Asap mengepul setelah pemukiman di Gaza dihantam bom-bom Israel.
Asap mengepul setelah pemukiman di Gaza dihantam bom-bom Israel.

Koran Sulindo – Serangan udara jet-jet militer Israel yang secara sengaja menargetkan warga sipil di Gaza dianggap sebagai bentuk hukuman kolektif kepada Hamas.

Serangan udara kepada warga sipil ini juga menandai perubahan kebijakan militer Israel (IDF) yang selama ini hanya fokus pada target-target militer Hamas.

Jet-jet tempur Israel, Rabu (7/8) malam membombardir wilayah Gaza dan mengklaim menargetkan posisi-posisi Hamas di wilayah itu.

Serangan yang menargetkan pemukiman padat penduduk di Gaza itu menewaskan menewaskan seorang bayi berusia 18 bulan , Bayan Khammash, dan ibunya, Inas yang tengah hamil sembilan bulan. Ayah Bayan, meski terluka berhasil selamat dari serangan itu.

Serangan udara di masa lalu meski menargetkan infrastruktur sipil, umumnya fasilitas-fasilitas itu merupakan lokasi atau aset militer Hamas.

Menurut Haaretz versi bahasa Ibrani, militer Israel (IDF) memulai serangan udara setelah Hamas menembakkan roketnya ke wilayah Beersheva.

“IDF mulai menyerang sasaran sipil, termasuk pusat populasi dengan tujuan membuat warga memahami ‘harga’ eskalasi sekaligus menempatkan posisis Hamas dalam situasi bermasalah,” tulis Haaretz dalam laporannya.

Menurut media itu, perubahan kebijakan IDF tak mengejutkan mengingat Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman awal tahun ini dengan keji pernah menegaskan bahwa, “tidak ada orang yang tidak bersalah” di Gaza, terlepas bahwa setengah dari seluruh warga di wilayah itu masih berusia di bawah 18 tahun.

Haaretz juga menyebut dalih ‘menghukum Hamas’ hanyalah alasan untuk membenarkan kematian warga sipil seperti yang pernah dilakukan IDF ketika mereka menggelar operasi militer, bahkan ketika Hamas belum berkuasa di wilayah itu.

Menurut Haaretz,  serangan udara yang menargetkan penduduk sipil menunjukkan kekebalan IDF, karena kejahatan perangnya terhadap warga Palestina telah begitu lama diabaikan. ‘Kekebalan’ itu yang membuat IDF secara kurang ajar berani mengakui secara terbuka bahwa mereka memang menargetkan warga sipil.

Sementara itu, pemberitaan tewasnya bayi dan ibu hamil di Gaza di berbagai outlet media dunia malah memicu kemarahan Israel. Israel menganggap pemberitaan itu bias karena tanpa penjelasan bahwa serangan itu sebagai respons atas tembakan 150 roket dari Gaza.

Beberapa media yang menjadi sasaran kemarahan Israel di antaranya adalah BBC yang diprotes Kementerian Luar Negeri Israel dan memaksa mengubah judul pemberitaannya.

Tapi layaknya media-media mainstream Barat, entah mengapa protes itu akhirnya membuat BBC mengubah judul pemberitaannya menjadi; Gaza air strikes ‘kill woman and child’ after rockets hit Israel setelah sebelumnya member tajuk Israeli airstrikes ‘kill woman and baby’.

Tel Aviv protes karena pemberitaan dianggap tak menjelaskan latar belakang serangan udara Israel di Gaza, yang disebutnya sebagai atas ratusan roket yang ditembakkan ke Israel.

Sebenarnya, baik logika Tel Aviv maupun BBC juga aneh karena mereka mengabaikan bahwa serangan roket itu juga merupakan respon atas penjajahan Israel di Palestina.[TGU]