Presiden Kuba Raul Castro mengecam agresi militer AS dan sekutunya ke Suriah [Foto: teleSUR]

Koran Sulindo – Serangan Amerika Serikat (AS) bersama sekutunya terhadap Suriah terus menuai kecaman. Terlebih dalih serangan itu karena Suriah dituduh menggunakan senjata kimia – persis ketika mereka menyerang Irak – sebuah dalih yang tidak penah terbukti hingga hari ini.

Selain Rusia, kecaman serupa juga datang dari negara-negara Amerika Latin, termasuk Bolivia, Kuba dan Venezuela. Kuba, misalnya, ketika serangan itu dilakukan AS bersama sekutunya langsung mengutuknya dan mungkin menjadi negara pertama di Amerika Latin yang mengecam tindakan imperialis AS.

Seperti yang dilaporkan teleSUR, Kementerian Luar Negeri Kuba menyatakan, agresi tersebut mengabaikan Dewan Keamanan PBB dan melanggar hukum internasional. Tindakan tersebut juga hanya membuat situasi dan kondisi Suriah serta kawasan semakin buruk.

“Serangan AS ke Suriah itu sama sekali tanpa dasar. Mereka bahkan tidak punya bukti soal penggunaan senjata kimia meski ditemukan fakta adanya pabrik senjata kimia di Douma. Semestinya itu diselidiki terlebih dulu,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Kuba seperti dikutip teleSUR beberapa waktu lalu.

Sebagai salah satu negara yang menandatangani pelarangan penggunaan senjata kimia, Kuba tentu saja menolak penggunaannya di mana saja dan oleh siapa saja. Kuba karena itu bersolidaritas terhadap rakyat Suriah atas gugurnya korban jiwa akibat agresi AS dan sekutunya itu.

Seperti Kuba, pemerintah Venezuela juga mengecam agresi AS bersama sekutunya ke Suriah karena mengabaikan hukum internasional. Melalui Kementerian Luar Negeri, Venezuela mengecam keras serangan militer sepihak AS dan sekutunya ke Suriah. Itu menandakan AS dan sekutunya sama sekali tidak mengerti hukum dan prinsip internasional. Apalagi mengabaikan PBB begitu saja.

Menurut pemerintah Venezuela, semestinya AS dan sekutunya memberi kesempatan kepada PBB untuk menyelidiki soal keberadaan pabrik senjata kimia di Suriah. Siapa sesungguhnya di balik keberadaan pabrik dan serangan dengan senjata kimia itu.

Operasi militer AS yang tergesa-gesa itu tentu saja mengingatkan masyarakat internasional invasi terhadap Irak pada 2003. Seperti Suriah, invasi terhadap Irak juga menggunakan dalih yang sama: penggunaan senjata pemusnah massal. Akan tetapi, setelah bertahun-tahun perang di Irak, hingga hari ini tidak pernah ditemukan tentang keberadaan senjata pemusnah massal itu.

Agresi imperialis AS dan sekutunya kepada Suriah menggunakan lebih dari 100 rudal. Dari jumlah itu, pemerintah Suriah menyebut berhasil melumpuhkan sekitar 70 rudal. [KRG]