Ilustrasi/antikorupsi.org

Koran Sulindo – Kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel yang belum juga terungkap memalukan bangsa dan negara ini.

“Ini sebenarnya memalukan bangsa, memalukan negara, karena kasus yang sesederhana itu kemudian sudah satu tahun tidak ada indikasi kesungguhan dari pemerintah,” kata Mantan Ketua KPK, Busyro Muqoddas, di Jakarta, Kamis (12/4/2018), seperti dikutip antaranews.com.

Menurut Busyro, penyerangan terhadap Novel bukan tanggung jawab Polri saja, namun sudah menjadi tanggung jawab pemerintah. Penyerangan terhadap Novel juga bukan teror kepada individu semata, namun teror terhadap agenda pemberantasan korupsi.

“Termasuk kami pada hari pertama itu sudah mendesak kepada presiden untuk membentuk tim gabungan pencari fakta, sampai sekarang tidak ada respon. Selevel presiden tidak ada respon sampai satu tahun,” katanya.

Busyro menekankan pelaku kejahatan bisa mendapat angin dengan sikap presiden yang kurang tegas.

“Maaf ya ini cacat sebagai presiden. Dia panglima tertinggi Polri masalahnya,” kata Busyro.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan tetap mempercayakan pengusutan kasus Novel ini kepada Kepolisian.

“Saya masih menunggu semuanya dari kapolri,” kata Presiden Jokowi, usai touring motor Chopper di Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (8/4/2018).

Selama belum ada pernyataan menyerah dari Kapolri, maka Jokowi tetap menunggu progres dari kepolisian.

Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 lalu. Setahun kemudian, setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Singapura, mata kirinya masih luka parah.

Novel adalah salah seorang penyidik terbaik yang dimiliki KPK. Ia adalah cucu dari salah satu pendiri bangsa, anggota BPUPKI, Abdurrahman (AR) Baswedan. Sepupunya, Anies Baswedan, adalah  Gubernur DKI Jakarta.

Jenderal

Sementara itu Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto, mengatakan masih belum tahu siapa sosok Jenderal yang disebut-sebut berada di balik penyerangan Novel. Rabu (11/4/2018) kemarin, Novel melaporkan sosok Jenderal yang dinilainya terlibat penyiraman air keras padanya 11 April 2017 silam ke kepolisian dan Komnas HAM.

“Dari mana kita tahu, wong orangnya enggak mau ngomong kok kita bisa tahu. Kita bukan dukun,” kata Setyo, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (12/4/2018).

Setyo tak mempersoalkan Novel menyampaikan dugaan keterlibatan jenderal kepada Komnas HAM atau penyidik kepolisian selama memiliki bukti.

“Itu kan haknya dia. Kalau memang itu ya harus dipertanggungjawabkan, karena memang tidak bisa sembarangan kan nyebut orang,” kata Setyo.

Novel Baswedan/AP

Sebelumnya, Novel mengatakan kecewa pada proses pengusutan kasusnya.

“Saya mengatakan belum ketemu pelakunya, tetapi saya bicara dan menduga bahwa ini belum mau diungkap,” kata Novel, di Gedung KPK, Jakarta (11/4/2018).

Novel menduga ada oknum Polri yang terlibat dalam kasus penyerangan terhadap dirinya.

“Saya pernah menyampaikan bahwa ini terkait dengan orang yang punya kekuasaan,” kata Novel. [YMA/DAS]