Ilustrasi

Koran Sulindo – Pada Rabu malam besok (31/1) akan terjadi gerhana bulan total. Yang istimewa dari gerhana bulan total kali ini adalah bertepatan dengan fenomena Super Blue Blood Moon atau Supermoon. Ini merupakan fenomena langka karena baru akan terulang 36 tahun lagi di wilayah Indonesia. Fenomena ini juga dapat diamati di sebagian besar wilayah Indonesia, mulai pukul 18:48 WIB dan berpuncak pada pukul 19.52 sampai 21.08 WIB serta berakhir sekitar pukul 22.11 WIB. Karena langka, sebaiknya warga Indonesia mengamati fenomena ini, bukan malah percaya desas-desus menakutkan.

Dijelaskan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., pengamatan ini dapat dilihat secara ideal dari daerah perbatasan, mulai dari perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga daerah yang berada di sebelah barat Sumatera, yaitu melintas di Samudera Indonesia yang berada sebelah barat Sumatera yang merupakan zona bulan terbit saat fase gerhana penumbra berlangsung.

“Lokasi yang ideal untuk mengamati fenomena ini di Observatorium Boscha-Lembang; Pulau Seribu; Ancol, Taman Mini Indonesia Indah; Planetarium; Museum Fatahilah; Kampung Betawi Situ Babakan, dan; Bukit Tinggi. Selain itu juga dilakukan pengamatan di 21 titik pengamatan hilal. Bahkan, di Makasaar dan Jam Gadang Bukit Tinggi pun terdapat event nonton bersama Super Blue Blood Moon,” tutur Dwikorita, Senin kemarin (29/1).

Kendati begitu, bagi masyarakat pesisir diharapkan mewaspadai tinggi pasang naik maksimun, yang bisa mencapai 1,5 meter karena adanya gravitasi bulan dengan matahari. Fenomena ini pun juga dapat mengakibatkan pasang surut minimum mencapai -100-110 centimeter yang terjadi pada 30 Januari dan 1 Februari 2018 di Pesisir: Sumatera Utara, Barat, Sumatera Barat, Selatan Lampung, utara Jakarta, utara Jawa Tengah, utara Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.

“Tnggi pasang maksimum ini akan berdampak pada terganggunya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktivitas petani garam dan perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di pelabuhan,” ujar Dwikorita.

Analisis BMKG menginformasika, untuk potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat dalam jangka waktu sepekan ke depan (29 Januari-3 Februari) masih terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Karena, posisi saat ini, matahari berada di belahan Bumi selatan akibatnya suhu udara di belahan Bumi selatan lebih tinggi daripada belahan Bumi utara. Kondisi ini mengakibatkan adanya tekanan rendah di belahan Bumi selatan sehingga terjadi aliran udara dingin dari belahan bumi utara tepatnya dari daratan Asia, termasuk Samudera Pasifik di sekitar Filipina atau bagian utara barat Pasifik serta aliran udara dingin dari arah Samudera Indonesia. Aliran udara tersebut semuanya menuju ke belahan Bumi selatan tepatnya ke arah Australia, akibatnya beberapa wilayah Indonesia bagian barat dan selatan terlewati aliran udara dingin Asia, Samudera Hindia, dan Filipina.

Itulah yang memicu terjadinya potensi hujan dan angin dengan kecepatan tinggi, terutama di Aceh, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi selatan, Papua Barat, dan Papua.

Kondisi tersebut, tambah Dwikorita, membawa uap air baik dari Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia dari arah barat sehingga mengakibatkan potensi hujan lebat disertai angin kencang dengan kecepatan 25 knot atau berkisar 36 kilometer/jam hingga 35 knot atau 70 kilometer/jam di daerah tersebut. Jga terjadi gelombang tinggi Laut Jawa, Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa, Selat Sunda, Perairan Utara Jawa Tengah, Perairan Utara NTB hingga NTT, serta Pesisir Utara Pulau Jawa.

Gelombang tinggi 4 sampai 6 meter (very rough sea) berpeluang terjadi di Samudera Indonesia Selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Timur, Perairan Selatan Pulau Sumba-Pulau Sawu-Pulau Rote-Laut Timor, dan Laut Arafuru. Sementara itu, tinggi gelombang 2,5 sampai 4 meter (rough sea) berpeluang terjadi di Perairan Enggano, Perairan Barat Lampung, Selat Sunda Bagian Selatan, Perairan Selatan Jawa, Perairan Kepulauan Sermata-Leti, Perairan Kepulauan Babar-Tanimbar.

Jadi, BMKG mengimbau masyarakat agar mewaspada potensi genangan, banjir, dan longsor bagi yang tinggal di wilayah berpotensi hujan lebat, terutama di daerah rawan banjir dan longsor. Waspada terhadap kemungkinan hujan disertai angin yang dapat menyebabkan pohon dan baliho tumbang/roboh. “Tidak berlindung di bawah pohon jika hujan disertai kilat atau petir. Mewaspadai kenaikan tinggi gelombang, potensi rob dan dampaknya. Mewaspadai hujan lebat disertai angin kencang yang berbahaya bagi kapal berukuran kecil. Menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda,” demikian penjalasan dari pihak BMKG. [RAF]