Koran Sulindo – Pertemuan pemimpin Republik Demokratik Rakyat Korea yang acap disebut Korea Utara dan pemimpin Korea Selatan pada akhir bulan lalu adalah momentum bersejarah yang belum pernah terjadi sejak 1953. Ada rasa haru dan keakraban dalam pertemuan Kim Jong-un dan Moon Jae-in itu.
Pertemuan itu menjadi pertanda perdamaian di Semenanjung Korea akan terwujud dalam beberapa waktu ke depan. Kim dan Moon saling bersalaman dan tak ada ketegangan dalam pertemuan itu. Momentum bersejarah itu terjadi ketika Kim melangkah melewati batas garis perbatasan kedua negara. Agar adil, Kim lantas mengajak Moon menginjakkan kaki ke wilayah Korea Utara.
Tentu saja peristiwa itu menarik perhatian masyarakat dunia, tidak terkecuali di Filipina. Partai Bayan Muna menanggapi pertemuan Kim dan Moon itu sebagai langkah yang patut ditiru Presiden Rodrido Duterte ketika ingin mewujudkan perdamaian dengan Partai Komunis Filipina (CPP).
Tokoh Partai Bayan Muna Carlos Zarate menuturkan, pertemuan kedua pimpinan negara Korea Utara dan Korea Selatan sangat menguntungkan rakyat. Terlebih kedua negara sudah lama terpecah lantaran perang yang disponsori imperialis.
“Perkembangan sejarah itu disambut baik masyarakat di kawasan yang selalu terlibat tidak saja dalam advokasi reunifikasi damai kedua negara, tapi juga berupaya menekan meningkatnya konflik di kawasan Semenanjung Korea,” tutur Zarate seperti dikutip gmanetwork.com, media daring berbasis Filipina pada akhir bulan lalu.
Lewat pertemuan kedua pemimpin negara, Zarate – yang juga anggota Komite Solidaritas Filipina-Korea untuk Reunifikasi Korea – optimistis Deklarasi Perdamaian Panmunjom untuk penyatuan dan kemakmuran di Semenanjung Korea akhirnya terwujud. Deklarasi tersebut akan mengikat kedua negara tentang Semenanjung Korea bebas nuklir dan mengakhiri Perang Korea secara formal.
Zarate mengatakan, pihaknya benar-benar menantikan reunifikasi Semenanjung Korea yang mengarah pada perdamaian abadi di kawasan itu. Kendati demikian, ia tetap mengingatkan rakyat Korea agar tetap waspada terhadap para pengkhianat yang tidak menginginkan perdamaian. Orang-orang yang hanya menginginkan perang.
Apa yang dikatakannya itu bukan tanpa sebab, karena hal tersebut benar-benar terjadi ketika perundingan perdamaian antara pemerintah Filipina dengan Front Nasional Demokratik Filipina (NDFP). Itu sebabnya, Zarate “menantang” Duterte untuk meniru inisiatif berani pemimpin kedua negara di Korea terutama Kim Jong-un.
“Kami harapkan adanya perkembangan postif perundingan perdamaian antara NDFP dengan pemerintah Filipina. Juga tentang perdamaian di Semenanjung Korea akan membawa keadilan, memperbaiki serta menyatukan kembali rakyat Korea,” kata Zarate. [KRG]