Koran Sulindo – Sutradara film “Maha Guru Tan Malaka”, Daniel Rudi Haryanto, mengatakan road show (pemutaran keliling) film tentang salah satu pendiri bangsa itu kemungkinan ditunda sementara.
“Setelah kejadian di Padang kemarin pemutaran keliling film itu kemungkinan kami tunda sementara. Apalagi ada kabar aparat akan mencegah,” kata Daniel, kepada koransulindo.com, di Jakarta, Senin (23/4/2018).
Menurut Daniel, pembubaran acara di Padang adalah sebuah ironi karena Sumatera Barat adalah tempat kelahiran Tan Malaka.
Maha Guru Tan Malaka adalah film ketiga Daniel Rudi Haryanto setelah sebelumnya menggarap “Prison and Paradise” dan “Fluid Boundaries”.
Menurut Daniel, jasa Tan Malaka bagi Indonesia telah diakui negara lewat Keputusan Presiden RI No. 53 tahun 1963 yang menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional. Namun, acara-acara yang hendak mengulas Tan Malaka sering mendapat pelarangan karena dianggap menyebarkan ajaran komunisme.
“Tetapi stigma yang melekat pada diri Tan Malaka. Makanya, ini adalah caraku untuk menyikapi ketakutan yang sengaja diciptakan oleh sekelompok golongan,” kata Daniel.
Film dokumenter ini digarap dengan bantuan dana Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebesar Rp175 juta. Film mengambil sepotong hidup Tan Malaka dari perspektif anak muda lulusan sekolah drama Paris, Marko. Anak muda milenial itu mencari jejak pahlawan Indonesia yang seolah terlupakan itu.
Tan Malaka pernah menetap dan belajar di Haarlem Belanda antara 1913-1919.
Dalam film itu, Marko berkeliling negeri Belanda antara lain menemui sejarawan Harry A Poeze, penulis 3 jilid buku biografi Tan Malaka.
Dibubarkan
Sebelumnya pemutaran film tersebut direncanakan di depan lapangan Porkas, Kecamatan Nanggalo Kota Padang, namun gagal. Acara kemudian dipindah ke kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang pada Sabtu malam (21/4/2018).
Komunitas Shelter Utara, penyelenggara pemutaran film itu di Padang, menyatakan otoritas setempat mendatangi lokasi acara ingin memastikan acara itu dihentikan.
Kabar tersebut dibagikan di media sosial lewat akun Instagram @shelterutara. Dalam beberapa video pendek Instagram Stories, tampak aktivitas di luar dan di dalam kantor LBH Padang, termasuk mobil polisi dengan lampu rotator biru.
“Intelijen, Pol PP (polisi pamong praja), (ketua) RT, (ketua) RW, lurah, bertandang untuk memastikan dipaksa batal atas pemutaran film Mahaguru Tan Malaka,” kata @shelterutara di akun tersebut.
Dalam video itu terdengar dua orang mewakili kedua pihak sedang berdebat soal pelaporan agenda acara pemutaran ini. Video lain menunjukkan aktivitas menonton film dari beberapa orang di dalam ruangan.
Sebelumnya, lewat media sosial juga, Shelter Utara mengumumkan pemutaran film dibatalkan karena “intimidasi dari berbagai pihak”.
Pemutaran Maha Guru Tan Malaka direncanakan pada Sabtu (21/4/2018) namun 3 hari menjelang pemutaran film ada yang mengaku intel datang ke Sheter Utara.
“Setelah itu ada ancaman pembubaran oleh oknum militer namun kita tidak mengetahui siapa oknum tersebut,” ujar staf Divisi HAM LBH Padang, Aulia Rizal Staf, Minggu, (22/4/2018), seperti dikutip coveasia.com.
Menurut Aulia, Shelter Utara adalah komunitas perpustakaan yang telah melaksanakan bedah film dan diskusi selama 3 tahun terakhir.
“Karena ditakutkan terjadi yang tidak diinginkan akirnya pemutaran film dialihkan ke LBH Padang, selain itu LBH Padang memiliki komitmen terkait hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi, Pelarangan tersebut merupakan tindakan yang melanggar kebebasan berkumpul dan berpendapat,” katanya.
Kapolsek Padang Utara, Zulkafde, yang ada saat pemutaran film tersebut berlangsung mengatakan polisi datang hanya untuk memastikan keamanan, walau sempat terjadi ketegangan soal perizinan.
“Jika berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 Polisi bertugas menjaga ketertiban. Kalau terjadi sesuatu saat pemutaran film tentu kami bubarkan,” kata Zulkafde.
Film ini sudah diputar di beberapa tempat antara lain Malang dan Jakarta. Di Jakarta, film ini diputar di Teater OSO, Galeri MURI, Mall of Indonesia, Jakarta, Sabtu (14/4/2018). Dalam unggahan di Twitter MURI, pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) Jaya Suprana terlihat hadir.
Rencananya film ini juga akan diputar di Teater Utan Kayu Jakarta bulan depan. [DAS]