Koran Sulindo – Mantan Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo kini kembali berkiprah di pentas politik negeri itu. Tak tanggung-tanggung, pada Senin (23/7) kemarin, ia berhasil memenagi kursi kepemimpinan di parlemen. Itu berarti ia menjadi orang ke-4 di Filipina.
Ia juga menjadi wanita pertama yang berhasil menjabat sebagai ketua parlemen Filipina. Kemenangannya itu tentu saja mengejutkan. Pasalnya, Arroyo pernah disangka terlibat korupsi selama menjadi presiden sejak 2004. Enam tahun kemudian, ia dipaksa mundur dari jabatannya karena berbagai skandal yang diduga melibatkan Arroyo.
Ia lalu menjadi tersangka dalam kasus korupsi sejak 2011. Namun, pada 2016, Mahkamah Agung Filipinan membebaskannya dari segala tuduhan. Kini, ia kembali menjadi sosok berpengaruh di Filipina. Arroyo berhasil mengalahkan Pantaleon Alvarez, sekutu Presiden Rodrigo Duterte.
Dalam pemilihan tersebut, Asia Nikkei melaporkan, Arroyo berhasil mengumpulkan sebanyak 184 atau setara dengan 63% dari total anggota parlemen. Kemenangannya itu lantas menuai kontroversi, terlebih meski telah dilantik menjadi Ketua Parlemen Filipinan, pesaingnya, Alvarez tetap saja menjalankan fungsinya sebagai juru bicara parlemen.
“Misalnya, ketika menerima Presiden Duterte untuk memberikan pidato kenegaraannya yang ke-3 dalam sidang Kongres,” tulis Asia Nikkei pada Senin (23/7).
Karena persaingan kedua orang itu, Duterte sempat tertunda membacakan pidatonya lebih dari 1 jam dan akhirnya membuatnya ikut terlibat menyelesaikan masalah Arroyo dan Alvarez. Dalam pembukaan sidang, Alvarez tetap berbicara atas nama parlemen dan Duterte dalam pidato pembukaannya tetap menyebut Alvarez sebagai juru bicara parlemen.
Karena masalah ini, anggota parlemen terpaksa kembali mengadakan rapat untuk menggelar pemilihan Ketua Parlemen Filipina kedua kalinya. Arroyo tetap berhasil memenangi kursi ketua parlemen dan segera disumpah untuk jabatannya itu. Terpilihnya Arroyo menjadi ketua parlemen juga tak terlepas dari dukungan putri Duterte yang kini menjabat sebagai Wali Kota Davao Sarah Duterte Carpio.
Ia disebut ikut “menggulingkan” Alvarez lantaran pernah dituduh menjadi bagian dari oposisi. Sarah yang telah membentuk partai politik kini muncul sebagai kekuatan politik nasional.
Kiprah Arroyo dalam pemerintah telah membentang sejak 2001 hingga 2010. Pada 2001, ia adalah wakil dari Presiden Joseph Estrada. Setelah politik kekuatan rakyat, Estrada terguling dan Arroyo menggantikannya menjadi presiden. Pada 2004, dalam pemilu, Arroyo berhasil unggul dan menjadi presiden hingga 2010.
Setelah itu, Presiden Benigno Aquino meluncurkan program pemberantasan korupsi besar-besaran pada 2011. Arroyo ikut terkena dan ditangkap atas tuduhan korupsi dan kecurangan pemilu. Arroyo sempat menjadi tahanan rumah sakit Mahkamah Agung membatalkan kasusnya pada 2016.
Kendati Arroyo berhasil memenangi kursi kepemimpinan parlemen, ia bersama Alvarez tercatat sebagai pendukung setia Duterte. Ia juga ikut mendukung rencana Duterte mengubah Filipina sebagai negara federal. Karena itu, munculnya Arroyo sebagai ketua parlemen tidak akan mengubah apa pun di Filipina. [KRG]