Krisis bisa terjadi akibat utang yang begitu besar dan pemerintah tidak dapat membayar utangnya [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan akan menambah porsi pinjaman untuk menambal defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018. Strategi itu dilakukan karena kondisi ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian.

Dikatakan Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman, pada semester II ini masih penuh ketidakpastian sehingga memerlukan penyesuaian. Itu sebabnya, pihaknya berkomitmen menambah utang senilai US$ 2,9 miliar pada tahun ini dan tahun depan.

Dinamika ekonomi global pada semester II, kata Luky, masih penuh dengan ketidakpastian. Walau sejatinya belum memengaruhi pembiayaan pemerintah. Semisal, lelang rutin obligasi negara pada Selasa (14/8) berhasil menyerap sekitar Rp 16,5 triliun dari target indikatif yang ditetapkan senilai Rp 10 triliun hingga Rp 20 triliun.

Diungkapkan Luky, pemerintah juga mendapat mendapatkan penawaran private placement untuk membiayai defisit anggaran pada tahun ini. Itu disebut sebagai kabar baik untuk membiayai defisit anggaran. Cukup membantu, kata Luky.

Ada berbagai macam skenario yang telah dipersiapkan pemerintah dalam menghadapi ketidapastian ekonomi global. Selain mengutang, pemerintah juga berencana menerbitkan global bond.

Hingga Juli 2018, total utang pemerintah mencapai Rp 4.253 triiun. Jumlah ini setara dengan 29,74% dari produk domestik bruto (PDB). Posisi utang pada masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla ini banyak kalangan yang mengkhawatirkannya. Tapi itu dibantah oleh Luky. Posisi utang disebut masih aman. Demikian Luky. [KRG]