran Sulindo – Sebagai tokoh bangsa dan ulama yang sedikit banyak telah berjasa kepada bangsa dan negara mestinya mendapat pengormatan, bukan pelecehan apalagi penghinaan kasar.

Selain menunjukkan kurangnya adab, penghinaan dan pelecehan itu menunjukkan kurangnya pendidikaan.

Seseorang dengan sebutan Ustadz Yahya Waloni dalam ceramahnya yang diunggah ke situs berbagi video YouTube dengan kasar melecehkan dan menghina Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, KH. Ma’ruf Amin, dan Tuan Guru Bajang.

Sementara Megawati didoakan segera meninggal, KH Ma’ruf Amin dilecehkan sebagai lupa diri karena dianggap uzur namun penuh nafsu kekuasaan. Sementara TGB namanya diplesetkan menjadi Tuan Guru Bajingan.

Menanggapi penghinaan itu, Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari menyebut dirinya merasa kasihan dengan Uztadz Yahya itu.

Belum memiliki prestasi apapun, namun ia sudah merendahkan orang yang jasanya sudah jelas diberikan untuk bangsa dan negara.

“Ini orang kurang pendidikan, kayaknya perlu pembinaan. Sebaiknya beguru ke ulama yang baik misalnya KH Quraish Sihab, Gus Mus, Gus Sholah sehingga akhlaknya baik dan pantas disebut ustaz dan panutan. Latihan berendah hati dulu,” kata Eva Sundari, Minggu (16/9).

Meski begitu, sejauh ini Eva mengetahui apakah PDIP akan mengambil langkah hukum terkait pernyataan Yahya. Dia hanya menekankan agar Yahya lebih banyak belajar.

Tanggapan Sejuk

Sementara itu, menanggapi tudingan haus kekuasaan Ma’ruf Amin sendiri mengatakan apa yang disampaikan oleh penceramah itu tak perlu ditanggapi.  “Saya kira nggak perlu ditanggapi,” kata Maruf di Pontianak, Minggu (16/9).

Menurutnya, jika sudah menyangkut urusan bangsa dan negara usia tak lagi menjadi penghalang. Seperti yang terjadi di Malaysia, meskipun sudah berusia lanjut Mahathir Muhammad toh tetap maju mencalonkan diri.

Begitu juga ketika Jokowi memilihnnya untuk menjadi calon wakil presiden. “Kan ini soal bangsa, soal negara. Mahathir lebih tua, jadi nggak ada masalah,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua PBNU sekaligus Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengaku miris mendengarkan video viral ceramah Ustadz Yahya Waloni yang menyerang Megawati, KH Ma’ruf Amin dan Gubernur NTB TGH Zainul Majdi itu.

“Mencermati video ustaz Yahya Waloni, Saya jadi miris. Seorang ustaz bicaranya tidak terkontrol bahkan mengeluarkan kata-kata yang sungguh tidak mendidik,” kata Gus Ipul di Surabaya, Minggu (16/9).

Mantan Ketua GP Ansor dua periode ini mengatakan umat muslim dididik untuk bisa mencari ilmu dengan meneladani Rasulullah SAW agar berlaku sopan dalam kehidupan sehari-hari.

“Ahlak itu menjadi sangat penting. Kita sudah terbiasa dengan perbedaan pendapat antar ulama, tidak hanya urusan yang kaitannya halal-haram, boleh tidak boleh, tapi juga perbedaan politik sejak Indonesia lahir,” kata Gus Ipul.

Ia menambahkan, perbedaan politik dalam Pilpres 2019 tidak berarti menjadi alasan menciptakan permusuhan. Dia berharap Yahya Waloni segera meminta maaf karena telah menyinggung tokoh seperti Megawati, KH Ma’ruf Amin dan TGB.

“Kita semua bisa lihat rekam jejaknya. Kiai Ma’ruf jelas sebagai seorang ulama. Begitu juga TGB jelas jejaknya sebagai seorang ulama. Tapi saya belum tahu persis rekam jejak Ustadz Yahya Waloni ini,” kata Gus Ipul.

“Saya kira ustaz Waloni harus menghentikan dakwah seperti itu. Sebagai tokoh agama hendaknya bisa menjadi contoh. Ucapan yang salah punya dampak yang cukup luas termasuk bisa memicu kekerasan di tengah umat,” kata Gus Ipul.

Video ceramah ustadz Yahya Waloni yang bertendensi menyerang Kiai Ma’ruf dan TGB viral di media sosial. Pidatonya yang berdurasi sekitar 10 menit diposting dalam akun YouTube ‘Cahaya Tauhid’.

Dalam video yang diposting sejak 11 September 2018 itu tampak Yahya tengah berceramah di depan mimbar. Tidak diketahui kapan dan lokasi ceramahnya. Dia mempelesetkan nama TGB dengan ‘Tuan Guru Bajingan’. Kemudian Yahya menyebut Kiai Ma’ruf sudah uzur dan akan mati.

Sebuah ceramah Yahya Waloni yang beredar di media sosial menjadi viral, lantarang menyinggung KH Ma’ruf Amin, Tuan Guru Bajang (TGB), hingga Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri.[SAE/TGU]